0.3

1.4K 159 19
                                    


Niat Daren menginap di rumah Mahen sang sahabat harus pupus akibat ulah ibu-anak itu. Daren yakin Haresh pasti memaksa ibunya untuk membuat Daren tetap tinggal berujung menginap di rumah Haresh. Mahen pasti mencarinya, terbukti dari banyaknya pesan maupun panggilan suara dari si mungil itu kepadanya. Daren yakin jika ia bertemu Mahen setelah ini, akan banyak pertanyaan terjurus kepadanya. Mahen tidak akan berhenti bertanya sebelum lapar. Untuk itu Daren berniat meminta uang dari Haresh untuk biaya makan Mahen setelah ini.

Daren bangun lebih pagi. Walaupun lagaknya seperti anak tak tahu aturan, Daren tetap harus menjaga attitude di rumah calon mertuanya. Tidak lucu jika kemudian mereka tak dapat restu karena Daren bangunnya siang.

Setelah siap-siap, Daren segara menuju ke bawah. Niatnya cari perhatian dari ibu sang pacar ia realisasikan.

"Pagi mami, papi."

Ibu Haresh yang sedang menyiapkan sarapan menoleh kearah Daren dan memberikan senyuman hangat padanya juga ayah Haresh yang sedang membaca berita terkini menghentikan kegiatannya.

"Pagi juga Daren." Balas keduanya.

"Gimana tidurnya semalem? Nyenyak nggak? Nggak digangguin Haresh kan?" Tanya ayah Haresh.

"Nyenyak kok Pi, cuma ya itu Haresh ngoroknya kenceng banget kayak sound hajatan tetangga." Adu nya. Ayah Haresh terkekeh, cukup terhibur dengan kelucuan pasangan putranya. Ia sering mendengar banyak pujian untuk sang putra, tapi dari Daren ia juga bisa mendengar keluh-kesah dan sifat buruk dari Haresh.

Daren berniat untuk membatu ibu Haresh karena sudah Daren jelaskan kan? Dia ingin mencuri perhatian kedua orang tua Haresh agar menganaktirikan Haresh dan menganggap Daren sebagai anak kandung. Baru dengan ini rencana balas dendam kepada Haresh berhasil. Omong-omong, Daren itu masih dendam pasal Haresh yang ternyata menerima banyak coklat dari adik-adik kelas. Walaupun tidak dimakan, tapi tetap saja Daren itu posesif!!!

"Kamu mau ngapain sayang?" Daren mengangkat tangannya yang memegang centong nasi.

"Mau bantuin mami." Jawabnya dengan polos yang mana malah membuat pasangan dihadapannya gemas.

Ibu Haresh mengambil alih centong yang dipegang Daren. "Nggak usah biar mami aja. Kamu duduk aja disana."

"Tapi mi."

"Udah duduk aja sini, Papi mau nanya-nanya sama kamu."

"I-iya Pi." Walaupun terkesan urakan, terkadang Daren masih sedikit takut dengan Ayah Haresh. Lihat saja perawakannya yang mirip mafia-mafia. Kalau Daren boleh hiperbola, Ayah Haresh ini kalau akting jadi preman tak perlu effort lebih. Tampilan luarnya sudah mendukung.

"Haresh bisa nemu modelan kamu darimana sih? Perasaan anak itu sibuk terus." Ayah Haresh menyesap kopi nya. Ia masih tak menyangka Haresh dipertemukan dengan modelan yang gemas tuing-tuing begini. Tidak tahu saja Ayah Haresh kalau sebenarnya tampilan luar Daren sangat menipu. Berapa kali Haresh dibuat pusing dengan kelakuan Daren yang menurutnya diluar kemampuan manusia biasa.

"Waktu itu sih kayaknya Aku sama Haresh rebutan Coki-coki di kantin Pi. Aku yang menang tapi, eh habis itu Haresh tiba-tiba nembak aku bawain Coki-coki banyak banget. Ya Daren terima." Jawaban asal itu membuat kedua orang paruh baya itu tertawa.

"Bukannya bantuin malah duduk santai banget Lo bocil." Suara dari ujung tangga mengejutkan momen becanda calon keluarga itu.

"Pagi om, Tante." Sapa pemuda itu.

Daren mendelik melihat perubahan nada bicara pemuda itu yang sedikit julid saat berbicara padanya tapi tiba-tiba berubah jadi lembut saat berbicara pada orangtua Haresh.

The Way I Love U  || Harubby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang