1.7

752 95 10
                                    

"Lo gapapa? Kita pulang aja deh ya." Ajak Mahen dengan raut khawatir yang terlihat jelas di wajahnya.

"Gapapa, lagian kalo pulang ngga ada orang juga di rumah." Jawabnya dengan lesu. Sangat berbeda dengan Daren yang biasanya.

"Kalo ngga, ke UKS aja, kita temenenin." Saran Bintang yang disetujui yang lainnya. Bukan tanpa sebab mereka meminta Daren untuk pulang atau sekedar tidur di UKS, lihatlah wajah pucatnya itu. Mereka tidak tega melihat Daren yang terlihat lesu dan tidak bersemangat, apalagi Mahen tau kebiasaan sahabatnya itu. Ia takut tidak bisa menjaga Daren karena berbeda kelas.

Saat ini mereka sedang berdiri didepan mading setelah melihat dimana kelas mereka berada, yang ternyata hanya Daren yang berbeda kelas dari yang lain.

Tahun ajaran baru sudah dimulai. Kini Daren bersama yang lain sudah berada ditingkat akhir, yang artinya Daren dan yang lain harus menyiapkan banyak hal untuk melanjutkan pendidikan mereka.

"Gue gapapa, beneran. Kalian masuk duluan sana." Daren meyakinkan ketiganya bahwa tidak akan terjadi apa-apa padanya.

"Ayo, kita temenin ke kelas dulu." Ajak Haikal yang sudah merangkul pundak Daren, memapahnya pelan. Mereka sebenarnya kasian dengan keadaan Daren sekarang, apalagi orangtuanya sedang ada urusan di rumah kakek neneknya tapi Mahen dengan cepat mengabari orangtua Daren setelah melihat Haikal dan Bintang sudah berada cukup jauh di depannya.

Bukan apa, tapi Mahen tahu bagaimana jika Daren sedang sakit. Ia tidak akan bisa tertidur dengan tenang kalau tidak ada yang menemaninya. Sedangkan Mahen, pemuda mungil itu tidak akan diperbolehkan pergi kemanapun jika sang kakak sudah pulang dari Jepang.

"Kalau butuh apa-apa langsung telpon kita aja." Pesan Mahen yang diangguki Daren.

Daren memasuki kelas dengan mata yang langsung menelisik sekitar, mencari bangku yang belum terisi dan ya tersisa satu dipojok kanan barisan dekat pintu.

Teman satu kelasnya yang baru menatap Daren dengan tatapan aneh dan bingung. Kenapa Daren terlihat lebih kalem dari biasanya? Mereka tidak terbiasa dengan hal itu. Tapi Daren tidak peduli, ia ingin cepat sampai di kursinya dan menidurkan kepalanya yang terus berputar sejak tadi.

"Heh! Lo tuh sebenernya duduk disini atau disana. Pake segala tas Lo taruh sini, mau Lo kuasain semua?" Sarkas Daren pada pemuda yang duduk di kursi sebelahnya namun dengan tas yang berada di kursi yang akan ia tempati.

Daren tau dengan benar siapa laki-laki yang sedang bermain ponsel itu, bahkan tanpa melihat wajahnya saja Daren sudah tau dari parfum yang dikenakannya. Parfum favoritnya dengan orang yang masih dicintanya.

Haresh mengangkat kepalanya menatap Daren yang masih berdiri di kursi sebelahnya. "Yaudah sih maaf." Tangannya terulur mengambil kembali tasnya dan membiarkan Daren duduk disana.

"Lagian Lo ngapain sih disini." Ketusnya.

"Ya menurut Lo aja, gue ngapain disini." Balasnya dengan raut yang sangat menyebalkan bagi Daren.

Daren sudah menidurkan kepalanya sesaat setelah duduk dengan nyaman. Dengan posisi menghadap tembok, ia mencoba memejamkan matanya. Mengabaikan suara bising dari yang lain yang memenuhi ruang kelasnya.

Haresh yang sedang bermain ponsel itu awalnya tidak begitu memperdulikan Daren karena ia pikir laki-laki itu akan tidur seperti biasa. Namun melihat Daren yang terus terbangun mengganggu dirinya. "Kenapa sih Lo?"

Bukannya menjawab pertanyaan Haresh, Daren memutar kepalanya menghadap sang mantan kekasih dengan sinis dan kembali menutup matanya.

Haresh mengangkat sebelah alisnya dan meletakkan ponselnya di meja saat merasa ada yang aneh dengan Daren. Tangannya terulur menyibak poni yang menutupi wajah Daren dan mengecek suhu tubuhnya.

The Way I Love U  || Harubby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang