"Bersyukur, agar tak menjadi manusia kufur. Berbagi, walau sedikit harta yang dimiliki. Berbuat baik itu mudah, nafsu kita saja yang tak mau kalah."
- Arnav dan Lautan -
.
.
.
.
..
.
.
.
.Suara klakson bersahutan dari berbagai sudut jalanan ibu kota yang semakin sore semakin ramai. Berdiri di atas jembatan penyebrangan, seorang pria dengan seragam sekolah mengedarkan pandangan ke seluruh objek yang ada di bawahnya. Mengamati satu per satu orang-orang yang tengah berlalu-lalang, pikirannya terbang.
Jika dilihat dari atas seperti ini, ia bisa melihat berbagai macam orang dengan kondisi yang berbeda. Di pinggir jalan matanya melihat seorang petugas kebersihan yang dengan semangat menyapu dedaunan kering yang gugur dari dahan pohon di atasnya.
Walau sudah terlihat kelelahan sebab bekerja sejak siang atau bahkan pagi, petugas kebersihan itu melakukan tugasnya dengan baik dan tersenyum saat melihat jalanan kembali bersih berkat tangannya. Meskipun ia tahu daun itu akan mengotori jalan kembali, tapi dengan tulus pria paruh baya itu menyapunya. Tak peduli jika beberapa langkah saat ia pergi ada kemungkinan satu dua daun jatuh mengotori lagi.
Seperti halnya dalam hidup. Ketika kita ditimpa masalah yang datangnya bertubi-tubi, tapi dengan kerelaan hati kita mau menghadapi dan menyelesaikannya. Meski tak sekuat itu, kita mau bertahan dan berjuang hingga kita mampu melewati semua masalah yang ada. Tak peduli jika nantinya akan ada hal berat lain yang datang lagi, setidaknya kali ini kita sudah berjuang. Bukan hanya diam, apalagi menyerah tanpa alasan.
Menggeser pandangan, Arnav melihat kemacetan di lampu merah. Bibirnya tersenyum saat melihat seorang anak kecil yang sibuk bercanda dengan bapaknya di atas motor. Walau memikul banyak tanggungan, tapi pria tua itu seolah menjadi orang tanpa beban saat menjahili anak laki-lakinya.
Memang benar, seberat apapun hidup itu bukan berarti kita harus menjalaninya dengan segala ketegangan. Ada kalanya kita harus berhenti sejenak di tengah perjalanan untuk beristirahat. Kita bisa melihat sekeliling, menikmati waktu dengan orang tercinta, atau sekedar diam untuk mematangkan rencana yang sudah kita buat. Kita juga perlu sedikit bercanda, agar semesta tak selalu menjadikan kita sebagai bahan untuk lelucon dunia.
Ting
Sebuah pesan masuk ke dalam ponsel yang Arnav genggam membuat lamunannya buyar. Ia membaca pesan singkat yang rupanya berasal dari nomor tak dikenal. Tak membalas pesan dari tersebut, Arnav langsung berlari menuju motornya dan membawa kendaraan itu menuju rumah sakit.
"Bang," ucap Irham saat menyadari kedatangan Arnav.
"Kenapa bisa kayak gini?" tanya Arnav khawatir.
"Tadi waktu Irham mau ke fotocopy-an ada orang yang menyerempet Irham, tapi dia pergi gitu aja. Untungnya cuma tangan Irham yang cedera, selebihnya gapapa." Jelas Irham lantas tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnav dan Lautan | Haechan [END]
Fanfiction[Follow dulu sebelum membaca] ⚠️Belum direvisi, mohon maaf jika terasa berantakan. Lazuardi Arnav Baswara, pria penuh luka dengan sejuta tawa. Bertahan hidup dengan satu dendam yang tersemat dalam hatinya. Perjalanan untuk menemukan sosok yang telah...