20. Night Sex (1) 🔞

2.1K 124 26
                                    

a little warning:
it might end up being a kinky one

....

Padahal Rino bertekad agar tidak melakukan hal seperti ini di area kampus, apalagi di kamar asrama. Namun, sudah cukup dia bersabar.

Toh, ini yang diinginkan Jian selama ini kan?

Terlebih, sudah lama sekali sejak Rino sebernafsu ini. Dia terakhir kali bercinta beberapa bulan lalu. Kamar mandi sebetulnya pilihan aman, tetapi Jian terlalu sayang untuk dihukum di tempat seperti itu.

Ranjang menjadi pilihan Rino.

"Ack!" Jian menjerit tertahan saat Rino melemparnya ke ranjang.

Rino menjilat bibir. Dia tidak bisa bohong kalau kejantanannya benar-benar mengeras. Semua karena Jian. Jika terjadi sesuatu nanti, Jian turut ambil andil terkait apa yang terjadi malam ini.

"Kakak— hngh! K-Kak Rino, tunggu dulu," Jian melenguh saat Rino menciumi leher jenjang cowok itu dengan tidak sabaran. Tangannya berusaha menahan pundak Rino.

Rino mendesis tidak suka. Dicengkeramnya kedua pergelangan tangan Jian dan mendorongnya ke atas kepala si empu. "Kamu yang memulai ini, Jian. Jangan menyalahkan saya."

"Aku— mmph!"

Rino meraup bibir Jian tidak sabaran. Ciuman di antara mereka tergesa-gesa. Rino mendominasi, menuntun ciuman semakin terasa berantakan. Lenguhan Jian membuat suasana memanas.

"Kakak, Jian— mmmh."

Rino kian mengencangkan cengkeraman pada pergelangan Jian. Dihisapnya bilah bibir Jian bergantian. Perlahan tapi pasti, Jian mulai mengendur. Memilih pasrah di bawah dominasi Rino.

Tangan Rino yang lain menggerayangi tubuh Jian. Jian masih mengenakan kaus yang basah karena terkena air, tapi siapa peduli?

Tangan Rino tanpa permisi menyusup ke balik kaus Jian. Tangannya meraba-raba, mengelus perut rata Jian, perlahan naik hingga menyentuh dada berisi cowok Jian. Rino meremasnya agak kuat. Jempolnya mengusap puting Jian.

Jian melenguh di sela lumatan mereka. Bibirnya refleks membuka. "Angh!"

Rino tersenyum kecil, memanfaatkan momen itu dengan melesakkan lidah. Sedetik kemudian, lidah Rino mulai menyapa rongga mulut hangat Jian.

"Angh! Mmmph ...." Jian menggeliat saat Rino mengusap area putingnya. Kuku Rino dengan nakal menggaruk puting Jian.

Begitu lidah mereka saling memagut, itu menjadi pancingan bagi Rino. Nafsunya kian naik. Adik kecilnya yang sama sekali tidak bisa dikatakan kecil berkedut.

Sialan! Rino menjilat bibir Jian. Hanya dengan berciuman saja membuat badan Rino menjadi panas.

"Kakak, hngh ...." Jian terengah-engah saat Rino melepas ciuman. Wajahnya memerah. Rambut cowok itu basah dan berantakan.

Pemandangan yang tidak bisa dianggap sepele.

Rino mendekatkan wajah hingga mereka hanya terpisah jarak beberapa senti. "Baru ciuman saja puting kamu sudah berantakan begini, Jian."

Rino merobek kaus Jian. Dia menuntun Jian agar melepas kaus yang telah sobek, membuat tubuh ramping dan indah Jian terekspos. Rino menyisir rambut ke belakang, mengagumi betapa menggairahkannya teman satu kamarnya itu.

"Kakak, mau." Jian menyentuh abs terlatih Rino. "Jian mau Kak Rino. Please ...."

"Mau apa, Jian?" Rino meraih tangan Jian. Ditaruhnya tangan Jian ke dada bidangnya. "Bicara yang jelas. Saya tidak mengerti kalau setengah-setengah seperti itu."

"Mau Kakak— hngh. Please. Jangan godain Jian kayak gini." Jian menutup muka dengan bantal.

Rino terkekeh kecil. Ini yang selama ini menggoda dan bertingkah binal di depan Rino? Tidak bisa dipercaya.

Rino menepis bantal itu, menatap Jian dari dekat. Senyum terukir di wajah tampannya. "Siapa yang selama ini selalu menggoda saya, hm? Kenapa kamu malah malu seperti itu, Jian?"

Jian menggeleng. Ekspresinya memelas. "Hng … nggak tau. Jian nggak tau. Kakak, jangan godain aku terus. Aku malu— AH!"

Jian mengejang saat Rino mencubit salah satu putingnya. Rino tergelak kecil. Ah, puting Jian terlalu menggoda. Pink dan begitu pas di jempolnya. Rino mengusapnya bersamaan dengan kedua tangan.

"Kakak, uh … puting Jian geli. Geli banget."

"Geli atau enak, Jian?"

Dada Jian membusung. "Dua-duanya. Kakak, please .... Jian nggak kuat."

"Saya belum apa-apakan, Jian. Apanya yang tidak kuat?" goda Rino.

Jian hendak memohon, tetapi langsung disela desahan keras dari bibirnya sendiri. Bagaimana tidak? Rino tanpa permisi langsung meraup salah satu puting Jian. Dia menghisap benda merah muda itu kuat-kuat. Bunyi hisapan yang basah segera memenuhi sekitar.

"Manis, Jian." Rino memeluk pinggang ramping Jian dengan satu tangan. "Nenen kamu manis."

"Uh … haaah, Kakak." Jian mendekap kepala Rino, membenamkan wajah laki-laki itu di dadanya. "Enak. Enak banget. Ugh ...."

Tangan Rino dengan nakal menarik celana Jian. Meski hanya berbekal satu tangan, Rino berhasil melepas celana Jian, berikut dalaman cowok manis itu. Tidak butuh lama hingga akhirnya Jian ikut telanjang bulat di kungkungan Rino.

"Dingin, Kak. Jian mau diapain? ACK! Kakak, tangannya— uh, nooo." Jian menggeliat hebat.

Rino meremas kontol mungil Jian tanpa ampun. Bibirnya sibuk menjilati dan melumat puting Jian hingga makin mengacung. Rino melepas hisapannya, menjilati benda mungil itu sembari menatap Jian dari bawah.

"Kamu cantik, Jian." Rino menyejajarkan wajah mereka. Kening mereka bertemu. "Kamu yang paling cantik."

"Hngh … Kakak." Jian mengalungkan lengan di leher Rino. "Lebih cantik dari crush Kakak?"

"Fokus ke saya, Jian. Jangan bicarakan orang lain." Rino menampar kontol mungil Jian, membuat Jian mendesis. "Mengerti?"

Jian malah menantang. "Kalau Jian nggak mau? Kakak harus jawab, lebih cantik dia atau— AH!"

Rino mencekik leher Jian. Giginya bergemeletuk. Aura dominannya benar-benar muncul ke permukaan. "Obey me, Jian. Jangan. Bicarakan. Orang. Lain. Mengerti?"

Jian tersenyum kecil. "Make me, Kak."

Bajingan! Rino menyeringai. "Should I spit on you, little slut?"

Jian justru menuntun Rino agar mengencangkan cekikan di lehernya. "Dare enough, Kakak sayang?"

Tanpa dipinta dua kali, Rino mengumpulkan saliva dalam mulut lalu meludahi wajah Jian. Tidak hanya sekali, tetapi beberapa kali hingga dia puas melakukannya.

Jian, benar-benar penuh kejutan, membuka mulut saat Rino meludah kali terakhir. Sengaja menampung ludah Rino dengan senyum miring. "What a hot creature you are, Kak Rino."

Fuck.

Malam mereka baru saja di mulai.












roommate; minsung 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang