6. He is like a stranger

123 13 0
                                    

~Even before the mouth speaks, the heart knows first~

Gray masuk ke kamar yang didominasi warna abu-abu, dengan hiasan Tiffany wisteria lamp di sudut ruangan. Lampu itu menjadi satu-satunya penerang di kamar Gray, karena hampir semua yang ada di situ berwarna gelap, segelap hidup seorang Grayson Moore.

Sebelum mengempaskan diri di kasur, ia membuka laci meja dan mengambil sebuah buku panjang yang berisi semua karya desainnya.

Besok ia akan menemui seorang klien yang sudah memintanya merancang sebuah hotel di dekat museum del prado di Los Angeles. Ia memerhatikan setiap dekorasi dan mengganti beberapa bagian yang dirasa kurang pas. Sesuai dengan diskusi bersama pemilik utama hotel, Gray mengusulkan untuk merancang sebuah hotel berdesain Eropa klasik. Alasan dipilihnya desain tersebut, karena pemilik hotel ingin menghidupkan suasana Eropa sebagaimana ia adalah orang Prancis. 

Coretan pensil di kertas yang sebelumnya sudah dirancang, membuat desain sebelumnya tampak tidak rapi lagi, tetapi bukan berarti Gray mengabaikannya. Di samping kertas putih panjang itu, ada banyak sisa-sisa penghapus yang ia gunakan tiap kali dirasanya coretan sebelumnya kurang pas.

Selama 1 jam, mulai tampak gambar yang tidak jauh berbeda dengan gambar sebelumnya, yakni sebuah gedung besar berlantai dua lengkap dengan interiornya. Setiap lantai memiliki plafon yang tinggi, dan dekorasinya pun menggunakan benda-benda berukuran besar seperti patung, lukisan besar, dan lampu gantung kristal.

Apabila dilihat dari luar, hotel itu sudah pasti memiliki atap yang miring dan tinggi, dan disangga oleh pilar berbentuk silinder. Tujuan atap dibuat miring, yaitu supaya lebih mudah dibersihkan ketika kotor akibat debu atau daun gugur, dibandingkan dengan hotel beratap datar.

Di tengah-tengah pilar di luar hotel, terdapat sebuah pintu megah berbahan dasar kayu, yang terdiri atas 2 daun pintu dengan bukaan ke samping. Pintu kayu itu memiliki ukiran di sekelilingnya.

Usai menyelesaikan sebagian, Hray berhenti dan menelisik desain hotel itu beberapa saat. Ia ingin memastikan supaya tak ada bagian yang melenceng. Tiba-tiba dahinya berkerut-merasa ada yang kurang.

Apa, ya?

Bagian pintu beserta ukirannya, sudah. Bagian pilar di dalam dan luar hotel, sudah. Bagian atap, sudah. Bagian dekorasi juga sudah.

"Ah!" Ia menepuk dahi, merasa bodoh karena hampir melewatkan banyak detail kecil. Ternyata setelah diperhatikan dengan saksama, masih ada beberapa bagian yang belum pas. Dihapusnya kembali bagian jendela berukuran kecil, dan langsung menggantinya dengan jendela berukuran besar. Bentuk jendela ia buat menyerupai persegi panjang dengan sudut-sudut yang tegas. Untuk kaca jendela, dikombinasikan dengan teralis. Sementara itu di bagian dalam, dihiasi dengan tirai berbahan tebal yang menjuntai.

Puas dengan hasil rancangannya yang hampir selesai, ia pun mulai fokus pada fasad dengan banyak detail.

"Akhirnya selesai!" ucapnya kagum pada hasil usahanya selama hampir 3 jam. Sebenarnya itu bukan waktu yang lama, karena Gray hanya merubah sedikit bagian dari yang sudah ia rancang sebelumnya.

Diperhatikannya lagi satu per satu gambar gedung itu. Senyum tipis mengembang setelah yakin bahwa hotel itu akan menampakkan ciri khas bangunan Eropa klasik.

Ia melirik jam dinding, cukup terkejut karena waktu berjalan sangat cepat. Entahlah. Dulu waktu masih kecil, ia rasa perputaran jam sangatlah lama, padahal ia ingin cepat-cepat melewati pagi dan siang hari yang menyedihkan. Namun sekarang, setelah ia butuh banyak waktu untuk beristirahat dan melakukan banyak hal dalam sehari, waktu terasa sangat cepat, seakan berlomba dengannya.

Shadow of the Wound (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang