Bagian 17

874 106 3
                                    

Bunga dan Boneka

***

Selepas mengantarkan Narae, Xinlong pergi ke rumah Zeyu. Dia membutuhkan sesuatu di sana. Kebetulan, rumah Narae dan Zeyu memang berdekatan.

"Kenapa long? Tumben, main gak bilang-bilang dulu." Zeyu membuka pintu rumahnya lebar-lebar, mempersilahkan He Xinlong masuk.

"Gue gak main, elah. Mana adik lo?"

"Kenapa lo nyari dia?"

"Ada perlu."

"Perlu?"

"Panggil aja sana!"

"Yaudah, sebentar."

Zeyu melangkah pergi, beberapa menit kemudian datanglah Mizhu.

"Ada apa, ya?" tanya Mizhu.

"Kasih alamat rumah Yuna dong."

"Yah, gue aja gak tau rumahnya."

"Lo 'kan temennya, sebangku lagi."

"Emang kalau gitu harus tau, ya?"

Xinlong berdecak. "Beneran gak tau?"

"Iya. Lo kenapa gak nanya Yuna langsung aja?"

"Gimana cara gue nanya dia?"

"Lah gimana sih, lo. Emang lo gak punya nomornya?"

Xinlong menggeleng.

Mizhu mengernyit. Berpikir, ini orang di depan gue gimana cara pacarannya kalau nomor ponsel Yuna aja gak punya?

"Lo punya gak?"

"Punya lah!"

"Minta dong."

Dan pada akhirnya, Mizhu memberikan nomor ponsel Yuna. Xinlong pun segera mengirimkan chatting, tapi sampai sepuluh menit berlalu belum juga ada balasan.

"Gak dibales, ya? Emang gitu dia. Chat gue seminggu lalu aja masih didiemin, padahal anaknya aktif."

Xinlong menghela berat. "Lo beneran gak tahu rumahnya di mana? Siapa gitu, temen lo yang lain ... ada yang tau?"

"Ada, sih ... kayaknya," ucap Mizhu kurang yakin. "Kochi, Jia, Ziyi—"

"Ziyi tau?"

"Ya kayaknya, waktu itu gue denger-denger mereka mau kerja kelompok di rumah Yuna. Coba aja tanya dia."

"Oke, makasih Mizhu!"

Xinlong pun segera menghubungi Ziyi dan meminta alamat rumah Yuna. Dan syukurnya Ziyi mengetahuinya. Sekarang, dengan senyum yang terlukis di wajahnya, He Xinlong pergi hendak menuju rumah Zhang Yuna.

***

Yuna menuruni tangga menuju dapur. Gadis itu mengambil botol air mineral dari kulkas, menuang isinya ke gelas, dan meneguknya perlahan hingga membasahi kerongkongannya yang kering, kemudian mengembalikan botol ke tempat semula.

"Nek, Kak Junyi kemana? Gak kelihatan." tanyanya pada sang nenek yang sedang sibuk memotong bawang, hendak memasak.

"Tadi—"

"Biasalah, hari Minggu. Kencan sama ceweknya." Jeyna menyahut tanpa sopan santun. Nggak lihat apa ya, Nek Chyou baru bicara?

"Nggak sopan lo, nenek baru mau jawab main disamber aja."

"Hehe, maaf Nenek." Jeyna mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Gak apa-apa." Wanita tua itu terkekeh, yang kemudian disertai Jeyna.

A Pair of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang