Bab 27

51.4K 3K 529
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.
.

Jangan lupa bersholawat

Makasih buat yang udah sempetin komen, apalagi spam komen.

Happy Reading!
=_=_=

Langkah Salwa kian memelan ketika pintu samping ndalem telah nampak di depannya. Masalah ini harus segera ia selesaikan. Hari ini juga masa tenggat jawaban yang kemarin belum sempat di selesaikannya.

Beberapa jengkal dari pintu, Salwa kembali diam saat rungunya menangkap perdebatan dua orang.

"Jelaskan sama Ummi apa maksud semua ini?!" Mengintip dari celah pintu, Ummi Shafiyah terlihat marah.

Gus Ghaazi yang tengah memberikan makan pada Cimut terdistraksi. Manik hitamnya menscan berbagai benda yang baru saja ibunya jatuhkan ke meja.

Buku, permen dan segala pernak-pernik berbau kartun dari negeri jiran. Saat sadar semua itu merupakan hadiah yang telah di persiapkan untuk Salwa nanti, Gus Ghaazi membeku.

"Ummi masuk kamar Ghaazi?"

"Jawab pertanyaan Ummi dulu."

"Hadiah untuk santri yang berhasil menjawab pertanyaan dari Ghaazi."

Ummi Shafiyah menatap anaknya penuh selidik. "Sejak kapan? Bukannya kamu terkenal cuek di kalangan para santri? Bahkan pada Ning Zawna yang jelas-jelas calon istri kamu pun sikap kamu sama."

Gus Ghaazi menghela napas panjang. "Ummi, Ghaazi nggak bermaksud melawan, tapi tolong jangan terlalu mengantungkan harapan pada sesuatu hal. Terlebih masalah perjodohan ini."

Ummi Shafiyah menatap putranya dengan sorot terluka. "Kenapa ... kamu tega ... bohongin Ummi?" Wanita setengah baya itu menjatuhkan diri di sebelah putranya.

Tanpa perlu bertanya, Gus Ghaazi tahu apa yang di maksud ibunya dari maniknya yang membiaskan rasa kecewa. Ibunya sudah tahu hal yang di sembunyikannya selama ini.

Ia pun bersimpuh di kaki Ummi Shafiyah. "Maafin Ghaazi, Ummi. Ghaazi sudah mengambil langkah besar dalam hidup Ghaazi tanpa memberitahu Ummi. Bahkan ... menyembunyikannya. Ghaazi ... belum sanggup melihat Ummi kecewa seperti ini."

Ummi Shafiyah menjauh, menatap penuh luka putra semata wayangnya itu. "Dengan menyembunyikan semuanya itu lebih menyakiti Ummi!"

"Ghaazi juga tidak merencanakan semua ini. Ghaazi ikhlas menerima perjodohan dengan Ning Zawna tapi takdir Allah berkata lain. Ghaazi harus menikahi seorang gadis yang bahkan belum lulus SMA karena hampir di lecehkan oleh beberapa preman."

Di balik dinding rumah joglo itu, netra Salwa telah berlinang air mata. Ternyata bukan hanya label orang ketiga bagi hubungan Gus Ghaazi dan Ning Zawna, tapi juga penyebab keretakan hubungan ibu dan anak.

"Kenapa harus kamu yang bertanggung jawab menikahinya?"

"Warga desa tidak mau mendengarkan penjelasan Ghaazi, mereka juga mengancam akan menyebarkan rumor bahwa Salwa wanita murahan."

"Apa kamu tidak memikirkan perasaan Ning Zawna saat mengambil keputusan ini?"

Salwa tak sanggup berdiri lebih lama lagi di sana. Sesak menjalar sempurna ke seluruh tubuhnya. Terutama hatinya remuk redam.

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang