"Saujana sandyakala dalam jumantara rupanya sama seperti kirana-nya wanodya bernama Nara. Indah walau temaram, jadi candu tiap menyambut malam."
- Arnav dan Lautan -
.
.
.
.
..
.
.
.
.Arak-arakan mega putih bak kapas menggantung pada birunya angkasa yang membentang hingga ke sudut kota. Teriknya sang surya terasa menusuk permukaan kulit, membuat pria berkaos hitam itu segera berlari menuju basecamp. Ia baru saja menjemur empat seragam yang basah sebab ‘tugas negara’ dari guru BK.
Merebahkan tubuhnya di lantai yang dingin, tangannya meraih ponsel di atas meja. Bibirnya tersenyum tipis saat membaca beberapa pesan dari seorang gadis yang membuat harinya lebih berwarna. Sejurus kemudian ia mengetikkan sesuatu pada benda pipih itu lantas meletakkannya di dada.
“Ciailah, senyum-senyum. Kasmaran lu, Zu?” tanya Chio yang sedari tadi memperhatikan sikap aneh Arnav.
“Iya, kali.” Jawab Arnav lantas bangkit dari tidurnya. Pria itu berjalan ke sudut ruangan untuk mengambil gitar yang disandarkan ke rak buku.
“Kok kali?” sela Arga di tengah-tengah kesibukannya membaca komik.
“Soalnya belum pasti,” balas Arnav jujur.
“Ya lo pastiin dulu, lah. Tapi, emangnya lo lagi dekat sama siapa?” sela Alex.
“Cewek yang spesial pokoknya. Nanti kalau ada kesempatan gue pasti kenalin ke kalian. Sore ini gue juga mau pergi sama dia. Sekaligus memastikan perasaan gue apakah suka atau cuma sekedar kagum,” jelas Arnav.
“Gilee. Pergi ke mana?” tanya Chio.
“Belakang pabrik,” jawab Arnav jujur.
“Anjir, lo mau pacaran apa mau nge-begal?” sahut Arga yang sudah mengembalikan komiknya di rak entah sejak kapan. Arnav hanya terkekeh melihat wajah kaget teman-temannya.
Di sisi lain Nara yang sudah sampai rumah sejak satu jam yang lalu kini sedang sibuk memilih baju mana yang akan ia kenakan sore nanti saat pergi bersama Arnav. Pria itu mengatakan akan mengajaknya untuk memberi makan pada kucing-kucing dan melihat senja di suatu tempat. Romi sedang pergi ke luar kota, jadi ini kesempatan bagus untuk bermain dengan Arnav tanpa khawatir ketahuan oleh sang papa.
Menit demi menit terus berjalan, Nara baru saja selesai mandi dan akan mencoba merias dirinya sendiri. Setiap pergi ke acara-acara tertentu, Sandra lah yang selalu meriasnya. Ia selalu bertanya bagaimana cara berdandan yang baik dan fungsi dari setiap make-up yang ada di meja riasnya. Kini saatnya bagi Nara untuk mempraktikkan apa yang sudah Sandra ajarkan. Tak akan menggunakan banyak jenis, ia hanya akan menggunakan bedak dan lip tint saja.
Terdengar mudah bukan? Tapi, itu adalah hal yang sulit bagi Nara.
Dengan tangan yang sedikit gemetar gadis itu mengoleskan pelembab ke wajahnya. Setelahnya Nara meraih sebuah bedak dan brush. Dengan perlahan ia meratakan bedak hingga ke lehernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arnav dan Lautan | Haechan [END]
Fiksi Penggemar[Follow dulu sebelum membaca] ⚠️Belum direvisi, mohon maaf jika terasa berantakan. Lazuardi Arnav Baswara, pria penuh luka dengan sejuta tawa. Bertahan hidup dengan satu dendam yang tersemat dalam hatinya. Perjalanan untuk menemukan sosok yang telah...