بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
Happy Reading=_=_=
"Shhh ...," ringisan itu keluar dari bibir pucat gadis berusia enam belas tahun yang terbaring lemah di atas brankar.
Azmina yang tertunduk di sisi tubuh Salwa, mendongak. Mengusap linangan air matanya, lalu bangkit mengusap puncak kepala Salwa. "Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga. Bunda khawatir banget sama kamu, Sayang."
"Mau apa Sayang? Mau minum? Atau ada yang sakit?"
Salwa menatap ibunya lamat.
"Bunda?"
"Iya, ini Bunda, Sayang."
"B-bunda ... Sal-wa ... ta-kut ba-nyak o-orang j-jahat ...," Salwa tersedu-sedu mengingat kejadian buruk di gang itu.
"Minum dulu, Sayang." Azmina tidak tega melihatnya.
Baru saja ujung gelas sampai di bibirnya, sensasi nyeri langsung menyerangnya. Pasalnya ada luka sobek di sudut bibirnya.
"Sakit Bunda ...," rengek Salwa. Azmina yang tahu sigap menyematkan sedotan di gelas.
"Pelan, pelan aja minumnya." Azmina memegangi gelasnya. "Bismillah ...," ucapnya mengiringi sesapan Salwa.
Insiden buruk yang baru saja menimpanya itu tertanam erat di kepalanya. Bahkan di alam bawah sadar sekalipun, Salwa masih merasakan kengerian itu.
Memori otaknya yang terbiasa menyimpan setiap hal secara singkat, kini tak lagi setelah insiden itu. Kenangan buruknya tak mampu Salwa halau.
"Bunda ... ta-adi me-reka ... ta-tarik ... khimar Salwa, trus ... ram-but Salwa ke-lihatan."
Salwa semakin histeris. Hati dan tubuhnya remuk redam.
Azmina merengkuh Salwa ke dalam pelukannya. "Tenang, ya, Sayang. Jangan di inget lagi. Sekarang udah ada Bunda sama Ayah yang akan jagain Salwa."
"Ayah? Ayah di sini?"
Salwa merenggangkan pelukan mereka, netranya melongok ke kanan kiri. Menacari keberadaan lelaki terkasihnya itu.
"Ayah lagi bicara sama Gus Ghaazi di luar. Sebentar, Bunda panggilin dulu."
"Panggil Gus Ghaazi juga."
Azmina mengangguk lantas bangkit untuk memanggil mereka.
"Mas, Salwa udah sadar!"
Ekspresi keruhnya saat berhadapan dengan Gus Ghaazi berubah semringah. Menjeda sejenak urusan yang membuat darahnya mendidih itu.
"Gus, ayo masuk. Salwa juga cariin Gus."
Langkah Ayyub terhenti. "Kenapa kamu ajak dia? Kejadian buruk yang menimpa Salwa itu bermuara dari dia!"
Azmina terkejut mendengar suaminya berbicara dengan nada tinggi. "Mas, istigfar. Jangan emosi dulu. Salwa aja mau ketemu sama Gus Ghaazi, lebih baik kita semua masuk."
Ayyub melenggang masuk tanpa menanggapi ucapan istrinya.
"Gus, masuk aja. Jelasin semuanya biar nggak ada salah paham lagi."
Gus Ghaazi menurut. Dirinya pun ingin melihat Salwa secara langsung.
"Princess-nya Ayah udah bangun. Ada yang sakit nggak?" Netra Ayyub menjelajahi sekujur tubuh putrinya, mengamati setiap luka yang tersemat di sana.
Di raihnya tangan Salwa yang penuh goresan, mengecupnya kemudian beralih ke luka lain di wajah putrinya.
"Ayah ... Sal-wa di ja-hatin ... sa ... ma orang ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
GuS [END]
Teen FictionSalwa, gadis polos yang harus terbelenggu di penjara suci karena kesalahannya. Bertemu dengan Gus Galak akan kah membuatnya lebih dewasa? Atau malah mengenalkannya pada luka? *** "Ini buat Gus!" Salwa mengulurkan sebuah amplop pink pada Gus Ghaazi. ...