12. Tingkah Jian

2.5K 184 17
                                    

Meski Rino sudah tau sifat Jian, tetap saja kata-kata Jian yang vulgar membuat Rino panas dingin. Pilihan kata Jian selalu penuh rasa percaya diri walaupun Jian bilang itu cuma bercanda.

Maksud Rino, bercandaan macam apa yang terus kayak begitu? Apa Jian tidak pernah merasa malu atau semacamnya?

"Jian ...." Rino geleng-geleng.

"Apa?" Jian manyun. "Kak Rino pasti nganggap aku bercanda, ya?"

"Lho? Memang kamu bercanda kan?" ujar Rino, bingung.

"Kata siapaaa?" Jian menggeleng sampai rambut fluffy-nya ikut bergerak seirama gelengan. "Aku nggak bercanda kali ini."

Rino ingin ternganga tapi tidak bisa saking speechless-nya.

"Jian, jangan aneh-aneh." Rino segera menolak halus.

"Kak Rino udah bikin dua kesalahan loh sama aku," protes Jian. "Yang masalah pagi tadi aja Kak Rino belum menuhin maunya aku biar dimaafin."

"Karena kamu nggak bilang apa yang harus saya lakukan." Rino mengingatkan. "Bagaimana saya bisa tau, Jian?"

"Naaaah, maka dari itu. Sekarang waktunya Kakak ngelakuin sesuatu biar aku maafin." Jian menggembungkan pipi. "Kakak udah janji loh. No ingkar sama Jian."

Sebut saja Rino kesurupan sesuatu sekarang, tapi tingkah Jian benar-benar begitu menggemaskan di mata Rino.

Bagaimana Jian manyun lalu menggembungkan pipi, caranya merajuk, semuanya menjerat tatapan Rino hanya pada Jian.

Tanpa sadar, Rino tertawa pelan.

"Kak Rino ngetawain aku, ya?" Jian lagi-lagi protes. Pipi gembilnya menggembung lucu.

"Kata siapa?" Rino mengeles. "Saya nggak ada bilang apa-apa, lho."

"Terus ngetawain apa?" tanya Jian.

Rino tersenyum tipis. "Bukan apa-apa."

"Ya udah, deh. Aku ganti permintaanku biar Kak Rino aku maafin soal nggak sengaja kebawa kunci double." Jian menaruh telunjuk di dagu, berpikir. "Kak Rino jujur aja tadi ngetawain apa. Udah itu doang."

Giliran Rino yang berpikir. "Itu saja kan?"

Jian mengangguk. "Iya, itu aja. Ayoooo! Jujur sama Jian. Tadi Kak Rino ngetawain apa?"

Rino lagi-lagi mendapati Jian begitu lucu. Dalam arti, tingkah Jian saat ini sangat menggemaskan. Seperti ... tupai yang tengah memakan kacang. Pipi menggembung Jian membuat Rino membayangkan itu.

Tidak ada salahnya jujur pada Jian, pikir Rino.

"Kamu lucu," jawab Rino akhirnya.

"Heeee?" Jian memegang kepala, pundak, lutut, serta perut dan dadanya. "Aku lucu di mananya?"

Rino menggeleng-geleng. "Tingkah kamu."

"Emangnya tingkahku kayak gimana?"

"No comment tentang detailnya." Rino tersenyum kecil.

"Ih curaaaang!" Jian tidak terima. "Kak Rino, ish!"

"Kan saya sudah melakukan yang kamu mau, Jian."

"Setengah doang!" protes Jian. "Nggak sah, nggak sah!"

Rino hanya tertawa sembari duduk di pinggir ranjangnya. Cowok itu meregangkan badan agar kembali rileks. Alih-alih merespons Jian yang protes, Rino mencoba mengalihkan obrolan. "Setelah ini kamu nggak ada kelas?"

Jian mengangguk. "Huum. Kelasku hari ini udah kelar, Kak. Kakak gimana?"

"Nanti masih ada satu kelas lagi." Rino berbaring asal di ranjang. Tatapannya tertuju ke langit-langit kamar.

Sempat hening sejenak karena Jian masuk ke kamar mandi. Mungkin tengah mencuci muka atau melakukan hal lain. Tidak butuh waktu, Rino mendapati Jian keluar dari kamar mandi dengan wajah lebih segar.

"Kak Rino?" Jian memanggil.

"Ya?"

"Tadi Kak Rino ke tempat siapa?"

Rino mengernyit. Cowok itu bangun lalu duduk menatap Jian yang tengah duduk di kursi dekat meja belajar mereka. "Kenapa memangnya?"

Jian terdiam sejenak. "Um ... mau nanya."

"Ya?" Rino menunggu.

"Lebih cantik dia atau aku?"




roommate; minsung 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang