Pagi itu di ruang tamu, Edmund dibuat kebingungan melihat interaksi aneh antara Gray dan Abigail. Matanya memicing melihat betapa canggung dua manusia itu.
Abigail yang sedang membersihkan rumah, dan Gray mengikuti dari belakang sambil sesekali membantu Abby apabila sulit melakukan atau mengambil sesuatu. Misalnya sekarang, ketika gadis itu harus berjinjit untuk dapat membersihkan bagian atas dinding, Gray langsung mengambil alat pembersih itu dan membantu Abby.
Gray berhenti ketika handphone berdering. Ia melirik ke arah Abigail yang rupanya tengah melirik juga padanya. Ia tunjukkan nama si penelepon. "Temanku menelepon. Aku angkat teleponnya dulu di depan." Gray mengecup pelipis Abby, lalu beranjak ke depan rumah.
Pemandangan itu tentu saja menarik atensi Edmund sepenuhnya. Sepertinya ada yang dia lewatkan semalam. Karena itulah ia bertekad menunggu sampai Gray selesai menelepon.
Cukup lama, sekitar dua puluh menit untuk menunggu pria itu selesai.
"Sepertinya aku melewatkan sesuatu tadi malam,"celetuk Edmund di belakang Gray dengan tangan bersila.
"Hm?"
Edmund memicing. "Apa terjadi sesuatu di antara kau dan Abigail semalam?"
"Kenapa bertanya begitu?"
"Aku terus memperhatikan interaksi aneh kalian berdua pagi ini. Bagaimana caramu memperlakukan dia, aku pikir itu bukan kau, Gray."
Gray mengembuskan napas panjang, dan mendudukkan diri di bangku taman yang sekelilingnya dipenuhi bunga anggrek dan beberapa tanaman herbal milik Abby.
"Jadi ... bisa kau cerita apa yang terjadi semalam?" Edmund bertanya sembari duduk di samping Gray.
"Aku juga tidak tau, Ed. Otakku sendiri belum mampu mencerna apa yang terjadi semalam."
"Hm?" Edmund menggaruk pelan hidungnya.
"Setelah menghampirinya di kamar, ada percakapan panjang di antara kami yang berakhir dengan saling mengutarakan isi hati."
"Termasuk kau?"
"I guess ya."
"Kau mengakui perasaanmu? Apa kau mengatakan betapa kau mencintainya?"
Gray berdecak. "Apakah perasaan hanya sesempit itu bagimu?"
"Lalu apa?"
"Entahlah. Aku hanya berkata jujur tentang bagaimana gadis itu selalu memenuhi kepalaku selama satu bulan ini."
Edmund mengerjap kaget. "H-How? I mean, how could you say that to her?"
"Just spoke them out. Semuanya terasa seperti beban yang selalu mengganggu tidurku, aktivitasku, dan semua yang aku lakukan. Aku coba mencari cara untuk melenyapkannya, tapi bukannya hilang, justru makin gila lagi, Ed, semakin sering, dan akhir-akhir ini menjadi setiap saat. Aku coba menghindar, menyangkal, dan rasanya semakin membebani." Gray jeda sejenak. Mengizinkan oksigen supaya bertukar dengan karbondioksida dalam paru-parunya. "Puncaknya kemarin saat Joshua mendatanginya. Di situ aku mulai hilang kendali, mulai mengakui sedikit. Dan semalam, ketika aku mengatakan semuanya pada Abigail, beban itu langsung hilang, Ed. Rasanya begitu lega saat tak ada lagi yang mengganggu hari-hariku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of the Wound (Completed ✔️)
RomantizmGray, seorang pria kejam yang berusaha menjebak Abigail dalam penjara yang ia buat. Sementara Abigail, seorang gadis lugu yang tidak pernah menyadari, bahwa dirinya telah masuk dalam perangkap Gray. .... Grayson Moore, seorang arsitek berdarah Inggr...