Baik-baik Saja
***
Hari-hari berlalu tidak ada yang berubah sama sekali. Yuna seolah kembali menjadi orang asing bagi Zeyu. Gadis itu selalu menghindarinya. Zeyu pun terus terjebak dalam kebingungan.
Zeyu sudah berkali-kali mengajak gadis itu bicara, tetapi ia selalu menolak. Acuh tak acuh. Yuna pergi begitu saja saat Zeyu mulai terlihat disekitarnya. Seperti saat ini.
Padahal kantin sedang ramai dan Yuna pun belum menghabiskan makanannya, tetapi ketika Zeyu datang ia langsung pergi. Semua orang tahu atmosfer tidak baik itu, terutama Mizhu dan Mingrui. Bahkan Xinhao yang duduk tak jauh dari sana mengerti akan adanya permasalahan diantara Yuna dan Zeyu.
Rumor sudah beredar kemana-mana. Entah dimulai dari siapa. Kata-kata yang tak sebenarnya itu terus diperdengarkan dari mulut ke mulut bahwa Zeyu bertepuk sebelah tangan ketika menembak Yuna. Orang-orang pun memandang sebelah mata laki-laki itu. Adapun yang merasa heran dengan Zhang Yuna.
Zeyu tak menyangkal hal tersebut. Dia tak minat. Baginya lebih baik mengejar Yuna dan meminta penjelasan.
"Apa yang harus dijelasin, Zeyu?"
Akhirnya Yuna bersuara. Di Koridor gadis itu menatap Zeyu untuk beberapa saat. Sementara yang ditatap justru salah tingkah. Ia kaku, bingung sendiri harus menjawab apa.
"Lepas." Yuna melirik tangannya yang dipegang Zeyu. Kemudian menghempaskannya. "Gua nggak mau ketemu lo dulu."
"Tunggu! Yuna!"
Yuna tetap tidk peduli. Ia terus melangkah meninggalkan Zeyu.
Biasanya Zeyu mengejar. Namun, kini ia diam saja melihat punggung si gadis yang semakin menjauh. Bukannya ia tidak peduli, ia hanya sedikit lelah. Dia tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi. Sebuah kerenggangan yang menyesakkan hati.
***
Apa yang harus dijelaskan?
Yuna sebenarnya tidak bodoh untuk tidak mengerti hal apa yang sedang terjadi. Mengenai apa yang harus dijelaskan ia pun tahu apa yang semestinya diucapkan. Namun, pada akhirnya kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah kalimat itu.
Ada satu hal yang membuat Yuna teringat masa lalu. Sebuah kalimat yang pernah diucapkan Zeyu telah membangkitkan emosi terpendam Yuna. Ingatan dan kenangan bercampur aduk dipikiran. Dia hanya tidak ingin melihat Zeyu beberapa waktu sebab dia tidak ingin kembali teringat akan masa itu.
Gadis itu tahi dirinya egois. Tidak seharusnya dia mengabaikan perasaan Zeyu. Zeyu tidak lagi orang asing, bukan? Yu Zeyu adalah kekasihnya.
Ia bahkan lebih merasa bersalah sekarang. Dia sedang berada di sebuah kafe. Lampu-lampu terang di malam hari mengelilinginya. Warna merah di sekitar mendominasi. Banyak bunga mawar di sekitar ruangan itu. Musik jazz pun mengalun dengan merdu.
Yuna tahu dia orang yang tidak baik hati. Namun, dia bukanlah orang yang sepenuhnya jahat. Saat ini dia sedang bertemu seseorang. Laki-laki dengan pakaian formal yang sedang memandangnya dengan gugup.
"Gue tahu lo deket sama Zeyu, tapi akhir-akhir ini lo jauhan sama dia."
Itu Xinhao. Yuna mendengarnya dengan seksama.
"Jadi, malam ini ... Yuna, lo tahu perasaan gue, 'kan? Gue udah suka sama lo dari lama. Lo ingat waktu lo nangis hari itu? Entah gimana rasanya, gue mulai tertarik sama lo saat itu juga. Jujur aja, gue enggak berani buat deketin lo. Gue dengar lo pacaran sama Xinlong dan gue enggak mau berurusan sama berandalan kayak dia. Yuna, gue sayang sama lo. Jadi, apa lo mau jadi pacar gue?"
Yuna tersenyum, bukan sebab perkataan Xinhao. Akan tetapi karena membayangkan wajah Zeyu. Dia menebak-nebak bagaimana reaksi Zeyu saat melihat hal ini.
Dia perlahan menggeleng. "Maaf, gue udah pacaran sama Zeyu."
"Apa?"
"Gue pacarnya Zeyu."
"Apa? Tapi, bukannya kalian jauhan?"
"Dalm suatu hubungan enggak selalu mulus, 'kan?"
"Gue kalah telak, ya?" Xinhao menghela napas. Tangannya memegang dahi sambil menunduk. Berkali-kali Yuna melihatnya memijit pangkal hidung.
"Tapi gue masih punya kesempatan, 'kan? Suatu saat, kalau lo udah enggak bareng Zeyu. Gue boleh nyatain perasaan gue lagi, ya?"
"Itu hak lo. Tapi gue harap, lo jangan banyak berharap. Masih ada cewek lain, 'kan?"
Xinhao hanya mengangguk dan pertemuan itu pun berakhir. Ada yang patah hati dan ada pula yang menemukan kebahagiaan tersendiri. Xinhao tidak egois untuk memiliki Yuna. Dia tahu, Dia harus mundur kali ini. Yuna sudah bahagia dengan orang yang dicintainya.
Kemudian, seminggu sudah pasca Xinhao mengutarakan perasaan. Yuna tidak pernah membicarakan itu pada siapapun, termasuk Yu Zeyu. Hubungan sudah cukup membaik. Yuna tidak banyak kepikiran lagi. Ia lebih sering berinteraksi dengan Zeyu.
Zhang Yuna berharap seterusnya akan seperti itu. Semua akan jadi baik-baik saja. Yuna yakin dengan hal itu.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair of Destiny
FanficKehidupan baru Zhang Yuna di kota Beijing tak semulus yang dibayangkan. Apalagi ketika ia terlibat masalah dengan He Xinlong. Sebuah problema yang timbul akibat keterdiaman Yuna. Namun, diantara cerita-cerita hidup menyebalkan itu Yuna bertemu denga...