Bab 76

46.8K 3K 1.1K
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
Jangan lupa perbanyak istigfar dan sholawat.

Happy Reading!

=_=_=

Gus Birru segera menutup mulutnya, gelagapan. Namun sebisa mungkin, dia mengendalikan ekspresinya agar sepupunya tidak curiga.

"Jaman sekarang aja anak artis sama netizen anggap keponakan online, jadi wajar-wajar aja anak temen ana panggil keponakan. Emang ente ngiranya anak siapa?"

Gus Ghaazi menggeleng. Besar harapannya kalau anak itu ... sudah lah. Ia tidak ingin terlalu banyak berharap pada selain-Nya.

"Paman, Paman, Paman!" Zein melonjak-lonjak dalam gendongan Gus Birru, tanganya pun tak henti mengoyangkan foto.

"Dalem," sahutnya Gus Ghaazi lembut.

"In--"

Dering ponsel Gus Birru membuat Zein urung bertanya, menoleh pada pamannya yang tengah mengambil ponsel di saku kanannya.

"Nah, ini Amma udah nyariin. Ayokkk pulang, jangan jadi anak bandel. Kasihan Amma sendirian di rumah." Gus Birru menepuk punggung Zein kemudian berbalik membawanya pergi.

Meninggalkan Gus Ghaazi bersama perasaaannya yang kian memburuk lantaran tak kunjung menemukan hal yang terasa janggal di hatinya.

=_=_=

Sesampainya di rumah, Salwa gegas mengambil alih menggendong Zein. Memeriksa keseluruhan tubuh anaknya.

"Kalo kemana-mana bilang sama Amma, jangan gini. Amma khawatir tau kamu nggak ada."

"Maaf, Amma. Tadi mobil Zein ketinggalan, jadi Zein balik ke tempat Nenek sama Kakek. Trus ...,"

"Pokoknya lain kali, jangan main pergi aja. Harus izin sama Amma."

Zein memilin jemarinya, mengangguk-angguk. "Iya, nanti Zein ngomong sama Umma."

Gus Birru yang mengaksikan itu, merasa miris. Di usia yang begitu muda, Salwa harus menjadi orang tua tunggal bagi ketiga buah hatinya sementara orang yang seharusnya bertanggunh jawab malah tak tahu sama sekali.

"Amma, Zein mau ke kamar liat Abang Zayyan." Salwa menurunkan anaknya, membiarkannya menemui saudara kembarnya.

"Seharusnya Ayah mereka bertanggung jawab atas kalian," kata Gus Birru.

Salwa menggeleng. "Salwa nggak mau mengikat seseorang dengan kata tanggung jawab, dulu dia berbaik hati menikahi Salwa agar nama Salwa tidak tercoreng. Salwa sangat berterima kasih ...," Salwa mendongak, menghalau bulir bening yang hendak tutun.

"...tanggung jawab itu membawa kami pada jurang perpisahan yang amat menyakitkan dan sekarang Salwa nggak mau itu terulang lagi. Tanggung jawab di lakukan karena sebuah keharusan bukan tulus dari hati."

Gus Birru tak lagi memaksa Salwa untuk membiarkan sepupunya masuk ke dalam hidupnya lagi. Dia sadar setiap orang butuh waktu untuk menyembuhkan luka hati mereka.

"Sal, cobain brownies buatan gue dong!" Agni muncul dari dapur setelah memindahkan brownies buatannya ke atas piring.

Perbincangan mereka pun berhenti sampai di sana.

Salwa mengambil alih piring itu lalu membawanya ke ruang tamu supaya mereka dapat menyantapnya sambil bercerita.

"Habis cicipin kasih komentar, gue butuh masukkan biar lebih baik lagi buat kue-kue ginian."

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang