Bab 58

39.1K 2.5K 269
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.
Jangan lupa perbanyak istigfar dan sholawat!

Happy Reading!

=_=_=

Salwa benar-benar belajar dengan giat. Di mana pun ia sempatkan untuk belajar. Jika dulu Salwa heran melihat banyaknya santri yang belajar tanpa kenal tempat, sekarang tidak lagi karena dirinya pun melakukannya.

Seiring berjalannya waktu daya ingat Salwa semakin kuat. Metode yang di ajarkan Gus Ghaazi ternyata ampuh memberantas ingatan jangka pendeknya.

Menutup bukunya, Salwa menatap bunga anyelir yang bertambah subur dan cantik itu.

"Bunga, bunga, kesayangan Salwa, tumbuh yang subur, ya. Temenin Salwa sampai Gus Ghaazi pulang." Membelai kelopak bunga itu, Salwa menitikkan air matanya.

"Salwa harap Gus baik-baik aja. Seperti Salwa yang merawat bunga pemberian Gus sepenuh hati, semoga jika Gus sedang kesulitan akan ada orang baik yang nolongin." Salwa menghirup aroma wangi bunga itu sebelum pergi.

Usna, Jiana dan Agni yang memantau kegiatan Salwa sejak tadi merasa prihatin. Niat awal yang ingin mengajak Salwa jalan-jalan untuk menghilangkan gundah gadis itu, urung.

Di usia Salwa yang masih belia, harus di tinggalkan orang terkasih untuk kedua kalinya merupakan pukulan terbesar. Gadis itu sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarganya.

Sesampainya di asrama, Salwa gegas berganti pakaian. Saat hendak memasang sepatu, Agni menghentikan gerakannya.

"Sal, kaos kaki lo beda warna." Salwa menunduk. "Oh, iya, Salwa nggak perhatiin tadi."

Kembali membuka laci lemari paling bawah, Salwa mencari pasangan salah satu kaos kaki yang ingin di pakainya. Tatapannya terpaku kala menangkap sepasang benda mungil berwarna kuning itu. Meluncur lah tangis yang berusaha ia redam beberapa hari ini.

"Gus Ghaazi kemana? Salwa kangen ...." Kedua tangan Salwa meraih kaos kaki itu lalu mendekapnya erat.

Agni mengalihkan tatapannya, pelupuk matanya ikut basah karena tangis Salwa. Namun dia tak boleh lemah, cukup Salwa yang rapuh. Dia harus menguatkan gadis itu.

"Lo pernah bilang ke gue supaya kuat menjalani hidup. Lo bilang akan jadi keluarga buat gue, dukung gue dan nggak akan ninggalin gue. Sekarang gue juga mau kasih tau lo, kalo lo sangat berarti di hidup gue." Agni memeluk Salwa dari samping.

"Gue sampai di detik ini berkat dukungan lo. Jadi gue minta lo bangkit, jangan gini terus. Kalo lo pengen nemuin Gus Ghaazi, lo harus kuat dulu."

"Apa yang di bilang Ukhty Agni itu benar, Ukhty Salwa jangan putus asa. Kami semua akan berusaha semaksimal mungkin mencari keberadaan Gus Ghaazi." Usna pun memeluk Salwa.

"Ujian tinggal sehari lagi, habis itu kita bantu kamu cari Gus Ghaazi."

Salwa mendongak, isakannya mulai mereda.

Jiana ikut berpelukan. "Fokus dulu sama ujian. Buat orang tua bangga dan ... Gus Ghaazi pasti bangga sama kamu, Salwa."

"Ukhty Salwa pengen bareng-bareng sama kita lagi 'kan?" Salwa mengangguk.

"Bersahabat ...," Usna menjulurkan tangannya ke depan.

"Selamanya," Di susul Jiana.

"Hingga ...," Agni meletakkan tangannya di atas tangan Jiana.

Setelahnya mereka serempak menatap Salwa, mendapat semangat baru Salwa gegas mengusap bulir bening di pipi.

"Jannah-Nya!" sambung Salwa.

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang