"Kak Rino pengen buka celana Jian?" Jian menggeliat di atas pangkuan Rino. "Hngh ... Kak Rino mau ngapain nanti?"
Entah mengapa, tingkah Jian yang seperti ini semakin mengundang hasrat Rino. Rasanya Rino ingin segera melucuti pakaian Jian satu per satu. Dia ingin melihat penampakan Jian telanjang di atas pangkuannya. Tidak mengenakan sehelai benang pun. Pasti akan sangat cantik jika Jian mendesah manis dengan badan telanjang di pangkuan Rino.
Sialan! Rino menenggak ludah. Nafasnya semakin berat.
"Boleh atau tidak, hm?" Rino tidak menggubris pertanyaan Jian. Cowok itu mendekatkan bibir ke daun telinga Jian. "Celana kamu mengganggu, Jian. Saya tidak suka."
"Kalau celananya nggak boleh dilepas, Kak Rino nanti marah?" Jian balas berbisik sensual.
"Marah seperti ini maksudnya?" Rino mendesis rendah.
Kedua tangan berurat Rino segera merobek celana Jian tanpa ampun. Dalam sekejap, pantat Jian terekspos di bawah sana. Pipi pantat Jian yang kenyal serta lembut segera menyapa telapak tangan Rino.
"Kak Rino, kenapa celana Jian dirobek—AHHH!" Jian mendongak dengan dada membusung ketika Rino menampar sebelah pipi pantatnya. "Kakak ...."
"Hm? Kenapa, Jian?" Rino tersenyum kecil.
Rino menikmati ini. Dia tidak bisa berbohong.
Wajah Jian yang mengekspresikan rasa nikmat, Rino yang bebas menuntun "permainan kecil" mereka, serta Jian yang amat patuh. Rino menyukai ini.
Rasanya, Rino tidak ingin ini segera berakhir.
"Kak Rino ... Hngh. Please." Jian mendesah manis tertahan.
"Bilang dengan jelas Jian. Saya tidak mengerti kalau kamu hanya melenguh seperti itu," kata Rino. Kedua tangannya kembali menguleni pantat montok Jian.
Kedua pantat telanjang Jian benar-benar lembut serta pas di telapak tangan Rino. Rasanya berbeda dari sebelumnya ketika Rino meremas pantat Jian yang masih tertutup celana. Pantat Jian yang telanjang di bawah sana begitu candu bagi Rino. Rino ingin terus meremasnya, menguleni pantat Jian, menamparnya keras-keras agar Jian tanpa malu-malu mendesah keras.
"Ge-Geli, Kak. S-stop ... Please. Aku nggak kuat." Sebelah mata Jian terpejam. Wajahnya memerah. Kedua tangan Jian dengan erat mendekap Rino. "Kak Rino-- sshh! Jian nggak kuat."
"Siapa suruh kamu menggoda saya duluan, hm?" Rino tersenyum miring. "Nggak kuat? Saya bahkan belum mulai, Jian."
Jian menggeleng. Ekspresinya terlihat lemas karena keenakan. "Kakak ...."
"Ssttt!" Rino menarik satu tangan dari pantat Jian lalu tanpa permisi meremas ujung pakaian Jian. Ditariknya kaus yang Jian kenakan ke atas hingga badan mulus Jian terpampang di depannya.
Tatapan Rino semakin dipenuhi nafsu. Badan Jian yang begitu mulus tanpa cela tersaji di depannya. Begitu indah, dengan perut ramping serta dada yang cukup montok. Oh, jangan lupakan kedua puting pink Jian yang sekarang begitu jelas di depan wajah Rino. Puting merah muda Jian terlihat begitu menggoda. Seperti mengundang agar Rino segera menjamahnya.
"Kak Rino mau apa ...?" Jian hanya pasrah ketika Rino menyingkap bajunya.
Rino mengangkat wajah, tersenyum. Disodorkannya ujung baju Jian ke mulut si pemilik. "Gigit. Jangan sampai lepas."
Jian tanpa mengatakan apa-apa langsung patuh begitu saja. Bilah bibirnya membuka, memasukkan ujung kaus yang dia kenakan ke mulut. Digigitnya sehingga badan mulusnya terus terpampang di depan Rino.
Tangan Rino kembali menangkup pantat Jian. Sesekali, Rino menampar pantat Jian hingga membuat Jian mendesah tertahan karena bibirnya tidak bisa bergerak leluasa.
Rino perlahan mendekatkan wajah ke dada montok Jian yang begitu putih. Begitu hanya berjarak sekian senti antara hidung Rino dengan puting pink Jian, Rino langsung menghirup aroma dada Jian dalam-dalam.
Begitu manis.
Ah, sialan! Rino tidak bisa menahannya lagi.
Rino lantas membenamkan wajahnya ke sebelah dada Jian, mengusel manja di sana. Bibirnya bergesekan langsung dengan puting Jian yang begitu lembut serta kenyal.
Perlakuan Rino membuat Jian semakin tidak berdaya menolak. "Kakak-- hngh .... Ge-geli. Kak Rino, pleaseee. Nenen Jian geli."
Rino terkekeh kecil. "Geli, ya? Geli atau enak, hm?"
Jian menggigit bibir bawah. "Geli sama enak."
Rino menjauhkan wajah dari dada Jian. "Mau saya bikin lebih enak, Jian?"
Jian mengangguk pelan, tidak menolak sama sekali.
Rino tersenyum tipisnya. Bibirnya mendekat ke puting pink Jian. Dikecupnya puting Jian lembut. Rino lantas membuka belah bibirnya. Tanpa menunggu lama, Rino meraup puting Jian ke dalam mulut. Dihisapnya puting Jian seperti bayi yang sedang kehausan.
"AHHH! Kak Rino ... Hngh. Sayang---"
Sebelah tangan Rino melingkar di pinggang Jian, memeluk Jian erat. Sementara tangan lainnya meremas pantat Jian. Perlahan, remasan di pantat Jian berganti menjadi jemari Rino membuka belahan pantat Jian. Digesekkannya telunjuk di belahan pantat Jian.
"Kakak--- geli ... Enak. Enak banget. Lagi, mau lagi." Jian mendesah manis.
Desahan Jian membuat Rino semakin liar. Lidahnya turut memanjakan puting Jian yang tengah dia hisap. Lidah basah Rino menyapu ujung puting Jian, membuat Jian menggelinjang tidak karuan di pangkuan Rino.
"KAKAK! Hngh sshh ...."
Desahan Jian semakin memanas.
Dan Rino tidak ingin berhenti. Dia menginginkan Jian.
KAMU SEDANG MEMBACA
roommate; minsung 🔞
Fanfiction❝Kak Rino ganteng. Mau jadi pacarku nggak? Aku jago goyang di ranjang, lho.❞ Rino awalnya tidak senang dengan gagasan mendapat teman sekamar baru semester ini. Namun, dia berubah pikiran ketika melihat siapa yang akan menjadi teman satu kamarnya. __...