Bukan sekadar mengingat Momen kelahiran, tapi sertakan semangat dan kegigihan dalam setiap nafas perjuangan memberi makna bagi peradaban terutama pada kaum perempuan seperti apa yang ia citakan.
What you believe you can achieve
There is a Will, there is a way
Untuk mendapatkan cita cita kita harus siapkan niat dan konsistensi untuk mendapatkannya."Welcome bulan kelahiran. Lagu berkibarlah benderaku akan banyak dinyanyikan untukmu. Dariku yang menuju hari ke 20" tulisku di insta story pagi itu tanggal 1 Agustus.
Seperti Agustus di tahun-tahun sebelumnya, aku menikmati moment ulang tahun selalu bertepatan dengan perayaan detik-detik proklamasi. Merdeka menggema dari segala penjuru. Berisi doa-doa yang berlomba menuju Arsy-Nya.
Ritual ulang tahun memang sejak dulu tidak ada dalam keluarga kami. Tidak ada tiup lilin dan potong kue. Orang tua menganjurkan agar sholat dan memanjatkan sebanyak-banyaknya doa kepada yang kuasa. Tanggal dan bulan kelahiran tiba, cukup memperingati dan mensyukuri. Bahwa ternyata yang berkuasa atas nyawa kita masih memberi kesempatan untuk bernafas. Melihat dunia; lebih luas, lebih bebas.
Jika sempat, aku akan mengucapkan kepada diriku sendiri dalam bentuk tulisan. Dan kali ini aku mencoba untuk menulis kembali. Kebiasaan menulis ku memang sudah terbangun sedari SMP, namun sungguh inkonsisten. Apalagi dibuyarkan dengan segala pekerjaan dan kesibukan lain yang sudah deadline.
Bedanya tahun ini, aku sangat berharap andai bisa bercerita dengan diriku saat berumur 8 tahun. Sungguh hebat dia yang 8 tahun itu. Dirinya saat pertama kali menginjakkan kaki di area sekolah dasar. Dirinya saat pertama kali merasakan bagaimana duduk di bangku kayu dalam ruang kelas itu.
Perempuan belia 8 tahun itu kini telah menjadi dewasa. Usianya menapaki bumi ciptaan Tuhan ini telah berkurang 25 tahun. Aku akan bertanya tentang mimpi dan cita-cita yang ia agungkan saat itu. "Amekaradhi-radhi asumikola, namekalangke-langke", kurang lebih seperti itu kalimatnya dulu.
Mengingat hari ulang tahun penting kiranya untuk dijadikan sebagai bahan refleksi. Refleksi tentang rasa dan usia yang telah dilalui. Tentang ruang dan waktu yang dimiliki. Tentang lembaran cerita yang pernah diukir. Merayakan moment kelahiran bukan perihal kita telah atau sedang menjadi apa?. Tetapi usia kita digunakan untuk apa?
Setiap insan tentu tumbuh dan berkembang bersama mimpi dan cita-citanya. Maka setiap detik, menit, jam, hari, Minggu, bulan, dan tahun ia gunakan untuk meraih mimpinya. Dengan mimpi, kita sangat bersemangat untuk tetap bangun setiap pagi. Beranjak dan menyegerakan diri pada rutinitas. Menuju pencapaian mimpi-mimpi.
Cita-cita ku menjadi ntiarasi. Ntiarasi atau harapan dimana aku selalu bermimpi untuk aku wujudkan. Menjadi harapan (ntiarasino), yang mana dengan ku harapan-harapan akan terwujud. Maka cita-cita dan mimpi itu adalah harapan sepanjang perjalanan hidup ku. Apa yang aku jalani saat ini bisa saja tidak sama dengan cita-cita yang dia inginkan dulu. Tetapi, sesungguhnya hanya medium dan caranya yang berbeda. Tujuannya tetap sama. Ruang dan waktu yang menempa selama prosesku telah merubah jalanku, bukan tujuan akhirnya.
Telah banyak mimpi yang aku raih. Pun tidak kalah banyak juga yang gagal aku genggam. Kerapkali, aku menginginkan sesuatu namun tidak mendapatkannya. Sebaliknya, aku diberi hal tak terduga yang tidak pernah aku sangka. Ternyata failure took me on a field trip, to all corners of Indonesia.
Maka diusia 25 tahun ini, setidaknya ada sedikit ntiarasi (harapan) yang patut aku syukuri di bawah langit Sulawesi ini. Istimewanya, diri yang sekarang sangat bangga bisa mewujudkan salah satu mimpi diri yang 8 tahun itu.
Rasa-rasanya, bulan Agustus kemarin baru direncanakan. Ternyata Tuhan memberi jalan untuk mendapatkannya. Angka 25 jika dibalik menjadi 52 (anggap 5 adalah S). Yah, diri yang sekarang masih berjuang di ruang proses S2. Mimpinya gadis belia bernama Nurhaeni saat usia 8 tahun.
Agustus 2021, sebuah kalimat spontan terucap; "umur 25 harus sudah kuliah S2", dan Alhamdulillah. Pada akhirnya, aku sadar, konsep hidup bahagia itu sederhana. Terima, jalani, syukuri. Karena Tuhan selalu hadir merapikan rencanaku (manusia) yang berantakan.
Ini tentang deretan pencapaian yang selalu menjadi alasan untuk tetap melanjutkan langkah. Separuhnya tidak ada dalam daftar keinginanku. Didalamnya banyak sukacita dan duka lara. Tawa, haru, indah dan lebih banyak suramnya.
Agustus 2016 terdaftar sebagai mahasiswa S1, Juli 2020 resmi dapat gelarnya (targetnya harus selesai Agustus 2020 & cumlaude).
Bisa bayar sendiri biaya wisuda (meski cuma bisa setengahnya).
Pasca kuliah langsung kerja (walau gaji sedikit dan masih disuruh-suruh orang).
Tes CPNS hanya lolos tahap pertama (dapat nilai tinggi saja sudah bangga).
Bisa kerja di 2 profesi bertolak belakang sekaligus (multitasking banget donk :*)).
Makin berani buat keputusan dan ambil resiko (dan sebenarnya selalu dihantui kegagalan).
Bisa daftar kuliah dengan hasil jerih payah sendiri (padahal masih sering mengeluh minta bantuan).
Bisa beradaptasi di lingkungan baru untuk pengembangan skill.
Berani resign dari pekerjaan, meski sudah nyaman dan gaji lumayan.
Senang bisa merasakan kerja sambil kuliah dan jalan-jalan di waktu yang sama.
Dipertemukan dengan orang-orang yang melihatku sebagai manusia -perempuan- utuh dengan keempuannya.
Berani membawa ntiarasi memintalnya bersama semesta. Sebagai proses untuk menjadi bagian yang mengharumkan nama ku, dan nama mu, Indonesia.
Selamat Ulang Tahun.
Selamat mensyukuri 25 tahun yang telah kau jalani. Menjadi pribadi yang bervalue. Perempuan yang tegak prinsip. Life is progres. Jadilah Perempuan menawan dengan prestasi. #kalambewuna berpikir, bertindak, berdampak.
#perempuan berdaya untuk umat Indonesia dan dunia.Kendari, 20 Agustus 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawaitu (NTIARASI) 365 Hari
RomanceProlog Seorang perempuan yang ambisius dalam pendidikannya harus menerima petualangan penuh lika liku ketika diperhadapkan dengan orang yang menyayanginya. Tetapi tidak mendukung perihal pikiran brilian dan mimpinya yang visioner. Mutiara bersikeras...