7. The Traitor

501 109 20
                                    

Warning!

Mengandung adegan kekerasan yang Chiyo harap nggak akan kalian tiru. Sebisa mungkin kalimat dibuat aman dan tidak menimbulkan efek trauma. Mohon dibaca dengan bijak!

Best regards,
Hikari Chiyo

.

.

.

.

.

Hinata menggeliat. Berusaha meregangkan tubuh sebebas mungkin tapi sesuatu yang keras dan liat membuatnya menghentikan aksinya. Wanita itu menoleh ke sisi kanannya dan Sasuke tengah tertidur dengan damai di sana. Tanpa dosa, tanpa beban.

Astaga ... Apa setelah ciuman mereka berbuat macam-macam?

Hinata melirik pakaiannya. Dia hanya mengenakan gaun panjang putih berbahan katun yang membalut tubuh. Sementara Sasuke sudah memakai dalaman hakama tipis berwarna hitam. Tidak ada pakaian yang berserakan di lantai. Pakaian semalam bahkan terlipat rapi di meja seolah tidak terjadi apa-apa. Inibjelas terlalu rapi untuk orang yabg terbakar gairah.

"Baka, bangun!" bisik Hinata sembari menepuk keras bahu Sasuke. Pria itu menoleh ke arahnya dan mengerjabkan mata berkali-kali. Mencoba mengenali pemandangan sekitar dan beradaptasi dengan kondisi ruangan yang remang karena Hinata mematikan lampu minyak di kamarnya semalam.

"Apa sudah pagi?"

"Kau bertanya ini sudah pagi atau belum sementara pikiranku sedang berlomba menerjemahkan kejadian semalam?"

"Jangan berlebihan. Kita hanya berciuman. Lalu masuk ke kamarmu untuk tidur. Benar-benar untuk tidur."

"Kau yakin tidak meraba tubuhku dengan otak mesummu?"

"Kau ingin aku berbuat mesum padamu?"

"Yak! Bukan itu intinya!"

"Aku baru mengenalmu. Terlepas kau mengoceh soal Sasuke di zamanmu seperti apa. Aku bukan pria itu. Dan aku tidak akan meniduri orang yang baru kukenal tak peduli sebesar apa pun aset yang dipunya."

"Kau ingin kupukul?!"

"Kau ingin membuat keributan?"

Hinata menghela napas panjang. Memilih untuk mengalah pada keadaan karena tidak ingin semua orang masuk ke kamarnya.

"Aku akan memberitahumu kalau aku mau menyentuh. Kalau kau tidak mau, masa iya kupaksa?" ujar Sasuke datar. Pria itu berjalan menuju meja dan mengambil pakaiannya. Memakai benda itu hingga lengkap terpasang di tubuhnya.

"Kupikir kau ..."

"Aku lebih suka ada kerelaan jadi bisa saling memberi kepuasan."

"Memuakkan."

"Kalau benci dengan Sasuke di zamanmu, jangan bawa itu ke dalam kehidupan ini. Aku dan dia orang yang berbeda."

"Kau tahu? Aku juga ingin berpikir seperti itu jika kau tidak berbicara dengan cara yang persis sama dengannya!"

"Semirip itu?"

"Ya."

"Apa dia juga memiliki tanda lahir bulan di bahu kanannya?"

Hinata mematung. Sasuke memiliki tanda lahir itu?

Tangan gadis itu langsung bergerak. Dia tidak peduli dengan netra Sasuke yang terbelalak melihat Hinata melucuti hakamanya.

Wanita itu terbelalak. Tanda lahir Sasuke sama persis seperti miliknya! Ditatapnya nanar netra Sasuke yang masih menyorot kebingungan. Terang saja. Hinata mengambil sikap yang berbeda setelah dada Sasuke jelas-jelas terpampang. Wanita lain mungkin akan segera melakukan aksi cabul. Alih-alih melakukan itu, Hinata langsung berlari menuju kamar Sakura.

The House Of ColorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang