Sial!
Seharusnya Rino menolak omong kosong ini!
"Kontol Kakak makin ngaceng." Jian tersenyum. "Sayang-nya Jian sange banget, ya?"
Dipanggil begitu membuat nafsu Rino membara. Desisan kecil tidak bisa dia tahan saat Jian mengocok pelan kontol besarnya. Telapak tangan Jian yang halus terasa begitu nikmat.
Karena tidak kunjung mendapat persetujuan Rino, Jian mengambil inisiatif. Cowok itu berlutut hingga wajahnya tepat menghadap selangkangan Rino. Tatapan Jian tidak lepas dari betapa besar dan gemuknya kejantanan Rino. Jian menjilat bibir sendiri. Ekspresi polos dan menggemaskannya telah berubah menjadi lapar.
"Kakak ...." Jian mendongak. "Kontol Kakak gede banget."
Napas Rino tercekat. Dia dihadapkan pilihan sulit. Apakah harus menghentikan Jian atau—
"Jian, apa yang kamu— ah!"
Desahan rendah mencuat dari bibir Rino saat Jian menggesekkan ujung hidung ke palkonnya. Rino menatap ke bawah. Seketika degup jantung Rino menjadi lebih cepat.
Jian menghirup aroma kepala kontol Rino yang terbilang cukup besar. Matanya terpejam. Tampak Jian tengah menikmati apa yang dia lakukan. Cowok itu menarik napas panjang, lalu tersenyum saat membuka mata. Bibirnya tanpa permisi mengecup ujung kontol Rino yang refleks berkedut kecil.
"Jiandra, stop." Napas Rino memberat.
"Bau kontol Kak Rino enak." Jian tersenyum. Bibir plump-nya kembali mencumbu lubang kencing Rino. Kali ini disertai jilatan lembut dari ujung lidah basahnya. "Jian suka. Jantan dan seksi."
Fuck!
Rino sudah tidak tahan lagi. Persetan dengan rasional.
"Kamu yang meminta ini, Jian." Rino mendesis.
Jian sama sekali tidak terkejut. "Jian tau, Kak."
Jari Rino mengelus pipi Jian. Perlahan tetapi pasti, Rino meletakkan jempol di bilah bibir teman sekamarnya itu. Diusapnya bibir Jian dengan lembut. "Kamu mau bantu saya dengan bibir ini?"
Jian mengangguk. Bilah bibirnya membuka. Lidah Jian dengan nakal menjilat jempol Rino. "Mau banget. Boleh, ya? Jian janji bakal jadi anak baik buat Kak Rino."
"Kalau begitu," Rino melesakkan jempol ke mulut Jian. "Kulum dengan benar, Jian."
Tanpa perlu diperintah dua kali, Jian langsung paham. Kedua tangannya memegang pergelangan tangan Rino yang firm. Tatapannya begitu sayu ketika mulai menghisap jempol Rino perlahan. Sesekali, Jian turut melumat serta menyapu jempol Rino menggunakan lidah basahnya. Seolah jempol Rino sudah menjadi candu bagi Jian.
"Mmhm, Kak Rino," lenguh Jian. "Kontol Kak Rino gede."
Rino terkekeh kecil. "Nggak boleh bicara kontol, Jian. Kamu masih kecil."
"Nggak!" Jian mengeluarkan jempol Rino dari mulut. "Jian udah gede. Jian bisa enakin kontol Kak Rino."
"Saya ragu soal itu." Rino mengusap bibir Jian sensual. "Kamu yakin bisa?"
Jian langsung menggenggam kontol Rino yang bergelantungan. Meski tidak sekeras tadi, tatapan lapar di matanya tidak berkurang sedikit pun. "Jian bisa."
"Lakukan dengan benar." Rino memainkan rambut Jian sebelum meremasnya. "Atau saya hukum kamu."
Diberi lampu hijau, Jian mendekatkan wajah pada selangkangan Rino. Bukan hanya kontol besar dan berurat Rino yang menarik perhatian Jian. Pria yang lebih tua darinya itu memiliki jembut cukup lebat tapi terlihat terawat. Salah satu dari beberapa hal yang sangat menggoda dari Rino. Belum lagi aroma alami Rino yang sudah bersih bercampur sabun kian membuat nafsu Jian menggebu.
Belum pernah Jian merasa senafsu ini.
Jian ingin menikmatinya sedikit demi sedikit. Namun, Rino terlihat tidak sabaran. Terasa dari remasan cowok itu pada rambut Jian semakin kuat.
Dalam hati, Jian tersenyum. Jelas sekali godaannya telah membuat Rino seperti ini.
"Jangan mempermainkan saya, Jian." Rino sedikit membentak. "Kamu yang memulai semua ini."
Jian mendongak. "Kakak ...."
Wajah Jian begitu menggoda dengan rona kemerahan dan tatapan sayu. Belum lagi bibir Jian sedikit basah karena sempat memanjakan jempol Rino.
Rino menggenggam pangkal kontol, menampar wajah binal Jian dengan batang kontol yang tebal serta terdapat urat-urat menyembul halus. "Kenapa, Jian?"
"Mau disodok kontol," sahut Jian pelan.
"Mau dikontolin mulutnya, ya?" Rino mencubit dagu cowok di bawahnya. "Buka mulutnya yang lebar. Lalu julurkan lidah kamu, Jian. Saya ingin lihat."
Dengan patuh Jian melakukan perintah Rino. Cowok itu membuka mulut perlahan, lalu menjulurkan lidahnya hingga membuat dirinya tampak seperti anjing yang menunggu makanan dari tuannya.
"Anak pintar." Rino memosisikan kepala kontolnya di depan mulut Jian yang telah menganga. Diusapnya palkon pada lidah basah tersebut. "Hangat dan basah, Jian."
"Kakak— mmph!"
Rino menyeringai. Tanpa menunggu, dia langsung melesakkan kontol ke mulut Jian yang telah siap menunggu. Perlahan tetapi pasti, batang kontol jantan Rino memenuhi rongga mulut laki-laku manis di depannya. Tidak peduli dengan Jian yang tampak kaget, Rino terus mendorong dengan perlahan kejantanannya.
"Mmph ...." Jian memejamkan mata, pasrah sepenuhnya.
Rino tertawa kecil. Ditepuknya pipi Jian yang memerah. "Masih setengah, Jian. Ini bahkan belum sepenuhnya kamu kulum."
Bersamaan dengan itu, Rino sedikit mengentakkan pinggul. Kontolnya seketika terdorong hingga memenuhi mulut Jian seutuhnya, dengan sebagian ujungnya menubruk kerongkongan sempit Jian. Rino bahkan belum mulai, tetapi ukuran kontolnya yang besar sudah memberikan efek deepthroat bagi Jian.
Di sisi lain, Rino mendesis nikmat. Sebelah tangannya menyisir rambut ke belakang. Tatapan cowok itu tidak bisa berpaling dari betapa indahnya pemandangan di depannya. Jiandra, dengan mulut dan kerongkongan dipenuhi kontol.
Tidak menunggu lama, Rino mulai menggerakkan pinggul. Menggenjot mulut Jian yang begitu hangat dan sempit.
"Kali ini," Rino menjambak rambut Jian. Melesakkan kontol semakin dalam hingga Jian tersedak. "Saya pastikan tidak ada yang mengganggu kita, Jiandra."
KAMU SEDANG MEMBACA
roommate; minsung 🔞
Fanfiction❝Kak Rino ganteng. Mau jadi pacarku nggak? Aku jago goyang di ranjang, lho.❞ Rino awalnya tidak senang dengan gagasan mendapat teman sekamar baru semester ini. Namun, dia berubah pikiran ketika melihat siapa yang akan menjadi teman satu kamarnya. __...