4. Sasuke?!

514 120 10
                                    

Hinata terus memainkan alat musiknya bahkan sampai beberapa hari ke depan. Dan memang seperti yang dikatakan wanita itu, dia tidak pernah melakukan acara pelelangan keperawanan. Seperti pada umumnya geisha yang seharusnya. Tugas para gadis murni untuk seni. Bukan untuk yang lain. Ditambah dengan tidak adanya alkohol yang menyertai, menandakan bahwa wanita itu serius untuk melindungi. Bukan untuk mencari untung.

Tanpa terasa, sudah satu bulan sejak dia ada di sini. Dia juga tidak dikenal sebagai namanya, dia lebih dikenal dengan sebtan Madam Purple. Dia selalu mengenakan warna ungu walau Sakura menberikan banyak sekali kimono dengan model dan corak yang berbeda. Entah apa maksudnya. Taoi Sakura selalu mengatakan beginilah cara mereka menemui takdirnya.

Yah, apa takdir yang dimaksud adalah jatuh cinta?

Seperti Hinata yang tidak sengaja melihat Ino melakukan pertemuan dengan pria yang belakangan Hinata tahu sebagai seorang samurai bernama Sai. Nama yang aneh tapi Hinata tak ingin ambil pikiran soal itu.

Atau, ketika Hinata memergoki Karin berciuman dengan Suigetsu di dekat sungai buatan. Terhalang oleh rindangnya pohon Sakura yang memang seolah mengelilingi rumah yang disebut sebagai 'The House of Colors" ini. Atau kenyataan bahwa Tenten tersipu malu setiap kali mendapati surat dari seseorang. Entah siapa namanya, Hinata tidak terlalu ingin ambil pusing.

Mereka benar-benar diberi kebebasan dalam melakukan apa pun. Bahkan ketika Hinata merenung sendirian, Sakura terus mengatakan jika tidak apa-apa jika suatu saat nanti salah satu dari para gadisnya pergi dan tinggal bersama dengan pria yang diinginkan. Dia hanya memiliki satu syarat untuk pria yang akan mengambil salah satu dari para gadis. Pria itu harus menikahinya dan tidak dengan paksaan saat melakukannya.

Syarat yang aneh.

Apa bisa menyebut seorang Haruno Sakura sebagai seorang mucikari jika keadaannya seperti ini?

"Kau hari ini berdandanlah yang cantik," ujar Sakura yang menyadarkan Hinata dari lamunan.

"Memangnya apa bedanya dengan hari biasanya? Bukannya sama saja?"

"Hari ini mungkin berbeda. Langitnya berbeda."

"Madam Sakura, kau berlebihan."

"Percayalah, aku tahu kapan para gadisku akan menemui takdirnya. Berdandan yang cantik. Ayolah."

"Aku tidak mau."

"Kau akan menyesalinya karena kejadian ini tidak akan bisa diulang."

"Astaga ... Kau sudah berlebihan."

"Mau bertaruh?"

"Ha?"

"Bertaruh pada satu kehidupan ini. Jika kau menyesalinya, kau harus menuruti perkataanku tanpa membantah. Jika tidak, maka kau bisa melakukan apa pun yang kau mau."

"Baiklah. Tidak ada ruginya."

Sakura tersenyum licik dan mendorong Hinata masuk ke ruang pertunjukan tanpa memberikan Hinata jeda untuk sekedar bernapas. Gila benar wanita satu ini.

Hinata menggapai alat musiknya dengan wajah yang dongkol. Dia tidak ingin terus diatur dengan wanita aneh pecinta merah yang bahkan tidak terlihat seperti manusia. Sakura lebih mirip dengan vampir yang penuh tipu daya.

Lagu segera dimainkan. Dan seperti biasa, Ino, Temari, dan Tenten meliuk dalam tarian yang indah. Membius layaknya sebuah hipnotis yang nyata.

Kedua netra Hinata fokus pada shamisen sebelum sebuah suara rendah yang terdengar sangat magis terdengar di telinga kirinya.

Hinata menoleh. Tepat pada suara yang terus membisikkan namanya dengan suara yang begitu ... Kenapa semuanya terasa sangat menakjubkan di telinganya?

Netranya mencari apa yang hatinya ingin temukan. Hingga akhirnya bersirobok pada tatapan yang membuatnya sontak terbelalak.

The House Of ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang