~People are present and teach a meaningful life~
Wanita cantik itu berdiri dengan raut kesal. Kedua tangannya bersedekap, sambil sesekali mencibir. "Kenapa kau mengajaknya ke rumah?" tanyanya dengan napas tersengal menahan emosi. Bagaimana tidak? Rencana yang sudah ia susun matang-matang, kini berjalan keluar dari jalur yang ia tetapkan. Marylane—wanita itu— memang merencanakan pertemuan Gray dengan Abigail, tetapi ia tak pernah berpikir kalau kekasihnya nekat membawa Abby ke rumah.
"Aku tak suka dia mengganggumu, Gray ...."
Gray menghirup banyak oksigen sebelum ia bersuara. Meredakan emosi wanita yang sedang marah, lebih sulit dari pada menghadapi banyak musuh bersenjata. Apalagi Mary. Wanita itu
akan menggila apabila ia sedang marah. Pernah sekali ia membanting semua benda di ruang kerja Gray, ketika ia berencana mengakhiri hubungannya dengan wanita itu. Sejak saat itu, Gray takut membuat Mary emosi berlebihan.Pria itu bangkit berdiri dan berkata, "Aku tau ini keputusan yang tidak kau sukai. Tapi ini adalah bagian dari rencanaku. Setidaknya dia terpukul setelah kematian Walter dan kehilangan rumah. Rencana selanjutnya akan terjadi di rumahku. Bukankah lebih mudah jika ia ada dalam jangkauanku? Aku tidak perlu repot-repot ke gubuk tuanya untuk sekadar bermain peran sebagai Gabriel sialan itu."
"Lalu sampai kapan kau akan berperan sebagai Gabriel yang selalu memperlakukan gadis itu dengan baik? Apa kau pikir aku suka melihat kedekatan kalian?"
"Tidak lama lagi, sayang. Aku harap kau selalu sabar menunggu. Percayalah bahwa peran itu akan hilang seiring berjalannya waktu."
Mary mengusap lembut tangan Gray. "Aku takut dia akan merebutmu dariku, Sayang ...."
Mendengar itu, Gray hanya bisa terkekeh. "Kau pikir aku membawanya ke rumah untuk memberinya kesempatan menggodaku? Kau tau sendiri rasa sayangku hanya padamu."
"Lalu bagaimana dengan kita? Kau pasti akan jarang menghabiskan waktu bersamaku."
"Siapa bilang, hm? Kita bisa bertemu seperti biasanya."
"Lalu bagaimana dengan gadis itu jika melihat kita berdua?"
"Meskipun dia tinggal di sini, tidak berarti bahwa prioritasku berubah. Kau tetap orang pertama yang ada dalam daftar tanggung jawabku, Mary."
Mary tersenyum lebar mendengar ucapan Gray. Ya. Seharusnya ia tak perlu cemas. Kalau Gray ingin Berselingkuh, sudah pasti ia lakukan sejak dulu. Mary harus yakin bahwa Gray sangat mencintainya, meskipun pria itu belum pernah bilang begitu. Kebersamaan mereka sudah cukup memberikan jawaban pada Mary, kalau Gray adalah miliknya. Jadi tak akan ada satu wanita yang bisa merebut Gray darinya, termasuk Abigail.
"Bagaimana dengan Gabriel?"tanya Mary tiba-tiba.
"Aku sudah menyusun semuanya, Sayang. Tidak perlu memikirkan hal lain."
"Baiklah. Aku percaya padamu."
Gray tersenyum dan berkata, "Aku akan mengantarmu pulang. Setelah itu aku akan langsung menjemput Abigail."
"Hm."
Malam ini Gray sengaja mengendarai mobil kesayangannya yang paling mahal. Tak lupa juga penampilan mewah dan elegan melekat di tubuh jangkungnya. Ia ingin membuat Abigail semakin tergila-gila padanya. Di pikiran Gray, semua wanita adalah pecinta uang. Jadi sangat masuk akal kalau Abigail adalah salah satu diantara mereka.
Ketika ia sampai di depan flat Abigail, pintu terbuka. Sepertinya gadis itu sudah membenahi semua barang. Ia membunyikan klakson mobil sebagai tanda bahwa gadis itu harus keluar. Jangan pikir Gray sudi membantu Abigail memindahkan semua barangnya di mobil. Percakapannya dengan Mary sore tadi, cukup membuatnya sadar bahwa ia tak boleh melibatkan perasaan jika itu mengenai Abigail. Gray harus tetap pada jalur yang tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of the Wound (Completed ✔️)
RomanceGray, seorang pria kejam yang berusaha menjebak Abigail dalam penjara yang ia buat. Sementara Abigail, seorang gadis lugu yang tidak pernah menyadari, bahwa dirinya telah masuk dalam perangkap Gray. .... Grayson Moore, seorang arsitek berdarah Inggr...