0.2

1.4K 168 7
                                    

Haresh Wardhana. Pemuda tampan dengan tinggi 185cm memiliki kepribadian yang perfeksionis harus sedikit menguras tenaga ketika sudah dihadapkan dengan kekasihnya, Daren.

Entah bagaimana dirinya bisa menyukai pemuda itu. Padahal dari sekolah menengah pertama mereka berdua tidak pernah akur, bisa dikatakan seperti kucing dan tikus yang selalu bertengkar saat bertemu.

Ia juga tidak tahu pasti kapan hatinya berlabuh pada sosok pemuda yang selalu bertengkar dengannya. Sampai akhirnya pada saat hari kelulusan Haresh memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya pada Daren yang ternyata juga merasakan hal yang sama.

Hampir dua tahun hubungan mereka berjalan dan hanya sedikit yang tahu akan hubungan keduanya, Satria salah satunya. Sebenarnya Haresh tidak ingin memberitahukannya tapi Satria ada disana saat Haresh mengungkapkan perasaannya kepada Daren. Daren juga yang meminta agar hubungan keduanya dirahasiakan dan Haresh juga setuju dengan keputusan Daren. Bukan karena ia malu menjalin hubungan dengan anak yang susah diatur tapi dirinya menghargai keputusan Daren karena ia tak mau menjadi sorotan meskipun tanpa berpacaran dengan Haresh, Daren sudah menjadi sorotan banyak orang dengan segala tingkahnya.

Sejak berhubungan dengan Daren, Haresh benar-benar harus menyetok tingkat kesabarannya karena Daren akan terus menguji kesabarannya.

Seperti malam ini misalnya, tiada hujan tiada badai tiba-tiba Daren datang kerumahnya dan langsung mengeluarkan baju yang dia punya. Pasalnya Daren jarang main ke rumahnya karena merasa sungkan dengan kedua orang tua Haresh padahal mereka sudah mengizinkan Daren datang kapan saja ia mau.

Berulang kali Haresh menghela napas. "Lo cari apa sih?" Kesal juga lama-lama melihat Daren yang terus mengeluarkan bajunya satu persatu. Padahal jika dilihat baju milik Haresh akan terlihat kebesaran ditubuh kecil Daren.

"Gue mau pinjem baju Lo." Haresh berdecak.

"Baju gue dirumah Lo kurang banyak apa? Lo selalu pinjem baju gue ya anjir tapi gak pernah Lo kembaliin lagi." Benar yang dikatakan Haresh. Bajunya memang sangat banyak dilemari milik Daren, ia terlalu malas untuk sekedar mengembalikannya. Jadi biarkan saja tetap disana.

"Gue udah bosen sama yang dirumah, gue mau cari lagi yang baru. Siapa tau Lo beli lagi kan?"

"Kenapa nggak Lo aja yang beli baju baru?" Daren menghentikan kegiatannya. Benar juga apa yang dikatakan Haresh, kenapa tidak ia saja yang membeli baju baru, karena...

"Gak ada wangi tubuh Lo kalo beli baru gue." Daren memang sangat menyukai wangi dari tubuh Haresh, bahkan baju Haresh yang di rumahnya wanginya masih menempel.

Haresh terkekeh, ia tahu dengan jelas alasannya karena setiap mereka bersama Daren selalu merapatkan diri kearahnya bahkan parfum yang digunakan Haresh sampai tertinggal di baju yang Daren gunakan.

Jika kalian tanya siapa yang lebih bucin diantara keduanya sebenarnya mereka sama-sama bucin tapi dengan cara masing-masing.

"Lo mau kemana sih?"

"Kamu nanyea? Kamu bertanya-tanya?" Haresh dengan kesal meraih bantal dibelakangnya dan melemparkan ke arah Daren didepannya yang sayangnya tepat sasaran. Bahkan kepala Daren sampe terantuk lemari didepannya sangking kuatnya tenaga yang dikeluarkan Haresh.

Daren memutar tubuhnya menghadap Haresh yang menatapnya tanpa rasa bersalah. "Lo ada dendam apa sih sama gue? Perasaan pake tenaga mulu kalo sama gue." Protes Daren yang mengusap keningnya.

Haresh yang melihat kening Daren ada benjolan dan sedikit memerah pun meraih tangan Daren untuk duduk disebelahnya. Tangan Haresh terangkat guna mengusap keningnya. "Masih sakit?" Ucapnya sambil sesekali ia tiup, entah apa pengaruhnya.

"Pake nanya lagi Lo."

"Ya lagian elo gue tanya baik-baik malah begitu jawabnya." Haresh mencium benjolan yang dikening sebentar sebelum akhirnya bangkit dan merapikan pakaiannya.

Daren merebahkan dirinya diatas kasur Haresh, membiarkan sang tuan rumah membereskan kekacauan yang dia buat. "Gue mau ke rumah Mahen." Ucapnya menjawab pertanyaan yang tadi.

"Malem-malem ngapain kesana? Mau balapan lagi Lo?" Daren meraih bantal yang tersisa disana untuk dipeluknya. "Lo negatif thinking mulu kalo gue sama Mahen."

Bagaimana tidak, kalau Daren dan Mahen sudah disatukan ditambah dengan Haikal dan juga Bintang pasti berakhir di arena atau bahkan pergi ke tempat yang lumayan jauh dari jangkauannya. Yang membuat Haresh khawatir setengah mati karena Daren akan susah dihubungi jika sudah bersama mereka.

"Ya emangnya mau ngapain lagi kalian kalo bukan balapan ya palingan begadang sampe pagi yang berakhir kalian telat ke sekolah."

"Mau nginep gue dirumah Mahen. Ayah sama ibun lagi pergi dan gue juga males di rumah sendirian."

Haresh yang sudah menyelesaikan pekerjaannya berjalan mendekat kearah Daren berada. "Lo jauh-jauh kesini cuma mau pinjem baju doang terus pergi lagi ke rumah Mahen?" Tanya Haresh yang diangguki Daren.

Haresh menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dirinya dengan Daren. Kenapa jauh-jauh kerumahnya hanya untuk pinjam baju? Kenapa tidak menginap saja dirumahnya.

"Kenapa nggak nginep disini aja?" Daren menoleh kearah Haresh yang duduk disebelah dirinya. "Gue tuh bosen sama Lo terus."

Mendengar jawaban dari Daren membuat Haresh semakin kesal dan memukul pelan lengan pemuda itu. "yaudah balik aja Lo sono." Usirnya.

Daren membuat ekspresi seimut mungkin yang mana malah membuat Haresh mual.

"Ih Haresh jahat~~ aku tuh cinta berat~~~ sini dong dekat--hmpph" Haresh dengan cepat merebut bantal yang dipeluk Daren dan meletakkan diatas wajahnya agar nyanyian yang dinyanyikan oleh Daren berhenti.

Sungguh dirinya sangat muak dengan nyanyian yang sedang viral itu, mana sekarang Daren juga ikut-ikutan lagi.

Segala sumpah serapah terlontar dari bibir Daren meski terendam oleh bantal, tangannya dengan cepat mencubit paha Haresh yang berada dekat dengan jangkauannya sebelum ia kehabisan napas.

"Awwww." Teriak Haresh merasakan cubitan sayang dari Daren.

Daren mengambil napas dengan aura permusuhan menatap Haresh yang meringis akibat cubitan tadi meninggalkan rasa panas di pahanya.

Haresh tidak mau kalah, ia juga menatap Daren dengan sengit sebelum akhirnya memajukan tubuhnya dengan cepat dan mencium bibir merah milik Daren.

Daren yang mendapat serangan tiba-tiba berusaha mencari celah untuk keluar dari kungkungan Haresh. Sebuah ide terlintas, Daren merespon apa yang dilakukan Haresh pada bibirnya sebelum kakinya menendang selangkangan Haresh membuat pemuda diatasnya meringis dan melepaskan dirinya.

Daren yang melihat Haresh akan membalas perbuatannya buru-buru teriak. "MAMI HARESH NYA NAKAL NIH."

"HARESH KAMU JANGAN MACEM-MACEM YA SAMA KESAYANGAN MAMI." Daren menjulurkan lidahnya mengejek Haresh.

"NGGAK KOK MI." Merasa kemenangan ada dipihaknya Daren bergegas keluar dari kamar Haresh dan menemui ibu dari kekasihnya itu. Haresh lupa kalo Daren sudah menjadi kesayangan di keluarganya. Bahkan ibunya akan melupakannya dirinya jika sudah bersama Daren. Ada untungnya juga sih keluarganya mengetahui hubungan keduanya jadi Haresh tidak perlu repot-repot menjelaskan Daren kepada keluarganya, terlepas dari kebiasaan buruknya tentu saja.

The Way I Love U  || Harubby [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang