17. Que sera, sera

291 56 0
                                    

"Mei, gue takut..."

Sumpah jantung April nyaris melorot mendengar suara berat kelewat lirih itu. April panik, belum lagi suara pertengkaran di rumah sebelah semakin sengit. Terdengar suara bantingan pintu, sejurus kemudian suara mobil dinyalakan mengakhiri keributan di tengah malam itu.

"Na, lo baik-baik aja? Lo dimana? Gue kesana ya. Lo jangan takut, gue kesana. Tunggu..."

April buru-buru menyambar kacamata, soalnya April itu rabun senja, kalau malam pandangannya burem. Tanpa memperdulikan penampilan yang cuma mengenakan piyama berkarakter hello kitty plus rambut tergerai berantakan, April lari ke rumah sebelah. Pintu depan rumah Naka terbuka lebar. Dapat April lihat di bagasi, masing-masing mobil orang tua Naka tidak ada disana. Berarti benar dugaan April, abi Yahya dan umi Hanin pergi setelah bertengkar.

"Nana." Panggil April. Kaki jenjangnya melangkah cepat menaiki tangga lantai dua. April membuka pintu kamar Naka yang tidak terkunci.

"Nana, ini Mei." Ucap April selembut mungkin. Tapi di kamar itu tidak terlihat siapa-siapa.

Sayup-sayup terdengar suara isakan kecil. Perlahan April memasuki kamar Naka yang luasnya nyaris tiga kali kamar April di rumah.

April menemukan Naka. Cowo itu duduk meringkuk disamping lemari sambil menutup kedua telinga dengan tangan bergetar. Hati April mencelos. Naka-nya yang selalu terlihat ceria, kini meringkuk ketakutan berusaha menahan isakan tangis. Naka-nya sempurna kembali seperti beberapa tahun yang lalu.

"Mei disini, Nana aman." April merengkuh Naka dalam dekapannya. Awalnya cowo itu tidak merespon, masih menutup kedua telinganya rapat. Namun, April tidak menyerah. Ia bisikan kalimat-kalimat penenang hingga akhirnya Naka membuka mata, mendongak menatap April dengan mata berkaca-kaca.

Dengan cepat Naka membalas pelukan April. Yang ia butuhkan saat ini adalah rasa nyaman agar bisa keluar dari ketakutannya. Naka benar-benar terisak di pelukan April.

"Mereka kaya dulu lagi, Mei. Mereka gak berubah." Lirih Naka disela-sela tangisannya.

April mengelus punggung Naka lembut, berusaha membuat cowo itu tenang. Sungguh hati April benar-benar sakit melihat Naka seperti ini. Kejadian barusan tentu saja akan membangkitkan kenangan buruk Naka di masa lalu.

Dibalik kesempurnaan yang Naka miliki, keluarganya tidak seharmonis yang orang kira. April adalah saksi mata prahara keluarga sahabatnya itu beberapa tahun yang lalu. Nyaris keluarga kecil itu bubar karena masa lalu.

"Maksud kamu apa, bi? Kamu bilang perempuan dan anak itu adalah istri dan anak kamu?!" Suara umi Hanin meninggi.

Pertengkaran demi pertengkaran terus terjadi sejak Naka menginjak bangku kelas lima SD. Tapi pertengkaran kali ini adalah yang paling parah. Semua berawal dari umi Hanin yang selalu curiga pada abi Yahya yang jarang sekali pulang ke rumah.

Pertengkaran pertama terjadi ketika abi Yahya tidak pulang selama tiga bulan. Disusul dengan pertengkaran lainnya yang membuat rumah itu terasa seperti neraka. Berbulan-bulan bertengkar, puncaknya adalah malam ini. Umi Hanin tahu abi Yahya menyembunyikan wanita lain dan sialnya wanita itu memiliki anak kandung abi Yahya. Malam itu, semuanya terasa akan menjadi akhir. Bahkan suara derasnya hujan tak mampu menyembunyikan pertengkaran itu.

April dan Naka duduk bersisian disamping kasur. Naka sudah menangis sejak awal pertengkaran itu dimulai. Tangannya menutup rapat kedua telinga, mengulangi hal yang ia lakukan setiap kali kedua orangtuanya bertengkar.

"Mei disini, Nana aman." April merengkuh Naka erat. Agar mengurangi suara keributan itu, April berinisiatif menyanyikan lagu untuk Naka. Lagu yang selalu ia dan Naka nyanyikan saat pulang bermain di sore hari.

Friend to Love || Jaemrina ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang