بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.Jangan lupa baca sholawat!
Happy Reading!
=_=_=
"Dok, denyut jantung pasien menghilang!" Suster yang bertugas memeriksa tanda vital pasien.
Dokter yang sudah selesai menjahit luka di pinggang Gus Ghaazi segera beralih menekan dadanya, resusitasi jantung dengan menempatkan kedua tangan yang saling tumpang tindih sejajar di dada sedalam 5 sentimeter sebanyak 30 kali dalam waktu 20 detik.
Sementara Salwa masih terkapar mengenaskan di lorong sepi. Sekian menit belum mendapatkan pertolongan sampai dua orang yang hendak ke mushola melihatnya, lalu segera memanggil suster untuk menolongnya.
Brankar yang membawa Salwa berpapasan dengan selesai Ummi Shafiyah dan Kyai Ghaffar memeriksa golongan darah mereka.
"Salwa?" Ummi Shafiyah mendekat, memeriksa apakah benar itu santriwatinya. Kyai Ghaffar pun ikut menoleh.
Setelah keduanya mendekat, benar saja Salwa yang terbaring di brankar itu. Darah segar tercetak jelas di bagian depan gamis kuningnya.
"Suster dia kenapa?"
Sembari terus mendorong suter itu menjawab, "Saya tidak tahu, mereka berdua yang menemukan adek ini tergeletak di lorong depan mushola."
Tatapan Ummi Shafiyah beralih pada dua perempuan yang memgiringi suster itu. "Kalian tahu?"
"Kami tidak mengetahui pasti, tapi sepertinya dia mengalami sakit bagian dada karena terjatuh sambil memegangi dadanya." Perempuan yang memakai pasmina army menyahut.
"Oh, iya, ponsel gadis itu juga terjatuh." Perempuan bergamis hijau di sebelahnya menyerahkan ponsel berwarna hitam yang sangat familiar untuk mereka.
"Ini ponsel Ghaazi, Bah." Ummi Shafiyah menatap suaminya. "Jangan-jangan Salwa bersama Ghaazi saat kejadian mengerikan itu menimpanya? Atau ...," Tak sanggup lagi melanjutkan ucapannya, Ummi Shafiyah membungkam mulutnya seraya menggeleng.
"Ummi jangan mikir macem-macem. Salwa gadis yang baik. Apa Ummi tidak melihat perubahan Ghaazi yang lebih terbuka pada kita?"
"Opo maksud e njenengan?" Ummi Shafiyah tidak mampu mencerna penjelasan suaminya.
"Lungguh riyin, Mi." Kyai Ghaffar merengkuh bahu istrinya, menggiringkan duduk di tempat tadi.
Membiarkan Salwa mendapatkan penanganan medis.
"Apa Ummi opo ndak lihat semenjak Ghaazi mbalek meng pondok, sikap e rodo aneh. Mbiyen ramah lah saiki ngguyu bae angel pol. Sawise ana Salwa, Abah lihat Ghaazi saben dina aurane cerah." (Apa Ummi nggak lihat semenjak Ghaazi balik ke pondok, sikapnya agak aneh. Dulu ramah lah sekarang ketawa aja susah banget. Setelah ada Salwa, Abah lihat Ghaazi setiap hari auranya cerah.)
Ummi Shafiyah terpaku mendengar itu semua. Memang setelah putrinya meninggal, sebagian waktunya di habiskan untuk menangisi kepergiannya. Sampai melupakan jika anak sulungnya juga butuh perhatian.
Melihat kondisi Salwa yang senasib dengan putranya. Menyadarkannya akan ucapan Gus Ghaazi tadi, jika gadis itu telah menjadi separuh nyawa anaknya.
Apa pingsannya Salwa ada sangkut pautnya dengan kondisi anaknya? Jika iya, itu telah membuktikan seberapa kuat ikatan batin mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
GuS [END]
Teen FictionSalwa, gadis polos yang harus terbelenggu di penjara suci karena kesalahannya. Bertemu dengan Gus Galak akan kah membuatnya lebih dewasa? Atau malah mengenalkannya pada luka? *** "Ini buat Gus!" Salwa mengulurkan sebuah amplop pink pada Gus Ghaazi. ...