16. Past

100 5 0
                                    

Abigail turut menjemput Gray yang hari ini sudah diizinkan pulang. Namun bukan berarti ia bebas melakukan apapun yang ia mau. Ia sadar diri, hanya bisa memantau dari jauh ketika Gray keluar dibantu oleh Edmund. Ia memerhatikan pria itu diam-diam. Beberapa kali ia tertangkap basah tengah menatap Gray, lalu cepat-cepat ia membuang pandangan ke arah lain. Jujur saja pikirannya sedang pusing, hingga ia berjalan gontai seperti orang bodoh. Untung ada Edmund yang beberapa kali menyadarkannya.

"Hei,"panggil Edmund lembut. "Kau kenapa?"

"Tidak."

Edmund tentu tahu ada yang tak beres. Namun kalau Abigail sendiri tutup mulut, ia tak punya hak memaksa.

"Ed, aku naik taksi saja,"pinta Abby ketika mereka tiba di lobi rumah sakit.

"Hm? Di mobil hanya ada aku dan Gray."

"Justru itu, Ed."

Edmund mengembuskan napas panjang. "Kau yakin?"

Abigail mengangguk.

"Kalau begitu berhati-hatilah. Langsung kabari aku jika ada hal yang mencurigakan."

"Tentu,"jawab Abby seraya tersenyum pedih. Seandainya yang memberikan perhatian itu adalah Gray. Ia kemudian menghentikan taksi beberapa meter di dekat pagar rumah sakit.

Sementara itu dalam perjalanan pulang, Gray tampak melamun dan seringkali tidak merespon ucapan Edmund.

Ada satu hal yang ia pikirkan sejak di rumah sakit, tepatnya sejak Abby datang. Entah kenapa gadis itu berekspresi tak lazim. Ia hanya diam sambil melamun, berusaha menghindari tatapan Gray, dan raut kegelisahan jelas tercetak di wajahnya. Gadis itu seperti raga tanpa jiwa, entah kemana dan kenapa. Ia bahkan sering mengabaikan pertanyaan Edmund. Dan tadi ketika mereka berada di lobi rumah sakit, Abigail yang sedang menunggu taksi, tampak menoleh takut-takut ke semua arah, seolah-olah ia sedang diawasi.

"Grayson!" Tepukan di bahu menyadarkan Gray. Ia menoleh ke samping.

"Apa yang kau pikirkan? Sejak tadi aku bicara dan kau tak menanggapi."

Gray terkejut. Ternyata lumayan lama ia memikirkan gadis sialan itu. Ah! Apa yang terjadi dengannya akhir-akhir ini? Kenapa gadis itu selalu memenuhi pikirannya? Sial! Sial! Sial!

"Ada apa, Gray?"

"Ah ...." Gray harus menemukan alasan yang tepat. "Aku hanya merasa aneh setelah beberapa hari di rumah sakit, dan sekarang kembali menghirup udara dengan normal. Rasanya lama sekali aku dikurung dalam ruangan berbau itu!"

"Kau ini!" Edmund tak habis pikir alasan Gray bersikap aneh, ternyata hanya karena ia pada akhirnya keluar dari rumah sakit, tempat yang paling ia benci sejak dulu.

"Apa kita akan langsung pulang?"tanya Edmund.

"Hm."


Tak berselang lama dari situ, mereka akhirnya tiba di rumah, dan disambut dengan ceria oleh Mason dan Elizabeth. Sebenarnya Mason ingin menjemput Gray, hanya saja Edmund memintanya untuk membantu Elizabeth menyiapkan semua keperluan Gray. Mereka ditugaskan membersihkan lantai kamar, mengganti seprai, gorden, taplak meja, dan handuk. Tak hanya itu, rumah juga harus dalam keadaan bersih, dan Abigail lah yang berinisiatif membersihkannya. Sementara makanan akan disiapkan oleh Elizabeth sesuai permintaan Edmund.

Shadow of the Wound (Completed ✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang