26. Marylane's Crime

99 6 0
                                    

Satu bulan telah berlalu sejak Grayson dan Abigail berbaikan. Hubungan keduanya semakin hari semakin manis dan berjalan mulus. Namun berbeda lagi dengan pagi ini, ketika Abby berhasil bangun dari mimpi buruk yang akhir-akhir ini terus mengganggu tidurnya. Awalnya ia pikir itu hanya mimpi biasa sebagai bunga tidur. Namun lama-kelamaan mimpi itu terus hadir dan mengusik. Ia sampai beberapa kali tidak bisa tidur nyenyak. Dalam mimpinya, ia terus saja melihat Marylane mengejek dan menertawakan dirinya. Tak jelas apa arti mimpi itu. Tak jelas pula mengapa sang sepupu menertawainya sedemikian keras. Akibat dari mimpi tak mengenakkan itu, Abby sampai berpikir bahwa ada yang belum selesai di antara mereka bertiga; Gabriel, Marylane dan ia sendiri. Ada yang harus diselesaikan secara tuntas. Ia juga baru sadar bahwa selama ini ia telah terbuai dengan kasih sayang Grayson, hingga melupakan status hubungan mereka yang abu-abu. Mereka memang sepasang kekasih, tetapi bagaimana bisa ia lupa jika Marylane sempat ada di antara mereka berdua. Seharusnya Abby membahas masalah itu sebelum mereka sepakat memperbaiki hubungan. Lagi pula pria itu juga tidak pernah membahas soal Marylane, hingga Abby terus bertanya-tanya akhir-akhir ini; apakah sepupunya itu masih menguasai sebagian hati Gabriel? Apakah mereka berdua masih punya hubungan? Apakah masih saling mencintai? Abby sungguh menyesal baru memikirkan hal serunyam itu sekarang.

"Apa yang kau pikirkan?" Pertanyaan itu dibarengi sepasang tangan yang melingkari perutnya. Sudah tentu ia terkejut, meskipun tahu siapa yang berani melakukan itu padanya. Dirasakannya kepala pria itu bersandar di atas kepalanya.

"Kupikir kau sudah tidur."

"Kau tampak aneh beberapa hari ini, dan aku terus memikirkannya sampai tidak bisa tidur."

Abby tercenung. Tak menyangka Gray menyadari perubahan dirinya. Pelan-pelan ia melepas kedua tangan Gray lalu berbalik. Dilihatnya netra pria itu menyorot dalam nan lembut.

"Apa yang mengganggumu akhir-akhir ini, love?"

Gadis itu masih tak bersuara. Ditelisiknya baik-baik wajah pria rupawan yang berdiri menjulang di hadapannya dengan senyum teduh. Malam ini begitu sepi. Hanya terdengar suara embusan angin serta kendaraan yang melintas sekali-sekali.

"Tidak ada yang kupikirkan, Gabe. Kembalilah tidur."

Pria itu tidak mudah dibodohi kalau Abigail belum tahu.

"Katakan, sayang, apa yang membebani pikiranmu?"

"Sudah kukatakan bahwa tak ada yang membebani pikiranku."

"Lalu kenapa kau berdiri di sini tengah malam dan melamun?"

"Aku suka suasana seperti ini. Rasanya rugi jika menghabiskan waktu dengan tidur tanpa menikmati momen yang indah ini."

"Katakan, sayang. Aku akan mendengarmu."

Gadis itu mengembuskan napas panjang dengan pasrah. Senyumnya telah luntur, bergantikan wajah khawatir. Sebaik apapun ia berbohong, pria jangkung di depannya ini seperti bisa membaca isi hatinya. "Baiklah akan kukatakan, tapi percayalah aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu, Gabe."

Meskipun tak suka nama pria lain disebut, Gray tetap mengangguk sambil tersenyum. "Aku mendengarmu."

Maka mengalirlah cerita itu. Cerita yang disimpan Abby selama ini seorang diri. Ia mengutarakan isi hati, kekhawatiran dan perasaan bersalah.

Shadow of the Wound (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang