32 - Sesuatu yang Tak Pasti

1.2K 213 46
                                    

Siang semua...

Seperti biasa, VOMEN hehe

Makasih ya yang masih mau membaca cerita Arnav dan Lautan

Mohon maaf kalau ada sesuatu yang kurang, semoga suka

Happy reading^^

.
.
.
.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Di siang yang terik seorang pemuda dengan seragam SMA berjongkok di pinggir jalan. Tangannya sibuk memberi sosis dan ikan asin kepada kucing-kucing yang hidup di tengah keegoisan manusia. Kucing-kucing yang selalu di usir saat kakinya melangkah masuk ke warung makan padahal hanya mengharap sebuah tulang. Kucing-kucing yang tak jarang dibentak, dipukul, dilempari batu, bahkan disiram air panas saat perutnya kelaparan.

Hewan-hewan lucu itu tak meminta sepiring daging, mereka hanya ingin diberi secuil makanan tanpa harus diperlakukan kasar. Mereka juga punya hati yang bisa sakit jika dijahati. Mereka juga bisa menangis saat tak kuasa menahan lara dari tangan-tangan jahat manusia. Bukankah mereka juga makhluk Tuhan yang pantas mendapat kasih sayang?

Sadar atau tidak terkadang kita sebagai manusia justru bersikap angkuh dan berego tinggi pada hewan di sekitar. Mengabaikan, menghindari, bahkan menyakiti seolah mereka bukanlah sesuatu yang penting. Menganggap mereka sebagai pengganggu dan pencuri saat sepotong ayam goreng dimakan kucing yang begitu kelaparan.

Kalau saja kita memberi lebih dulu, mungkin mereka tak akan bersikap seperti itu. Tak mau berbagi padahal sebagian dari apa yang kita makan adalah hak untuk hewan-hewan di sekitar kita. Apakah seserakah itu kita sebagai manusia?

“Arnav,” panggil seseorang membuat si pemilik nama menghentikan aktivitasnya.

Pria itu bangkit lantas memandangi perempuan yang sudah lama tak ia lihat. Senyum Arnav praktis terbit melihat sosok Nara yang ingin sekali ia dekap.

“Kamu ngapain di sini? Bukannya kamu nggak boleh ke luar rumah?” tanya Arnav.

“Aku mau ketemu sama kamu. Bisa ngobrol sebentar?” balas Nara. Arnav mengangguk lantas menggandeng perempuan itu ke tempat yang lebih nyaman.

Kini keduanya duduk di sebuah bangku di bawah pohon yang rindang. Semilir angin menjadi pengiring pembicaraan yang sepertinya akan menjadi hal yang serius.

“Kemarin malam aku lihat kamu masuk ke ruangan papa dengan pakaian serba hitam, kamu sedang apa? Kamu mencari sesuatu di rumahku?” tanya Nara membuat Arnav terdiam.

“Nav, tolong jawab jujur. Apa yang sedang kamu cari hingga berbuat hal nekat seperti itu?” tanya Nara lagi seraya memegang tangan pria di sampingnya.

Arnav dan Lautan | Haechan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang