Sepenggal Kisah
***
Ketika menuruni tangga Yuna berpapasan dengan Mingrui. Gadis itu pun menyuruh Mingrui untuk pergi saja. Mengajaknya pulang dengan sedikit memaksa.
Perdebatan mereka didengar oleh orang-orang di ruang tamu. Mizhu yang semula asyik bercerita terdiam. Ia dan Yuan kompak menoleh ke arah tangga. Sementara itu, seorang wanita berparas anggun melenggang pergi menemui dua orang yang ribut.
"Maaf kalau tante sedikit menganggu, tapi bagaimana kalau kalian duduk dulu. Kita ngobrol bareng-bareng. Ayo, Mingrui dan ...." Ia menjeda ucapan. "Zhang Yuna."
"Maaf, tante." Mingrui sedikit membungkukkan badan. Ia pun melirik Mizhu dan Yuan sambil mengajak, "Ayo, Yuna."
"Gue pulang. Kalau lo enggak mau nganter gue bisa sendiri. Permisi."
Ia pun lewat begitu saja. Mingrui menganga. Apakah Yuna tidak mengetahui ia sedang bicara dengan siapa? Ibu dari pacarnya. Sekali lagi, ibu dari pacarnya. Meskipun Yuna memang orang yang kurang peduli dengan sekitar dan terkadang tidak sopan. Bukankah setidaknya ia harus berprilaku baik dan sopan pada wanita itu?
Mizhu tersenyum. Ia dapat melihat wajah ibunya merah padam. Pasti sedang kesal. Yuan pun peka. Di sini posisi dirinya sama dengan Yuna.
"Harusnya, dia enggak kayak gitu. Enggak sopan banget," bisiknya.
"Kebiasaan," jawab Mizhu.
Su Xiang atau lebih tepat dipanggil Yu Xiang kini menyilangkan tangan seraya menatap punggung Zhang Yuna.
"Zhang Yuna!"
Yuna berhenti melangkah tepat di ujung tangga. Tanpa menoleh, ia hanya menunggu orang yang memanggil namanya bicara.
"Bisa-bisanya anak saya berteman dengan orang seperti kamu. Untung saja, anak saya itu anak teladan yang tidak gampang terpengaruh berandalan, tapi tetap saja. Berandalan itu harus segera pergi. Mei, bosok kamu enggak perlu berteman lagi dengan dia."
"Mama! Yuna 'kan teman aku. Dia itu aslinya baik banget."
"Sekarang Mama tahu siapa teman aneh yang sering kamu ceritakan. Dasar berandal."
"Ih, Mama! Dia itu pacarnya kak Zeyu tahu! Jangan gitu dong."
"Pantas saja. Sama-sama berandal. Anak nggak tahu diri. Sekarang sedang apa dia?" Xiang berbalik. Ia melangkah menuju kamar Zeyu sembari terus berceloteh, "Mimpi apa aku semalam bisa dibuat sekesal ini! Dasar berandal. Anak enggak tahu diuntung. Kerjanya tidur terus. Dasar penyakitan."
Mizhu menunduk. Makian ibunya terdengar kemana-mana. Ia sampai malu mengetahui fakta itu. Ibunya yang begitu tak menyukai Zeyu. Ia sadar dan miris. Sekarang, teman-teman tahu keburukkan ibunya.
Mungkin sang ibu kelepasan karena kelewat kesal. Namun, tetap saja tak harus begitu. Ocehan yang selalu dia dengar biarlah dia saja yang tahu. Kakaknya yang menerima itu bahkan tak ingin ia tahu. Zeyu sudah cukup malu dihina oleh ibunya sendiri. Tak perlu ada yang tahu tentang itu.
Mingrui yang jaraknya paling dekat dengan Xiang tertegun. Sudah lama ia mengenal Zeyu dan Mizhu. Sudah lumayan lama pula ia mengenal ibu mereka. Namun, baru kali ini ia mendengar kata-kata begitu.
Canggung menyeruak ke dalam diri. Mingrui diam tak bergerak sampai Xiang melewatinya dan terus menaiki tangga. Remaja laki-laki itu pun membuang napas. Apa yang dikatakan ibu Zeyu adalah sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.
Yuan pun begitu. Dia memandang ke arah lain. Berharap tidak mendengar kata-kata seperti itu.
Di antara mereka semua, Yuna mengepalkan tangan. Air matanya tak ingin keluar lagi. Emosinya silih berganti menjadi amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair of Destiny
FanfictionKehidupan baru Zhang Yuna di kota Beijing tak semulus yang dibayangkan. Apalagi ketika ia terlibat masalah dengan He Xinlong. Sebuah problema yang timbul akibat keterdiaman Yuna. Namun, diantara cerita-cerita hidup menyebalkan itu Yuna bertemu denga...