Bagian 29

590 87 4
                                    

Semakin Yakin

***

Yuna menghela napas, lagi. Sudah hampir satu jam yang dilakukan hanya menatap ponsel tanpa minat. Terkadang, diselingi dengan menjawab pertanyaan dari teman-temannya Junyi.

Saat ini ia berada di rumah Dianjia. Duduk di sofa ruang tamu. Sendirian. Setidaknya itu yang dianggap Yuna.

Aslinya, tidak. Ada Minghao juga di sana, duduk di sofa yang berhadapan dengan Yuna. Junyi dan pemilik rumah serta teman-teman lainya berada di ruang tengah.

Hei, Junyi kakak sialan!

Dia telah mengabaikan adiknya.

Seharusnya Yuna lebih sadar, ia lebih baik naik bus saja tadi. Dari pada dengan Junyi dan berakhir seperti ini.

Ya, satu jam lalu, tepatnya saat pulang sekolah. Junyi tidak pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah Dianjia. Yuna yang tidak tahu menahu hanya diam saja. Berpikir, itu mungkin akan sebentar.

Tapi,

Lihatlah!

Ini sudah satu jam. Hari sudah semakin sore. Junyi masih asik dengan teman-temannya. Sangat berbeda sekali dengan Yuna, yang mungkin sebentar lagi akan mati kebosanan.

Yuna berdecak.

Minghao yang mendengar itu pun menatapnya. "Kenapa? Ada yang lo perluin?"

"Panggil Kak Junyi."

Minghao mengangguk. Dia beranjak dan memanggil Junyi. Tak sampai dua menit, sang kakak akhirnya datang.

"Pulang." Yuna meminta.

"Nanti aja."

Ucapan itu sukses membuat Yuna kesal. Dia mengembuskan napas kasar. Kemudian melangkah ingin keluar. Belum sampai pintu, Junyi sudah memanggilnya. Mau tak mau Yuna menoleh.

"Tunggu sebentar dulu. Sebentar kok, habis ini pulang."

Oke, oke. Mari kita iyakan saja.

Yuna kembali duduk di sofa. Junyi pun kembali sibuk dengan teman-temannya. Begitu juga dengan Minghao, tapi kali ini  duduknya di samping Yuna. Kemudian, memainkan ponsel.

Sampai lima belas menit berlalu. Yuna yang sudah tidak sabar akhirnya memanggil Minghao.

Yang dipanggil hanya menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

"Ambilin minum," Yuna berucap.

Minghao hanya menurut. Ia mengambil sebotol air mineral yang berada di meja lalu menyodorkannya ke Yuna.

Yuna menggeleng. "Gak dingin."

"Eh, jadi lo mau yang dingin?" tanya Minghao. "Yaudah, gue ambil di dalem dulu."

Yuna pun beranjak dari duduknya setelah memastikan Minghao telah pergi mengambil minum.

Dibodohin kok mau!

Yuna keluar dari rumah Dianjia. Benar-benar sudah tidak tahan. Dia berniat pulang akan naik bus saja. Dia sudah tidak peduli dengan yang lain.  Biarlah Junyi kebingungan. Tidak masalah! Yang terpenting Yuna tidak bosan.

Memantapkan hati, Yuna pun melangkah.

***

Di sore hari yang mulai menggelap, di jalanan yang cukup sepi itu, Zeyu berjalan sendirian. Tujuannya, entah kemana ....

Zeyu pun tak tahu.

Dia asal saja keluar. Motor pun tak dibawanya. Zeyu berjalan kaki dan sudah dua kali naik bus lalu turun di sembarang halte. Yang  dipikirannya hanya pergi dari rumah untuk sementara.

A Pair of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang