Arnav dan Lautan | Haechan [END]

23 - Petunjuk

"Kunci hidup tenang di dunia adalah tidak mengkhawatirkan segala hal yang sudah Tuhan janjikan."

- Arnav dan Lautan -

.
.
.
.
.

.
.
.
.
.

Arak-arakan awan bergerumul di atas kepala gadis dengan coat sepaha. Dinginnya angin berembus menerpa wajah, menusuk kulit hingga ke tulangnya. Akhir-akhir ini cuaca begitu buruk, bahkan penyuka hujan pun tak akan berminat bermain air saat kondisi alam tak karuan seperti ini.

Berjalan dengan langkah cepat Nara membuka gulungan kertas bertuliskan nama seseorang. Ia begitu terburu-buru hingga beberapa kali tersandung kakinya sendiri. Melirik ke arah jam tangan, wajahnya semakin tegang.

“Jangan sampai terlambat,” lirihnya dengan terus berlari sebisa mungkin.

Berdiri di antara banyak orang Nara mengangkat tulisan yang sudah ia siapkan. Matanya ia edarkan ke seluruh sudut untuk mencari keberadaan sosok yang sebenarnya tak ingin ia lihat.

“Kak!” Seru Nara.

“Rek-sa!” Lanjut gadis itu.

“Argh,” tubuhnya terhuyung dan kakinya terinjak seseorang di sampingnya.

Nara memajukan tubuhnya lalu melambaikan tangan pada sosok jangkung yang mulai mendapati eksistensinya. Dengan senyum ramah Nara menghampiri pria bertopi dengan sebuah tas yang digantungkan di salah satu bahunya.

Tadi pagi Romi menyuruh Nara untuk menjemput Reksa di bandara sebab ada urusan penting dengan Jov di kantor. Hari ini Reksa tiba di tanah air, karena memang pria itu tinggal di Jerman. Ia hanya ke Indonesia saat ada perintah dari Jov. Dan mau tidak mau Nara harus menuruti permintaan sang papa untuk menjemput pria itu.

Kenapa tidak dijemput oleh orang-orang Romi? Karena sebenarnya Romi ingin membuat Nara lebih dekat dengan Reksa. Mungkin itu yang bisa Nara simpulkan sejauh ini.