"Kakak tau, Naka itu manusia paling mageran sedunia. Sumpah deh pernah tuh, aku lagi asyik ngedrakor tiba-tiba dia nelpon. Katanya 'Mei, tolongin gue' yaa aku paniklah takut dia kenapa-napa, tapi pas udah ke rumahnya. Si bangsat itu dengan muka polos minta diambilin stik PS yang jauhnya cuma lima langkah. Bayangin kak, aku lari dari rumah sebelah cuma buat ngambil stik PS." Cerita April dengan menggebu-gebu pada Martin. Raut wajahnya benar-benar menunjukkan seberapa kesal dirinya dikerjain Naka hari itu.
Martin tersenyum, mengelus-elus rambut April pelan. Hubungan mereka sudah berjalan seminggu lebih dan yang selalu menjadi topik pembahasan April adalah Naka, Naka, Naka lagi. Martin berusaha maklum karena hari seluruh keseharian April memang bersama Naka.
"Terus kamunya gimana? Ngamuk-ngamuk sama Naka?"
April mengangguk," stik PS nya aku lempar kena jidatnya. Makanya sekarang di jidat Naka ada bekal luka kecil. Biarin aja, biar kapok ngerjain orang."
Martin mengganti posisi yang awalnya miring menghadap April menjadi bertopang dagu. Ditatapnya dengan seksama wajah sang gadis yang tengah sibuk menghabiskan Dark Choco McFlurry with Crunch hingga belepotan. Martin mengambil tisu dan segera membersihkan ujung bibir April yang belepotan.
"Eh?" April agak salting tiba-tiba jaraknya dengan Martin sangat dekat. Dia kira Martin mau nyosor, abis deket banget sih.
Lucu, pikir Martin. Melihat wajah cengo April benar-benar sesuatu yang menyenangkan baginya. Bahkan saat salting pun, cewe itu tetap mempesona baginya.
"Kamu itu deket banget ya sama Naka?" Tanya Martin random.
April mengernyit bingung, wah kenapa nada pertanyaannya aneh? Walaupun agak curiga, April tetap mengangguk. "Udah temenan dari bayi. Dibilang deket, ya pasti deket banget lah."
"Kamu pernah suka Naka?"
Entah kenapa mendengar pertanyaan-pertanyaan Martin ini membuat April tidak suka. Harus banget gitu nanya hal-hal seperti ini disaat mereka sudah jadian. Apakah Martin meragukannya?
"Kakak kenapa sih nanya itu? Kakak takut aku temenan sama Naka terus berakhir suka? Gitu?" Sergah April ketus.
Hawa pertengkaran mulai terasa. Sebagai yang lebih tua, Martin akhirnya mengalah. Salahnya juga bertanya tentang hal sensitif itu.
"Bukan gitu. Yaudah kakak minta maaf, ya. Jangan galak-galak dong mukanya. Makin tambah cantik tau." Martin mencubit kedua pipi April gemas, membuat si empunya merenggut sebal.
"Kak, jangan larang aku dekat sama Naka ya..."
Meski agak tidak terima, tapi Martin tetap mengangguk. Berusaha mengerti, bahwa gadisnya juga memerlukan orang lain selain dirinya.
"Kakak gak akan larang kamu deket sama Naka. Tapi kamu harus tau, kakak sayang banget sama kamu." Ucapnya sambil menatap April dalam.
💌
Naka berkali-kali menendang bola, tapi tidak ada satupun yang masuk ke gawang. Entah itu ketinggian lah, kena tiang lah, gak nyampe lah, serong ke kanan, ke kiri segala macam. Apes banget padahal jaraknya dengan gawang cuma sejauh kotak penalti. Ini antara kakinya yang salah atau kepalanya yang ruwet deh.
Sekolah sudah sepi. Sehabis latihan bola tadi, Naka memilih untuk tetap di lapangan. Mainin bola aja gabut. Sebenarnya bukan itu sih alasannya memilih bertahan disaat sekolah sudah benar-benar sunyi. Naka tuh sebel April yang seminggu terakhir pulangnya selalu sama Martin. Ya iya sih mereka sudah jadian, tapi Naka ngerasa gak terima banget. Ibaratnya nih ya 'serah lu mau jadian, tapi jangan ambil tugas gue', gitu maksud Naka. Agak serakah tapi Naka kan juga manusia yang penuh keinginan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friend to Love || Jaemrina ✓
FanficGara-gara perjanjian konyol tujuh tahun lalu, keduanya terpaksa memendam perasaan masing-masing. Perjanjian untuk tidak saling menyukai sampai kapanpun. Apalah daya, manusia berencana, akan tetapi takdir terus berjalan sebagaimana semestinya. Nakama...