KEPALANYA Pusing. Jaemin berjalan sempoyongan sehabis turun dari wahana roller coaster. Ia terduduk di salah satu kursi kosong disana, Jeno terkekeh kecil melihat kekasih nya melamun sehabis menaiki wahana tersebut.
Ia berjalan kearah Jaemin; memberikan teh hangat yang baru saja ia beli. Jaemin menerimanya dengan baik, ia meneguk teh tersebut hingga tandas tak tersisa.
"Masih mual??" Jaemin mengangguk. "Maafkan aku, kita beristirahat dulu saja." Jeno memijat tengkuk leher Jaemin lembut. Sedangkan minyak herbal terbalur di sekitar dahi Jaemin. Ia sedikit menyingkap kaos nya untuk membalurkan minyak tersebut pada perut nya.
"Harusnya aku tak menaiki wahana itu-Ughh! Mual~" rengek Jaemin.
Jeno menatap iba. "Kita pulang saja ya?? Lain kali kita kemari." Jaemin menggeleng cepat. Kencan hari ini tak boleh gagal lagi seperti rencana sebelumnya.
Jaemin kembali bersandar ke dada bidang kekasihnya. Mata nya menelisik sekitarnya. Sedangkan Jeno mengelus surai biru Jaemin lembut.
"Adikmu- apa yang terjadi tadi??" Jeno membuka suara. Ia memang belum pernah bertemu atau sekedar mengetahui wajah adik kekasihnya. Namun ia cukup tahu bahwa Jaemin dan keluarga nya tak cukup dekat.
Jaemin menghela nafas panjang. "Hanya perdebatan kecil, aku yang salah." gumam Jaemin.
"Ayah nya menghubungi ku, Karina tak pulang selama beberapa hari. Bahkan nomornya tak bisa dihubungi." Jeno terdiam, mendengarkan cerita sang kekasih.
Seenggan itu Jaemin mengakui ayah kandung nya. Entah kenapa, namun Jeno rasa ada sesuatu yang janggal di keluarga Jaemin.
Tak ingin terlalu larut dalam pikirannya, Jaemin bangkit dari duduk nya. "Aku ingin naik itu, Jeno~" Jaemin menarik lengan Jeno untuk berdiri dari duduk nya.
Keduanya menghampiri komidi putar yang tak jauh dari sana. Jaemin naik terlebih dahulu sedangkan Jeno sedang membayar terlebih dahulu. Setelahnya ia ikut naik, duduk di salah satu kuda mainan di samping Jaemin.
"Jenono!! Foto aku, cepaaattt~" Jeno terkekeh kecil. Asal Jaemin tahu saja, jika sedari tadi Jeno selalu mengabadikan momen penting hari ini dengan berupa memfoto setiap momen nya.
Berawal dari kedai corndog, roller coaster, hingga saat ini. Semuanya Jeno abadikan.
Jaemin berganti - ganti gaya sesaat setiap terdengar suara kamera memfoto nya. Jeno memekik pelan karena menahan gemas. "Ayo foto bersama~" Jaemin mengambil kamera yang berada di tangan Jeno. Mengarahkan nya keatas sehingga keduanya sedikit mendongak.
Puas dengan berfoto - foto. Keduanya kembali menikmati suasana. Tak lama putaran tersebut berhenti; menandakan berakhirnya sesi bermain mereka.
Keduanya turun dari wahana tersebut. Jeno menggenggam tangan Jaemin sembari digoyangkan nya sesekali.
Jaemin kembali menarik lengan Jeno sedikit kencang. Ia berjalan cepat kearah salah satu wahana; baku toki.
Berupa wahana mobil - mobilan yang saling tabrak menabrak; kurang lebih seperti itu.
Keduanya masuk ke mobil masing - masing setelahnya memakai sabuk pengaman. Jeno sudah mengurus pembayaran, wahana ini tak terlalu ramai. Hanya ada sekitar sepuluh orang yang memainkan wahana tersebut.
Jaemin tertawa kencang saat Jeno menabrak kan mobil yang ia tumpangi kepada bagian belakang mobil mainan Jaemin. Ia menghindar dengan jeritan kecil yang keluar dari belah bibir semerah ceri tersebut.
Jeno menatap mesem kearahnya, tubuh nya bergidik ngeri melihat mimik wajah Jeno yang terlihat konyol. Kekasihnya sangat jahil, terlihat dari wajah nya yang menargetkan Jaemin.
Keduanya saling mengejar, Jaemin yang menghindar dan Jeno yang mengejar. Sungguh menyenangkan!!
Namun tak lama karena Jaemin rasa tenaga nya terkuras habis akibat tawa nya yang tak berhenti menggema sedari tadi. Jaemin kini pasrah, terlihat saat ini Jeno mendorong mobil yang ditumpangi Jaemin ke pojokan. Jaemin hanya terdiam dengan sesekali tersenyum geli karena mimik konyol yang dibuat kekasih nya.
"Aku lelah~" keluh Jaemin, Jeno mengangguk mengerti. Ia pun lelah namun tak terlalu terasa karena Jaemin berada di dekat nya.
Keduanya memutuskan untuk berhenti bermain wahana tersebut. "Mau pulang??" tanya Jeno. Keduanya terduduk kembali setelah membeli bungeoppang dan secangkir ice lemon.
Jaemin lelah, tetapi ada satu hal yang ia inginkan saat ini. Pergi membeli aksesoris lucu yang ada di Lotte World.
"Bisakah kita pergi melihat aksesoris lucu dan berfoto!?" rayu Jaemin. Jeno mana bisa menolak? Apalagi disuguhi pemandangan Jaemin yang tengah ber- aegyo.
"Baiklah, apapun untuk mu. Sayang~" Jaemin bersemu. Ia belum terbiasa dengan panggilan tersebut.
"Bagaimana kabar Mimi?? Sudah lama aku tak bertemu dengan nya." tanya Jaemin.
Jeno menyimpan kamera miliknya, ia sempat melihat beberapa foto milik Jaemin. "Mimi sedang demam, sudah tiga hari ia tak mengunjungi kantor ku." jelas Jeno. Jaemin menoleh dengan raut khawatir.
Astaga, gadis manis nya tengah sakit.
"Tak perlu khawatir, calon ibu nya mengurus Mimi dengan baik." calon ibu? Siapa? Jaemin memandang Jeno dengan tatapan bertanya.
"Kamu tak tahu?? Sungguh?" tanya Jeno memastikan. Jaemin mengangguk cepat.
"Teman pria mu yang mendobrak pintu kamar rumah sakit. Kamu tak tahu?" Jaemin menganga tak elit. Haechan?! Ia berkencan dengan Mark?!
"Setahuku Haechan berkencan dengan Minhyung-" Jeno tertawa kecil mendengar nya. Seperti nya sepupu kecil nya sedikit menyamarkan nama nya.
"Jung Minhyung, nama aslinya. Namun karena sepupuku dikirim ke canada saat kecil. Orang - orang sana sering kali lupa dengan namanya jadi mereka membuat nama panggilan-Mark Jung." Jaemin mengangguk mengerti. Jadi selama ini teman nya berkencan dengan duda satu anak?!
"Pantas saja aku tak tahu. Jenono! Ayo pergi membeli aksesoris lucu~" Jeno berjalan mengikuti Jaemin yang kini melangkah cepat.
••••
"Siapa kau?!" geram Jimin karena sedari tadi sosok pria mengikuti nya kesana - kemari.
"Tak perlu tahu. Kau menyukai pria ini??" Jimin mengernyit heran, ia memang tertarik pada pria yang ada pada foto tersebut. Tetapi bagaimana sosok di depannya mengetahui jika ia menyukai pria tersebut?!!
"Aku bisa membantu mu untuk mendapatkan pria ini. Tentu saja tidak gratis!!" tawar pria tersebut.
"Apa bayarannya??" Jimin sedikit tertarik dengan tawaran tersebut.
Sosok pria tersebut membisikkan sesuatu pada nya. Wajah nya yang full tertutup kain membuat Jimin bertanya - tanya apa hubungan nya sosok ini dengan pria yang ia kagumi.
"Bagaimana? Aku tak menerima basa - basi." tawaran nya cukup sulit.
"Baiklah aku setuju!" mutlak Jimin. Keputusan nya sudah bulat, senyum miring tercetak dibalik kain yang menutupi bibir sosok tersebut.
Ia cukup puas karena wanita di depannya mudah untuk diperalat.
Tawaran yang ia berikan cukup sulit dan beresiko namun benar apa kata orang. Cinta membutakan segalanya!
"Bawa kekasihnya padaku! Tanpa sepengetahuan pria itu."
Kalimat yang sosok tersebut ucapkan sebagai tawaran. Keduanya melakukan Simbiosis Mutualisme.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
SOLITUDE [Nomin]
FanficPernah mendengar kalimat ini? Sebelum terlahir ke dunia, kita mempunyai dua pilihan. Dilahirkan atau Tidak. Sama hal nya seperti Lee Jeno- Seorang lelaki tampan nan gagah. Ia di beri pilihan... Masa depan atau Masa lalu.. Mencintai atau Membenci.. M...