0.1

1.7K 166 10
                                    

Haresh yang tadinya ingin mengantar Daren ke kelas guna memastikan pemuda itu benar-benar masuk kelas tidak jadi karena ia diminta untuk segera menemui salah satu guru yang mengajar kelasnya hari ini.

Haresh berpesan pada Daren untuk masuk dan jangan buat ulah. Tentu saja hal itu hanya sekedar diangguki Daren tanpa direalisasikan.

Yang benar saja, semua guru yang mengajar di hari Senin itu membosankan, membuat Daren mengantuk. Jadilah langkah Daren yang seharusnya lurus jadi belok menuju kantin. Tempat ternyaman untuk melepas lapar dan menghindari kelas.

Mata Daren mengedar mencari seonggok manusia yang katanya menunggu dirinya di kantin. Setelah menemukan atensinya, Daren melangkah menuju pemuda yang sedang menikmati segelas jus mangga.

"BU EL SIOMAY BIASA SATU." teriak Daren membuat pemuda yang duduk itu tersedak karena terkejut.

"DEN DAREN NGGAK USAH TERIAK MASIH PAGI JUGA." balas Bu El dibelakang stand dagangannya. Daren berdecak pelan, jangan teriak tapi beliau sendiri juga teriak baru saja.

Keadaan kantin lumayan lenggang, tentu saja sebab pelajaran pasti sudah dimulai sejak tadi. Memang dasarnya hanya Daren yang berani memesan seporsi siomay disaat yang lain tengah berkutat pada pelajaran masing-masing.

"Kenapa Lo?" Tanya Daren yang sudah mengambil tempat di depan pemuda itu. Mahendra.

Mahen menatap tajam Daren yang menunjukkan tampang tak berdosanya. "Lo masih nanya?!" Sewotnya.

"Sewot amat."

Daren mulai menikmati siomay yang baru saja dihantarkan oleh Bu El. Matanya mengedar menatap sekeliling. Ia tidak menjumpai siswa yang berada di kantin sama sekali kecuali dirinya dan juga Mahendra. Hanya tersisa mereka saja.

Tak ambil pusing, Daren melanjutkan acara makannya dan sesekali menanggapi celotehan dari sahabat kecilnya itu.

"Lo tadi berangkat jam berapa?"

"Kayak biasanya, emang kenapa?" Heran Daren. Pasalnya Mahen sudah sangat tau jam berapa Daren akan pergi ke sekolah tapi kenapa ini malah bertanya.

"Tadi kata ibun Lo berangkat pagi banget tapi nggak ikut upacara, kemana aja Lo?"

Daren mengangkat sebelah alisnya. "Lo ngapain ke rumah gue?"

Mahen menyengir sebelum menjawab pertanyaan Daren. "Mau numpang sarapan, nyokap gue gak sempet bikin sarapan tadi." Daren berdecih mendengar jawaban yang dilontarkan Mahen.

"Eh tadi Lo kemana aja anjir, malah bahas yang lain."

"Ruang OSIS, ngadem." Jawabnya tanpa beban.

Mahendra menggebrak meja membuat siomay yang akan masuk ke mulut Daren itu terjatuh karena terkejut. Desisan keluar dari bibir Daren yang menunjukkan aura permusuhan tapi tidak digubris oleh Mahen.

"Anjing Lo bolos nggak ajak-ajak." Kesalnya.

Belum sempat Daren membalas ucapan Mahen, teriakan menggelegar dari pintu masuk kantin mengalihkan atensi keduanya.

"MAHENDRA, DAREN KALA."

Sepertinya mereka berdua lupa kalau setiap Senin selesai upacara akan ada guru BK yang keliling guna memastikan semua muridnya mengikuti pelajaran yang berlangsung.

*****

Disinilah mereka berdua, di ruang BK. Mendengarkan segala ocehan dari pria di depannya, membuat kedua pemuda itu mengantuk karena beliau terus mengucapkan kalimat yang sama setiap mereka berbuat sesuatu. Mereka bahkan sampai hapal kalimat selanjutnya.

The Way I Love U  || Harubby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang