Bagian 9

727 111 2
                                    

Senyum

***

Tugas matahari telah selesai, kini bulan yang akan melakukan tugasnya. Awan-awan cerah sudah tak terlihat lagi, muncullah bintang-bintang kecil yg ikut menerangi gelapnya malam.

Terkumpullah tiga remaja di ruang keluarga. Satu laki-laki hanya fokus pada acara TV. Satu gadis juga sedang asyik memperhatikan acara tersebut, sesekali ia menggeser layar benda persegi panjang yang tak lain adalah ponselnya. Sedangkan satu yang lainnya sedang larut dalam pikirannya sendiri, entah apa.

Gadis yang larut dalam pikirannya adalah Zhang Yuna. Jujur, dia tak pernah seperti ini sebelumnya, sama sekali! Yang ada di pikirannya adalah Yu Zeyu. Bagaimana cowok itu bicara, bagaimana dia bertingkah, entahlah. Akhir-akhir ini ia juga bingung kenapa di kepalanya selalu berputar-putar wajah cowok itu.

"Kimi!" Suara Jeyna memecah lamunannya. Yuna hanya mengerutkan keningnya seakan bertanya 'Kenapa?'

"Lo mikirin apa sih dari tadi ngelamun doang."

"Orang," singkat Yuna. Semuanya melotot mendengar ucapan itu. Namun, dengan segera Junyi dan Jeyna menetralkan rasa kaget masing-masing.

"Cowok?" tanya Junyi.

"Iya," jujur Yuna. Dia tak ingin berbohong ataupun mengelak.

Mata duo J kembali melotot mendengar jawaban Yuna. Sungguh ini memang terdengar berlebihan, tapi itulah kenyataannya.

"Adik gue udah besar, ya?" Junyi menyenggol lengan Hwang Jeyna.

"Iya. Kimi udah beda juga, ya?"

Junyi mengangguk. "Siapa cowok yang Yuna pikirin?"

"Jangan-jangan cowok yang di mall itu, ya?" sambung Jeyna.

"Siapa, Jey?" Junyi alih bertanya kepada Jeyna. Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahunya sambil berucap, "Gak tahu namanya."

Yuna sama sekali tak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan untuknya. Ia masih sibuk dengan pikirannya. Dia pun akhirnya pergi meninggalkan ruang keluarga dan memilih pergi kelantai atas, kamarnya.

Sekarang Yuna berada di balkon kamar. Ia menatap bulan purnama di kota Beijing. Indah. Di tambah, dengan bintang-bintang yang memberikan sentuhan cahaya di malam yang gelap itu. Saat matanya beralih melihat ke bawah, alisnya saling beradu. Matanya menangkap seseorang di balik gerbang rumahnya, memakai pakaian serba hitam. Motor sport berwarna merah terparkir di sampingnya.

Yuna segera turun kelantai bawah, menuruni satu persatu anak tangga. Dia melewati ruang keluarga dengan cepat. Berlari dan menuju pintu keluar.

Duo J saling menatap bingung ketika melihat Yuna terburu-buru keluar rumah.

Ada apa? -Duo J

"Gue mau keluar bentar, kalian gak usah kepo!" Niatan ingin memanggil adik semata wayangnya pun sudah terlebih dahulu digagalkan oleh teriakan sang adik. Pada akhirnya Junyi kembali fokus menonton TV.

Yuna membuka gerbang rumahnya, mendapati seorang cowok yang tersenyum manis ke arahnya. Dia melangkahkan kakinya ke arah Zeyu.

Mendadak, Yuna sangat bingung sekarang. Yuna sudah berada dihadapan Zeyu dan terjadilah keheningan cukup lama.

"Kenapa lo disini?" Zeyu bertanya.

"G-gue ..." Yuna tergagap.

"Mau nemuin gue, ya?"

Sungguh! Zeyu adalah orang yg terlalu percaya diri bagi Yuna. Walaupun nyatanya memang benar, Yuna keluar untuk bertemu dengan Zeyu. Namun, sekarang dia sadar. Mengapa dia harus melakukan itu?

"Gak jujur juga gak apa-apa kok." Zeyu melepaskan jaket hitamnya. Lalu, menyelimutkanya ke tubuh Yuna. Gadis itu sontak kaget, tiba-tiba jantungnya menjadi tidak baik. Serius! Seorang Zhang Yuna baru pertama kali merasakannya.

"Cewek itu gak baik keluar malem, apalagi pakaian lo yang kayak .... Gak dingin?"

Yuna tersadar sekarang ia hanya mengenakan celana jeans sepaha dan kaos oblong berwarna putih dengan lengan pendek yang cukup pas di tubuhnya.

"Masuk gih, lagian kenapa lo keluar malem gini?"

"Sendirinya?" Yuna balik melontarkan pertanyaan tanpa menjawab terlebih dahulu pertanyaan dari Zeyu.

"Gue cuma mau deket sama lo, jadi gue kesini. Hehe."

Apa maksudnya? Yuna bertanya-tanya dalam pikirannya.

"Udah, sana masuk! Tidur, besok masih sekolah loh, mau berangkat bareng? Nanti gue jemput."

"Boleh." Ya ampun! Apa yang baru saja Yuna katakan? Dia tidak menolaknya?

Sekarang, Yuna ingin menarik ucapannya. Huh?! Kenapa mulutnya memiliki refleks seperti itu?

"Gak jadi, gue sendiri aja."

"Gue ambil kata pertama yang lo ucapin. Sana masuk! Lo gak kedinginan cuma pakai celana pendek gitu?"

Yuna menurut. Dia pun masuk kerumahnya, masih mengenakan jaket milik Yu Zeyu.

"Kimi! Besok jangan telat, ya?!"

Tanpa sepengetahuan Zeyu dan siapapun, senyum Yuna mengembang saat itu.

Zeyu menghela napasnya, gadis yang menarik hatinya ini ternyata sungguh benar-benar cuek.

Yuna membuka pintu rumahnya. Dia mendapati duo J yang sudah siap mengajukan puluhan pertanyaan.

"Kamu dari mana?"

"Dari mana, Kim?"

"Kenapa tadi ke luar?"

"Ngapain sih, ke luar?"

"Keluar malam kenapa cuma pakai celana pendek, sih?"

"Iya ih, Kimi! Keluar malem cuma pakek celana pendek doang."

"Itu jaket siapa?"

"Ho'oh. Jaket siapa, Kim?"

"Aw!" Jeyna meringis, mengusap lengannya yang baru dicubit Junyi.

"Dari tadi cuma ngikutin ucapan gue, lo."

"Ya maaf." Jeyna mengerucutkan bibirnya. "Kimi jawab, deh!"

"Mau tahu aja, kalian!"

"Kak Junyi, gawat nih, kayaknya Yuna kesambet yang di luar." Jeyna mengguncang lengan sulung Zhang.

"Gak panas," ucap Junyi setelah menempelkan punggung tangannya ke kening Yuna.

Yuna menghela napas. "Gak ada apa-apa." ucapnya lalu melangkah pergi, meninggalkan duo J yang masih di gantung oleh berbagai macam pertanyaan.

To be continued ...

A Pair of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang