3. Sisi Manis

3.6K 228 15
                                    

Niat Rino beristirahat di kamar berujung gagal total.

Jangan tanya kenapa. Jelas alasannya adalah kata-kata Jian yang membuat Rino langsung memutuskan hengkang dari kamar. Daripada bertambah stres karena menghadapi Jian, lebih baik Rino mengalah dengan membatalkan keinginan istirahat tidur siang.

Rino tidak tau apa yang dipikirkan Jian. Apa Jian tidak sadar kalau kata-katanya itu terlalu vulgar? Atau, Jian cuma pura-pura dan hanya sekadar ingin mengajak bercanda? Kalau pun niatnya mau bergurau, Rino tidak tau di mana letak lucunya.

Serius.

Bukannya tertawa, Rino malah sakit kepala.

Karenanya, Rino langsung permisi dengan beralasan dia ada kelas sebentar lagi. Padahal nyatanya Rino tidak ada kelas lagi.

Rino juga tidak tau harus ke mana. Akhirnya, Rino berhenti di area taman kampus yang asri dan disediakan beberapa kursi panjang untuk bersantai.

Mungkin duduk-duduk di sini bisa menyegarkan pikiran Rino.

Rino duduk sambil menyandarkan punggung ke sandaran. Sejenak, dia memejamkan mata. Pikirannya entah kenapa malah membayangkan Jian.

Jian yang terlihat manis dan imut, tapi nyatanya begitu ... ah, Rino bahkan tidak tau pasti. Apakah Jian memang polos atau justru sebaliknya alias binal. Kalau pun Jian ternyata tidak sesuai penampilan menggemaskannya, kenapa Jian tidak segan-segan di depan Rino?

Catat. Mereka bahkan BARU PERTAMA KALI bertemu.

Apa Jian tidak memikirkan apakah Rino akan ilfeel atau bagaimana?

Pusing, pusing!

Rino sampai mengacak-acak rambut saking frustasinya.

"Kak Rino!"

Di tengah kekalutan, seseorang menyapa Rino. Rino refleks menoleh. Sebuah senyum langsung terukir di wajah ketika melihat siapa yang mendekat.

"Felix, kamu ngapain di sini?" tanya Rino sembari menggeser posisi duduk. "Sini." Ditepuknya kursi di sampingnya.

Cowok yang disapa sebagai Felix itu mengangguk. Senyum turut menghiasi wajah manisnya. Dengan kulit putih dihiasi taburan freckles yang indah, dipadukan binar mata cerah dan hidung mancung, membuat Felix yang tersenyum benar-benar begitu indah.

"Kebetulan lewat aja, Kak." Felix menyodorkan kotak di tangan pada Rino. "Buat Kakak."

"Oh, buat saya?" Rino menerima kotak bekal tersebut tanpa berpikir dua kali. "Apa ini yang kayak saya pikirin?"

Felix terkekeh kecil. "Buka aja kalau Kakak mau tau."

Rino ikut tertawa pelan. Begitu dibukanya kotak bekal pemberian Felix, senyum Rino semakin lebar. Brownies dengan harum yang begitu menggoda terpampang di depannya.

"Persis tebakan saya." Rino menutup kembali kotak bekal di tangan. Satu tangannya yang lain mengelus pucuk kepala Felix. "Thank you, Lixie."

Felix tersenyum kian manis. "Anytime, Kak. Nanti kita bikin brownies bareng, yuk! Mau nggak?"

Rino kembali ke asrama ketika sudah agak larut malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rino kembali ke asrama ketika sudah agak larut malam. Sepanjang siang dia habiskan mengobrol dengan Felix, mengerjakan tugas kelompok dan mandiri, serta berkunjung ke apartemen Sam.

Jam menunjukkan pukul setengah sebelas sekarang. Rino berjalan agak gontai ke kamarnya. Ketika sudah sampai tepat di depan pintu, Rino merogoh kunci. Kali ini, pintu kamar mengeluarkan bunyi klik ketika kunci diputar.

Antara Jian belum pulang atau memang Jian sudah kembali dan mengunci pintu dari dalam.

Begitu membuka pintu, hal yang Rino lihat adalah kamar sudah gelap. Dengan Jian tidur di ranjangnya. Cowok itu kelihatan nyenyak dan tidak terusik sama sekali.

Pelan-pelan, Rino memasuki kamar. Saat meletakkan tas ke dekat meja, Rino menemukan sekantung plastik berisi kotak makanan. Diangkatnya kotak tersebut. Ada bobotnya, yang menandakan berisi makanan. Bersamaan dengan itu, sebuah sticky note tertempel di meja.

Kak Rino, ini aku beliin makan malam. Maaf, Jian bobo duluan ya. Soalnya udah ngantuk. Selamat makan, Kak Rino!

Rino menoleh, menatap agak lama Jian yang tengah tidur. Lalu, Rino tersenyum.

Senyum yang tidak bertahan lama. Tepat ketika handphone di saku celananya bergetar, senyum Rino langsung luntur. Terlebih ketika melihat nama si pemanggil yang tertera.

Jeo.







roommate; minsung 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang