Di Perpustakaan
***
Dua hari berlalu begitu saja. Kini, Yuna tengah duduk di bangkunya sambil melihat guru yang sedang menjelaskan. Yang dilakukannya adalah benar-benar dalam artian melihat. Hanya melihat saja, tanpa memperhatikan.
Yuna jenuh. Sangat pelan, matanya mulai menutup. Terbuka, tertutup lagi, terbuka, tertutup, lalu terbuka. Dia pun menggelengkan kepalanya kuat-kuat, mengusir rasa kantuk. Ocehan guru di siang hari benar-benar terasa seperti dongeng di telinganya.
Yuna melirik Mizhu, teman sebangkunya itu tampak sedang beberes. Mengernyit, tiba-tiba dia tersentak kecil
Eh, udah pulang? batinnya.
Yuna ikut membereskan alat tulisnya, lalu memasukkannya ke dalam tas. Setelah dirasa siap, dia pun menggendong tas di punggungnya. Kemudian, menumpu wajah dengan kedua tangan. Menghadap papan tulis. Siap untuk pulang.
Saat merasakan lengannya disenggol, Yuna menoleh ke arah Mizhu yang sudah berdiri dari duduknya.
"Lo ngapain?" Mizhu bertanya.
Yuna mengeryit, tidak mengerti dengan pertanyaan Mizhu.
"Ngapain udah gendong tas?"
"Kan mau pulang," ucapnya sambil berdiri.
Mizhu menepuk dahinya, lalu kembali mendudukkan Yuna dan melepas tas temannya itu dengan paksa.
"Kenapa, sih?" Yuna protes.
Dengan kesal Mizhu menunjuk jam dinding yang berada di atas papan tulis. "Lihat tuh! Lihat! Masih jam satu!"
Yuna membulatkan matanya. Jam satu artinya belum waktunya pulang. Dia memandang Mizhu dengan raut kesal. Sesaat sebelumnya, dia melirik beberapa siswa yang keluar kelas.
"Bawa buku lo, kita mau ke perpustakaan. Ada tugas dari Pak Jia tadi. Lo gak memperhatikan pasti. Iya, 'kan?" Mizhu tampak kesal. Gadis itu berjalan lebih dulu, meninggalkan Zhang Yuna di kelas.
Yuna menghela napas. Dia segera mengambil buku dan menyusul Yu Mei Zhu. Sesampai di perpustakaan, Yuna hanya menggaruk pelipisnya. Bingung. Apa yang harus dia lakukan? Tadi dia tidak memperhatikan penjelasan Pak Jia sama sekali.
"Bingung, ya?" Mizhu menyenggol lengannya.
Yuna mengangguk. "Disuruh ngapain?"
"Makanya, kalau guru jelasin itu didengerin."
"Jelasin."
"Gak mau."
"Jelasin."
"Gak mau."
Yuna menyipitkan matanya saat memandang Mizhu. Melihat itu, Mizhu jadi kesal sendiri. Pada akhirnya, gadis itu menjelaskan tugas yang diberikan Pak Jia pada Yuna.
Setelah mengetahui apa yang harus dilakukan, Yuna pun pergi mencari buku yang dia butuhkan. Begitupula dengan Mizhu. Awalnya mereka berjalan bersama, tapi entah kenapa, sekarang Yuna sendirian.
Ke mana Yu Mei Zhu?
Yuna mengangkat bahu. Tidak peduli. Baginya, sendiri jauh lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair of Destiny
FanfictionKehidupan baru Zhang Yuna di kota Beijing tak semulus yang dibayangkan. Apalagi ketika ia terlibat masalah dengan He Xinlong. Sebuah problema yang timbul akibat keterdiaman Yuna. Namun, diantara cerita-cerita hidup menyebalkan itu Yuna bertemu denga...