7. Another Suffering

114 12 0
                                    

~It's not fair, when mouth and heart are at odds~



Abigail masuk ke mobil dan menatap  Gray yang juga tengah menatapnya. “Aku yang akan mengemudi,”ucap gadis itu sembari mengusap rahang Gray yang dihiasi rambut-rambut halus, menambah kesan maskulin pria itu.

“Kau bisa?”

“Tentu.”

Abigail menyalakan mesin dan mulai memutar mobil. Tak lama kemudian, ia mengendarai mobil itu dengan kecepatan normal.

"Kau tidak perlu menolong pria brengsek itu!"ujar Gray di tengah perjalanan.

"Kalau begitu aku harus bagaimana? membiarkannya?"

"Ya, kau harus membiarkannya, Abby. Bahkan kalau bisa, kau harus menghabisinya!"

Abigail tercekat mendengar kata-kata kejam Gray. "Ada apa denganmu, Gabriel?"

"Harusnya aku yang bertanya 'ada apa denganmu, Abigail?"

"Apa yang salah dengan membantu orang lain?"

"Itu salah karena kau menolong pria yang menabrak mobilku!"

"Dan kau juga salah karena sudah melukainya." Abigail berusaha menjelaskan dengan pelan.

"Jadi kau membelanya?"

"Gabe—"

"Lain kali kalau bertemu lagi dengan pria itu, aku akan langsung membunuhnya!"

Abigail menggeleng tak percaya. "Apa sebegitu tidak berharganya nyawa bagimu?"

"Ya! Bagiku nyawa sangat tidak berharga."

Meskipun hatinya dipenuhi keterkejutan luar biasa, Abby berusaha menahan perasaannya sampai mereka tiba di rumah.

“Kau di sini dulu. Aku harus mengobati lukamu." Abigail mencegah Gray yang hendak pergi.

"Tidak perlu!"

"Gabriel? Apa kau marah padaku?"

Gray menatap Abby dengan kesal. "Manusia mana yang tidak marah kalau kekasihnya membela orang lain?"

"Aku tidak membela pria tadi, Gabe ...."

"Kau yakin? Kau bahkan tidak membantah saat aku mengatakan kau membela pria itu!"

"Aku diam karena aku ingin menyelesaikan masalah ini di rumah."

"Itu hanya alasanmu!"

"Gabe ... tolong jangan keras kepala. Lebih baik kita bicarakan ini di dalam, supaya aku bisa mengobatimu."

"Aku mau pulang!"

"Baiklah, aku minta maaf. Aku tidak membela pria tadi. Aku hanya sangat takut pria itu akan menuntut keadilan darimu. Tolong jangan persulit ini, dan biarkan kita mengobrol di dalam, yah ...."

" ...." Gray bergeming.

"Aku melakukannya karena tak ingin kau berurusan dengan polisi. Tolong pahami itu, Gabriel." Abigail mengusap wajah Gray lembut. "Kau mau, 'kan?"

Netra biru laut Gray menyorot tajam netra perak Abigail yang tengah memohon.

"Gabe?"

Gray sedikit menyesal melihat netra itu mulai lemas, dan ia akhirnya mengangguk, membuat senyum tulus Abby terbit.

Abigail membuka pintu, dan menyuruh Gray masuk. Ia lalu membawa pria itu duduk, sementara ia menyiapkan es batu.

Abigail membersihkan wajah Gray dengan kain yang sudah di basahi air hangat dengan sangat lembut, sehingga Gray tak kuasa mempertahankan matanya tetap terbuka.

Shadow of the Wound (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang