Extra Part : Edisi Kisah Pengantin (1)

517 46 0
                                    

Pagi-pagi di kediaman bapak Nakama Sadewa sudah ramai dengan celotehan tidak berguna yang berasal dari mulut sang kepala keluarga itu sendiri. Naka emang begitu, setelah menikah dengan April baterainya selalu penuh. Pagi-pagi kalau gak nyanyi gak jelas, yaa ngocehin kelinci-kelinci kesayangannya. Seperti saat ini, mentang-mentang libur, dia lagi anteng sibuk ngurusin hewan peliharaannya itu, ngasih makan tapi digangguin. Naka sengaja memainkan wortel yang dimakan Cleopatra. Mungkin kalau Cleopatra bisa ngomong udah daritadi Naka dikata-katain.

Setelah menikah, Naka dan April memutuskan membeli rumah sendiri. Naka sepenuhnya mempercayakan desain rumah sesuai dengan keinginan istrinya. Jadilah setelah berunding dengan matang, kedua pengantin baru itu membeli sebuah rumah tak jauh dari komplek perumahan mereka dulu. Itu juga atas saran dari abi Yahya sih, katanya biar kalau main gak kejauhan. Rumah pilihan April itu minimalis modern bergaya Jepang. Sederhana dan elegan, gak keluasan banget, gak juga sempit. Standarlah untuk keluarga kecil mereka, plus kalau pun ada keluarga besar datang bakal cukup-cukup aja. Di rumah itulah Naka dan April akan memulai lembaran baru sebagai keluarga.

"Na, udahan dulu main sama Cleo nya. Ayo sarapan." Panggil April muncul dari balik pintu, mengalihkan atensi Naka yang asyik bercengkrama dengan Cleopatra di halaman belakang.

Melihat istri cantiknya sudah memanggil, Naka langsung bergegas bangkit. Senyum sumringahnya terukir, mengungkung April dalam dekapan hangat. "Kamu masak apa, ay?"

April tertawa geli saat Naka mendusel di ceruk lehernya. "Na, udah ihh! Aku lagi nyoba-nyoba bikin omurice, gak papa kan?"

Naka mengangguk, apapun yang dimasak April akan selalu istimewa untuknya. Dengan lembut Naka menarik April menuju meja makan, disana sudah tersaji dua piring omurice hangat penuh cinta buatan April. Nafsu makan Naka seketika melonjak tidak sabar ingin mencicipi omurice itu.

"Ihh ada lope-lope nya." Seru Naka kesenangan saat melihat omurice miliknya dihiasi dengan saos berbentuk love.

Sementara April cuma senyam-senyum malu, dalam hati merasa senang dengan ide nambahin bentuk love itu di masakannya.

"Aku makan yaa!!!" Belum sempat Naka menyuap tiba-tiba April menggeplak tangan suaminya itu. "Kok dipukul sih ay?" Ucapnya dengan bibir manyun.

"Doa dulu, sayang. Nanti setan ikut makan."

"Ohh iya, kelupaan tadi. Habis liat omurice nya pakai lope-lope kan aku jadi gak sabar. Bismillahirrahmanirrahim, ayo makan-- uhukkk!!" Naka nyaris memuntahkan makanan yang ada di mulutnya.

"Ehhh kenapa-kenapa?! Minum dulu! Na, kamu mau kemana?!" April terdiam di tempat ketika Naka tiba-tiba bangkit dari duduknya, berlari menuju kamar mandi yang tak jauh dari sana.

Tak lama kemudian, Naka keluar dari kamar mandi dengan wajah kuyu. Isi perutnya seperti habis keluar semua. Naka juga tidak tahu kenapa tiba-tiba dia merasa mual. Perasaan asam lambungnya gak lagi kambuh deh.

"Na, maaf yaa pasti ini semua gara-gara masakan aku yang gak enak." Lirih April dengan kepala tertunduk. Sungguh April benar-benar merasa bersalah melihat Naka jadi sakit karena masakannya. Harusnya April gak usah sok ngide bikin omurice segala, membedakan jahe sama lengkuas saja masih remidi. April merutuki dirinya dalam hati.

"Enggak sayang, bukan karena masakan kamu kok. Sumpah! Ini cuma aku aja yang mual--" lagi-lagi Naka menutup mulutnya ketika rasa mual itu mendadak datang. Ihh Naka berani bersumpah ini bukan karena makanan yang dibuat April. Selama ini juga dia tidak pernah merasa aneh-aneh saat memakan masakan buatan istrinya itu. Kenapa sekarang tiba-tiba mual sih?!

Dan disinilah Naka terkapar, di kasur king size dengan sprei motif bunga-bunga warna biru. Setelah drama mual-mual di ruang makan tadi, April memutuskan untuk memindahkan suaminya ke kamar saja. Naka sepertinya sedang tidak sehat.

"Masih mual? Atau ada yang sakit?" Tanya April cemas. Ya gimana gak cemas, ini lakinya tiba-tiba sakit habis makan masakannya. April jadi su'uzan sama dirinya sendiri, takut-takut pas masak tadi bukan masukin garam, tapi malah racun.

Naka menggeleng lemas, tidak tega melihat April yang cemas setengah mati. Aduhh mau bilang dia baik-baik aja, tapi jelas-jelas di mata orang lain dirinya sedang tidak baik-baik saja. Naka meringis saat mual itu kembali muncul.

"Na, maafin aku ya. Aku janji gak bakal nyoba masak yang aneh-aneh lagi."

Naka menggeleng, membelai kepala istrinya lembut. "Ini bukan gara-gara masakan kamu kok, mungkin asam lambung aku lagi kambuh. Soalnya kemarin-kemarin ngopi mulu. Udah ahh jangan sedih gitu, aku baik-baik aja kok." Hibur Naka.

April menyeka matanya yang berkaca-kaca. Tiga bulan menikah, baru kali ini ia melihat Naka sakit. Biasanya laki-laki itu selalu ceria, bukan terbaring lemas seperti ini.

"Senyum dong! Ada yang kurang tau pagi ini, kamu ngerasa gak?" Ucap Naka.

"Ehh apaan? Aku gak ngerasa ada yang kurang." Balas April bingung. Seingatnya dia sudah melakukan pekerjaan rumah kok. Nyapu, ngepel, jemuran, semuanya udah kok.

Senyum jahil terbit di wajah rupawan Naka. Dengan cepat ia bangkit, kemudian mengecup bibir ranum milik April sekilas. "Kurang morning kiss-nya."

- To be continued -

Friend to Love || Jaemrina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang