Untuk Zhang Yuna.
Selamat ulang tahun! Gue berharap lo selalu bahagia, sehat terus, dan tersenyum selalu. Gue juga berharap kalau gue bisa ada di sisi lo selamanya.
Meskipun gue tahu itu enggak mungkin. Maaf, Yuna. Gue enggak bisa ngomong langsung ke lo. Gue pengecut banget. Gue cuma takut kalau sewaktu-waktu gue pergi tanpa pamit. Makanya gue nulis surat ini dan nyuruh lo buat buka setahun kemudian. Meskipun gue enggak tahu umur gue nyampe tahun depan atau enggak. Pokoknya biar gue lupa kalau gue nulis surat ini. Soalnya malu banget. Malu banget rasanya buat jujur kalau gue enggak sakit biasa. Maaf waktu itu bohongin lo.
Kanker otak. Kaget, ya? Gue enggak bercanda kok. Lo enggak akan ninggalin gue karena penyakit gue, 'kan? Gue bener-bener enggak bisa ngomong ini langsung ke lo, tapi gue mau jujur soal keadaan gue. Kalau setelah baca surat ini lo ketemu gue, tolong bersikap seperti biasanya, ya?
Yuna, gue bahagia bisa ketemu lo. Gue bahagia bisa ngabisin waktu bareng lo. Gue bahagia banget jadi pacar lo. Lo itu yang bikin hari-hari gue lebih berwarna.
Yuna, satu hal yang perlu lo tahu. Kalau lo baca surat ini ketika gue udah enggak ada, gue cuma mau lo ingat kata-kata ini. Kita adalah sepasang takdir yang dipaksa menunggu, dibuat saling merindu, dan belum bisa bersatu. Di kehidupan lain, gue berharap bisa jadi pasangan lo seutuhnya.
Udahlah, gue cuma mau bilang itu aja. Nanti lo cape lagi bacanya. Terakhir, gue cuma mau bilang: Gue sayang lo, Yuna.
Tertanda
Yu ZeyuGadis itu tersenyum di tengah-tengah isak tangis. Sungguh manis mengingat kenangan. Rasanya begitu ingin diulang. Namun, juga terasa sesak ketika sadar bahwa memori tak akan pernah kembali.
Seorang laki-laki yang berdiri di dekatnya menghela napas. Ia menepuk bahu si gadis. Berkata, "Sejatinya, merelakan tidaklah sulit. Kita hanya dituntut untuk menerima takdir dengan lapang hati. Yuna, gue tahu itu sulit, tapi gue yakin lo bisa ikhlasin dia pergi. Yu Zeyu, dia udah enggak ngerasain sakit lagi. Dia bahagia di dunia yang baru. Lo harus ingat bahwa kejadian buruk nggak harus dilupakan, kita hanya perlu menerima, merengkuhnya dengan kelapangan hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair of Destiny
Fiksi PenggemarKehidupan baru Zhang Yuna di kota Beijing tak semulus yang dibayangkan. Apalagi ketika ia terlibat masalah dengan He Xinlong. Sebuah problema yang timbul akibat keterdiaman Yuna. Namun, diantara cerita-cerita hidup menyebalkan itu Yuna bertemu denga...