15. Broke Into Pieces

165 31 2
                                    

Sasuke menelan ludah kelat ketika melihat sosok bertubuh jangkung tengah berdiri di ruang tamunya. Pria berambut pirang yang dipotong cepak dengan netra biru yang menyorot sedingin laut kutub. Pria itu tidak menampilkan senyum barang sedikitpun. Sementara tangannya tersimpan di balik punggung, tampak sangat mengintimidasi.

"Aku sudah memintamu untuk memetakan keadaan dan menemukan siapa pemimpin pemberontakan, Uchiha-san. Apa kau benar-benar ingin aku meratakan hidupmu dengan tanah dan menguburnya sekalian?" tanya pria itu dengan dingin.

Hinata mengernyit mendengar ancaman datang dari sosok pria yang sangat asing baginya. Baru saja Hinata hendak berteriak membela sang suami, Sasuke mencekal tangan Hinata untuk tidak jadi mengatakan apapun yang sedang ada di pikiran istrinya itu.

"Saya hendak melaporkannya. Mari ke ruang kerja saya, Namikaze-san."

Nama itu sontak membuat Hinata mengerutkan dahi. Merasa familiar dengan nama yang baru saja suaminya sebutkan. Diam-diam, wanita itu berjalan mengendap. Berniat untuk menguping.

"Jadi, laporkan apa yang kau tau. Kita sudah tidak punya banyak waktu, Uchiha-san."

"Aku melihat banyak sekali kejanggalan di salah satu rumah geisha The House of Colours. Banyak pergerakan pemberontak yang kuselidiki mengarah pada aktivitas si pemilik walau banyak bukti yang masih belum terasa valid. Dan ..."

"Dan?"

"Berdasarkan temuanku, mungkin saja akan terjadi pemberontakan besar-besaran tak lama setelah ini. Salah satunya akan dimulai di pelabuhan di Kobe dan kemudian merambah ke sini. Aku hanya khawatir jika ..."

"Mengamankan sipil secara tiba-tiba jelas bukan pilihan yang baik. Pemberontak akan tahu jika kita mengetahui rencana mereka."

"Karena itu saya masih memikirkan bagaimana cara evakuasi para penduduk sipil."

"Jangan banyak berpikir. Siapkan saja beberapa orang yang kau percaya untuk berjaga-jaga di sekitar lokasi yang kemungkinan merupakan pusat pemberontakan. Untuk memastikan tidak banyak jatuh korban."

"Baik."

"Kapan kira-kira hal itu akan terjadi, Sasuke-san?"

"Menurut mata-mata yang kukirim untuk mencari tau, kemungkinan pemberontakan akan terjadi tepat saat festival tanabata."

"Tiga hari lagi?"

"Benar."

Pria pirang itu menghela napas panjang sembari memainkan pena yang tergeletak di atas meja ruangan Sasuke. Pria itu berwajah pucat namun tatapan matanya sangat dingin.

"Habisi siapapun yang terlibat tanpa sisa. Kita harus membuat tatanan Jepang yang baru."

"Baik, Namikaze-san."

"Siapkan pasukan segera."

"Baik."

.

.

.

"Apa benar akan ada pemberontakan, Sasuke? Pemberontakan besar-besaran?" tanya Hinata dengan wajah yang nampak pias.

Sasuke menghela napas panjang sebelum menangkup wajah Hinata lembut. Mencoba menenangkan Hinata yang tampak gelisah.

"Ya, tapi aku janji semua akan baik-baik saja."

"Bisakah untuk misi ini ..."

"Aku tidak bisa. Tolong jangan paksa aku. Aku hanya ingin yang terbaik untuk keluarga kita, Hinata. Kesempatan untuk bahagia bersamamu dan anak kita. Aku benar-benar tidak ingin apa-apa lagi selain itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The House Of ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang