1.1

1.2K 128 24
                                    

Berkat acara deep talk tiba-tiba berakhir tidur bersama, kini Daren tengah mati-matian mengajak Haresh untuk pergi ke pusat kuliner di dekat lapangan. Sebenarnya kalau hanya jajan sih Haresh mau-mau saja. Tapi kata Daren semua pengeluaran malam itu harus ditanggung oleh Daren. Meskipun Haresh berkata bahwa ia rela mengeluarkan uang berapapun asal bersama Daren, tapi menurut Daren, pacaran adalah hubungan timbal balik, bukan dari satu sisi saja. Daren juga ingin sekali-kali memberi bukan menerima terus-terusan. Dia kan juga laki-laki.

"Uang nya ditabung aja, buat nikah ntar. Aku ada banyak cash lho." Haresh mencoba berbicara lagi dengan Daren yang tengah duduk di pojokan karena tengah kesal.

Mana tampang preman? Kalau satu sekolah tau tingkah Daren seperti ini sudah dipastikan saingan Haresh bertambah lima kali lipat.

"Udah Gue bilang sejak gue minta Lo jadi pacar Gue, segala kebutuhan Lo termasuk uang jajan, Gue yang nanggung. Jadi Gue nggak bisa biarin Lo keluar uang. Itu udah prinsip Gue, Sayang." Haresh memberikan pengertian yang jelas ditolak Daren secara mentah-mentah.

"Masih pake duit orang tua jangan sombong. lagian gue mampu ya jajan sendiri." Sudah tau Daren kepala batu, bukannya diiyain, Haresh malah terus-terusan memicu keributan.

"Siapa bilang? Ini duit gue sendiri ya, enak aja Lo." Meskipun Haresh bakal jadi penerus perusahaan di keluarganya tapi Haresh tidak mau menerimanya dengan cuma-cuma. Jadi ia juga kadang ikut sang Papi membantu urusan kantor, lumayan juga dapet tambahan uang saku buat nafkahin Daren.

"Pokoknya gue yang bayarin!" Daren tetap pada pendiriannya.

Keduanya diam. Daren yang merajuk karna Haresh tidak mau menurutinya dan Haresh yang memikirkan cara agar Daren tidak mengeluarkan uang sepeserpun.

"Tau gitu gua terima aja ajakan Javier." Gumamnya.

Haresh yang mendengar nama dari ketua futsal itu berdecak malas, dirinya masih sedikit sensi dengan Javier omong-omong.

Haresh menggenggam pergelangan tangan Daren, mengodenya untuk berdiri. "Yaudah ayo berangkat." Daren mengerjap lucu. Tolong tahan Haresh agar tidak menerjangnya dengan pelukan dan berakhir tidak jadi pergi.

"Gue yang bayarin ya?"

"Iya, ayo sebelum gue berubah pikiran." Dengan semangat 45 Daren bangkit dari duduknya dan turun mendahului Haresh.

Haresh hanya mampu tertawa pelan dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah Daren.

*****

Mereka sudah mendatangi hampir seluruh stand yang berada disana. "Yang, aku mau coba yang itu." Tunjuknya pada salah satu stand yang menjual sate buah dengan lumuran gula cair diluarnya, sebut saja tanghulu.

Haresh mengikuti kemana kaki kecil Daren melangkah, padahal mulutnya masih mengunyah jajanan Jepang yang berbentuk bulat berisi gurita kecil didalamnya, takoyaki yang baru saja dibelinya tapi dirinya malah ingin membeli jajanan baru.

Daren melihat berbagai jenis sate buah dengan mata yang berbinar. "Yang strawberry 1 ya Bu." Ucapnya pada ibu yang menjual.

"Lo alergi strawberry anjir yang." Sahut Haresh ketika ia mengingat kalau pacarnya itu memiliki alergi pada buah yang dipilihnya.

"Lo alergi strawberry juga ngga?" Haresh menggeleng. Sedangkan Daren mengangguk dan menjentikkan jarinya. Haresh hanya bisa pasrah saat tau maksudnya.

Setelah mendapatkan apa yang Daren mau, Haresh membawanya duduk disebuah kursi yang tersedia disana setelah membeli dua air mineral dingin.

Haresh menatap Daren yang mulutnya terus bergerak naik-turun mengunyah segala jenis makanan yang dibelinya. Haresh juga membeli beberapa demi menghargai niat Daren yang ingin membelanjakannya. Meski hanya seporsi waffle dan jus mangga, setidaknya itu yang dia inginkan karena akan sangat sayang sekali kalau dia juga membeli banyak makanan.

The Way I Love U  || Harubby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang