PANAS

183 10 0
                                    

Sam sudah hendak mengantar Bia pulang.

Ponselnya berbunyi, Sam menatap jengah ponsel itu.

"Iya... ini aku mau mengantar Bia pul..."

Bia menatap Sam yang tiba tiba terdiam.

"Yak... kau gila ya... kenapa mendadak" Sam terlihat kesal. Bia semakin bingung Sam berbicara dengan siapa. Bia hanya diam menunggu sisamping kemudi Sam.

"Baik... aku akan mengantarnya ke kostnya" ucap Sam

"Yak... aku tak akan membawanya ke apart ku..." Sam mulai geram.

Bia menunduk.

Usai marah marahnya. Sam meletakkan handponenya disamping. Kini ia memiringkan badannya menoleh pada Bia yang kelihatannya menggigil.

"Sam..."

Sam sangat suka jika Bia memulai memanggil namanya duluan, tentu dengan suara lembutnya.

Sam tersenyum.

"Hansel harus bersama Tante ke Busan... katanya nenek Hansel dibawa kerumah sakit"

"Hansel ikut?"

" Iya... besok dia baru kembali. Hansel meminta ku untuk mengantar mu ke kostmu"

Bia menunduk.
Dia kelihatannya sedang tidak mood.

Sam mengulum bibirnya, dia juga merasakan perubahan mood pada Bia.

"Sam..."

Bia menoleh pada Sam dengan tatapan sayunya.
Sam.
Dia semakin gila dengan tatapan lemah itu ditambah dengan suara juga yang kian melemah.

"Aku kelelahan..."

Sam melihat Bia bersandar di jok. Sam bingung tadi mereka masih dalam adegan kagum mengagumi.

"Kita berangkat ke kost mu" seru Sam. Sepertinya Bia memang kelelahan.

"Aku ingin ke apartmu" ucap Bia dan menutup matanya.

Lihat...
Sam benar benar berhasil merubah gadis introvert itu. Bahkan dia memutuskan untuk belok ke apart nya.
Sam senang Bia yang berubah tapi juga kaget.

"Oh... baiklah"

Sam melajukan mobilnya membelah jalanan Seoul.
Sam tidak protes Bia memutuskan ke apart nya, tapi mengapa Jane begitu membuatnya marah.




Klik...

Sam memandangi Bia yang bahkan sudah masuk ke apartment dengan langkah yang sedikit gontai.

Sam menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.

Sam menunggu Bia disofa, Bia yang tiba tiba masuk ke kamar mandi tamu. Cukup lama. Membuat Sam bingung.

Sam tak mungkin menerobos.

Ceklek...
Sam mengangkat kepala nya melihat Bia keluar dari kamar mandi dengan rambut sedikit basah.

Bia berjalan mendekati Sam yang masih duduk di sofa sambil tetap memfokuskan pandangannya pada Bia.

Sam seperti merasa dejavu.
Kala itu Jane juga berjalan seperti ini, dan Sam rasanya ingin kabur.

Namun kenapa Bia selalu terlihat berbeda dan seperti memiliki magnet sehingga Sam harus tetap disana.

Seperti slow motion, Sam bisa melihat Bia yang berjalan pelan menuju ke arahnya. Pencahayaan minim itu justru membuat Bia semakin cantik dan cantik.

SEKARANG
Bia tepat dihadapan Sam. Sam sama. Mendongak menatap Bia. Sam kembali fokus pada baju Bia yang tadi sudah sempat kering, basah lagi.

Mungkin tetesan dari air rambut Bia yang sedikit basah itu. Sam rasa itu bukan basah karena hujan. Tapi... Bia mungkin sedikit menyiram wajahnya.

Sam merasa sipendiam ini semakin memancarkan auranya. Sam sangat suka.

Sam masih memandangi Bia yang berdiri dihadapannya.
Apakah Bia akan menyentuh rambutnya atau menyentuh dagunya? GILA... SAM MENUNGGUNYA.

"Sam..."

Sam gila dibuat panggilan itu. Ditambah mata sayu Bia. Kenapa Bia seperti bukan dirinya.

"Badanku panas..."

Sam sedikit bingung. Panas dalam hal apa.

Sam hendak berdiri untuk memastikan. Namun ia kembali terdorong duduk.

Bug...

Sam dengan tangan refleksnya menangkap tubuh ambruk Bia tepat pada pelukannya. Punggung Sam sedikit membentur sandaran sofa akibat kejadian tiba tiba itu.

Bia pingsan tepat jatuh pada pelukan Sam. Sam kembali memikirkan tangannya yang pas melingkar dipinggang sempit Bia.
Sam dibuat kewalahan deru nafas Bia yang sedikit tak teratur menerpa lehernya.

Nafas itu panas.
Tidak teratur.

Sam juga sedikit gila dengan masih sempatnya merasakan dadanya yang bertemu langsung dengan dada Bia pas sekali. Ia juga terkejut.

Sam benar benar gila berada disekitar Bia.

Sam menoleh sedikit kepalanya pada wajah Bia yang menyender apik dibahu lebarnya.

Sam mengangkat tangan kirinya dan meletakkan di pipi dan kening Bia.

Sepertinya Bia demam.
Badannya panas dan lemah.





Sam dengan telaten merawat Bia. Memasangkan plester kompress penurun panas bermotif Shincan itu dikening mulus Bia.

Sam tersenyum duduk disamping Bia yang berbaring tidur. Sam bisa mendengar dengkuran Bia.

Sejak kapan dia mulai merasakan panas suhu tubunya, pikir Sam. Bodohnya Sam tidak menyadari itu.

"Kau pintar ternyata..." Sam memandangi wajah yang tidur tenang itu seraya mengelus pipi Bia.

" Kau tau kau akan sakit dan kau memilih ke sini. Kau memanfaatkan ku untuk merawat mu Bia" Sam tertawa kecil.

Sam sempat berfikir betapa Bia jauh berubah. Sudah berani mengajak keapartmentnya. Ternyata gadis itu numpang dirawat gratis.

"Aku tak bisa menebak mu, kau penuh kejutan Bia"

Sam mengakhiri dengan mengecup kening Bia yang bebas plester kompress itu.

Lumayan lama.

Sam mulai tenggelam pada Bia.
Saat Sam menjauh, dia mendengar Bia menggumam.

"Hansel... aku baik baik saja" suaru itu pelan dan sedikit serak.

Sam tersenyum lagi dan lagi.

"Sam tidak bersalah... dia baik..." Bia belum selesai.

Wah

Sam merasa dia ikutan demam. Badannya ikut panas sekarang. Dia senang Bia menyebut namanya bahkan dimimpinya.

Sam memastikan selimut menghangatkan Bia.

"Lekas sembuh ya Miss introvert"

Setelahnya Sam memilih beristirahat disofa kamar itu. Dia sesekali memandangi Bia yang sedikit bergusar.

Kalau panas nya tidak turun, Sam berencana membawa kerumah sakit.





To be continued...

Can you feel that readers?

BIA GADIS INTROVERT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang