Bagian 22

709 92 6
                                    

Tindakan bodoh

***

Yuna membuka sebuah pintu. Sontak seluruh pandangan pun tertuju padanya. Yuna mengamati seisi ruangan. Ramai. Yuna pikir, tidak akan seramai itu.

"Yuna ...."

Yuna mendekati seseorang yang tengah terbaring di atas bangsal, ia menaikkan sebelah alisnya.

"Makasih. Akhirnya kamu nurut juga. Kakak udah tahu kalau sekarang kamu mulai menjauh dari Zeyu dan teman-temannya," ujar Junyi.

"Ngerepotin," ucap Yuna datar.

"Ya elah, ngerepotin apanya coba? Kan memang lo harus jauh dari mereka, Yuna." ucap seseorang yang lain, namanya Dianjia.

Mendengar ucapan itu, Yuna memutar bola matanya jengah seraya berkata, "Ngerepotin sakitnya."

"Udah sepantasnya adik merawat kakaknya yang sakit," sahut salah satu teman Junyi lagi, namanya Kai.

"Lagian Junyi sakit juga gara-gara lo, kan?" sambung teman yang lain.

"Kenapa Yuna? Bukannya Kak Junyi sendiri yang mau bunuh diri?" ucap Jierui terkejut. Pasalnya, yang ia tahu hanya kabar Junyi yang masuk rumah sakit karena percobaan bunuh diri. Itu saja. Ia tidak tahu apa yang sebenarnya karena ia terlalu takut menanyakan alasan Junyi melakukan hal nekat itu.

"Udah gak usah dibahas. Lagipula, sore nanti aku udah boleh pulang. Ini cuma luka kecil."

"Kak? Yang dibilang Linma, apa bener?" tanya Jierui.

"Lo gak tau, Jierui?" tanya Kai. Jierui pun menggeleng.

"Kak ..." panggil Jierui memelas. Berharap agar Junyi menceritakan hal yang sebenarnya terjadi dengannya.

"Maaf, aku belum cerita. Jadi ..."

Yuna duduk di sofa ruang tamu sambil membaca novel. Tiba-tiba kakaknya datang lalu duduk di sampingnya dan berkata, "Yuna, Kakak mau ngomong."

Yuna tak merespon, ia masih fokus dengan bukunya. Kakaknya yang sudah paham pun melanjutkan ucapannya, "Kakak gak nyangka kalau kamu pernah pacaran sama Xinlong. Itu benar atau gak?"

Mendengar kata Xinlong, Yuna menutup bukunya dan meletakkannya begitu saja. Ia menoleh. "Kakak percaya?"

"Sepertinya kakak kurang menjaga kamu selama ini. Sampai-sampai, kamu pacaran sama musuh kakak sendiri. Mulai sekarang jangan pernah dekat dengan siapapun dari geng mereka."

"Zeyu?" tanya Yuna tanpa sadar. Ia refleks mengucapkan itu.

"Enggak. Dia sama aja."

Yuna terdiam. Jujur, hati kecilnya sangat menolak hal ini.

"Kenapa?"

"Kenapa?" Junyi membeo, bingung.

"Iya."

Junyi menghela napas berat, bicara dengan adiknya memang harus memerlukan tenaga extra.

"Maksudnya, kenapa apanya, Yuna?"

"Kenapa gak boleh?"

"Karena mereka musuh Kakak."

Itu? Hanya itukah alasannya? Jelas Yuna akan mengekang kakaknya. Ia sudah terlanjur nyaman dengan Yu Zeyu.

Yuna tersenyum lalu berkata, "Terserah, Yuna gak akan jauhin Zeyu."

A Pair of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang