Bab 8

59.1K 3.2K 59
                                    


بسم الله الرحمن الرحيم

Happy reading
.
.
.
.
.
=_=_=


Salwa pasrah kalau hari ini menjadi akhir hidupnya. Salwa harap orang tuanya bisa ikhlas menerima kepergiannya. Jika Salwa punya pilihan, maka ia ingin membahagiakan Ayyub dan Azmina lebih dulu sebelum di jemput malaikat Izrail.

"Cepat ambil matras atau kasur!" perintah Kang santri yang baru sampai di tempat kejadian.

Semua santriwan dan santriwati yang cukup syok menyaksikan kejadian itu mulai tersadar dan bergegas melakukannya.

Baru satu langkah, mereka kembali syok kala tubuh Salwa melayang jatuh.

Di saat semua santri terdiam kaku, Gus Ghaazi datang. Meletakkan sarung di atas kedua tangannya lalu memposisikan diri tepat di bawah tubuh Salwa yang masih melayang.

Gus Ghaazi berhasil menangkap Salwa. Semuanya mengucap hamdalah. Bersyukur Salwa masih selamat.

Salwa membuka matanya, tersenyum menatap Gus Ghaazi. "Ma-kasih Gus ...."

Kemudian Salwa tak sadarkan diri. Kejadian yang baru saja terjadi menyebabkan guncangan hebat untuknya.

Gus Ghaazi bergegas membawa Salwa ke ruang kesehatan. Dokter jaga yang ada di sana memeriksa kondisi Salwa.

Gus Ghaazi meninggalkan ruangan supaya dokter itu lebih leluasa memeriksa Salwa.

Gus Ghaazi bersandar di dinding sebelah pintu. Mengusap wajahnya berulang kali sembari membaca doa untuk menenangkan hatinya.

Berbekal nekat, ia memberanikan diri menangkap Salwa dengan tangan kosong. Tanpa memikirkan resikonya.

Beruntung prediksinya tepat. Allah memberikannya kemudahan. Kalau saja perkiraannya meleset, Salwa mungkin di ambang hidup dan mati. Gemetar masih menguasai jari jemarinya.

Niatnya yang semula ingin menemui keluarga calon istrinya seketika terlupakan.

"Astagfirullahal'adzim ...," gumam Gus Ghaazi berulang kali.

Entah kenapa jantungnya ikut merasakan sakit yang teramat besar. Atau ini hanya lah rasa syok biasa. Sebelumnya Gus Ghaazi mampu menguasai diri, tidak pernah lepas kontrol pada situasi apa pun.

"A-assalamualaikum ... Gus, gimana ... keadaan ... Salwa?" tanya Usna dengan napas naik turun sehabis berlari.

Jiana menyusul di belakang Usna, meskipun dia kerap memarahi Salwa tapi melihatnya dalam kondisi seperti ini juga membuatnya khawatir.

Semua santri juga berkumpul di sana, mereka ingin tahu keadaan Salwa setelah insiden mengerikan tadi.

Kang Santri mendekati Gus Ghaazi. Menepuk bahunya, menyadarkan bahwa banyak santri yang meminta penjelasan darinya.

"Masih di periksa," Singkat Gus Ghaazi menjawab.

Tak lama berselang, Dokter perempuan berhijab coklat keluar, mengalihkan atensi mereka semua. Senyuman lembut terulas di bibir Dokter Airys.

Gus Ghaazi langsung mendekat.

"Keadaan Salwa baik-baik saja, hanya ada perban di telapak tangan kanannya. Sepertinya terkena pinggiran tajam teralis. Sekarang Salwa masih belum sadarkan diri, biarkan dia beristirahat. Shock yang di alaminya tadi yang menyebabkan Salwa pingsan."

Hembusan napas lega keluar bersamaan dari orang-orang yang berada di sana.

Baru saja Gus Ghaazi hendak melongok ke dalam, ucapan Kang Santri menghentikan pergerakannya.

GuS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang