2. Khusus Untuk Rino

4K 246 47
                                    

Jangan tanya bagaimana reaksi Rino sekarang.

Disuguhi pemandangan cowok manis telanjang, dengan belahan pantat tereskpos terang-terangan di depan mata, tentunya membuat Rino terhipnotis. Bagaimana pun juga, dia laki-laki yang memiliki nafsu. Melihat Jian yang masih tidak sadar dengan kehadirannya, membuat pemandangan Jian yang telanjang masih tersuguh untuk beberapa saat.

Tatapan Rino tak bisa lepas dari pantat sintal Jian yang begitu mulus. Benar-benar tidak ada cela dan ... montok. Oh, sialan! Rino bahkan bisa melihat lubang sempit Jian mengintip dari sela belahan pantatnya.

Tanpa bisa ditahan, kejantanan Rino perlahan mengeras di balik celana.

"Kak Rino?"

Rino baru tersadar ketika mendengar Jian memanggilnya.

Rino tergelagap kecil. "Ya?"

Bagus, Rino! Rino mengutuk dirinya sendiri. Dari sekian banyak reaksi, kenapa harus kata ya yang keluar? Bukannya segera meminta Jian untuk memakai pakaian.

Jian telanjang. TELANJANG!

"Bisa tutup pintunya? Aku malu kalau sampai ada yang lihat," pinta Jian.

Rino mengangguk, seperti terhipnotis. "Ah, ya. Maaf."

Setelah menutup pintu kamar mereka, barulah Rino sadar sepenuhnya. Dari yang semula terpesona dengan betapa indahnya Jian menjadi makhluk waras berakal kembali.

Sebisa mungkin, Rino tidak menatap langsung ke Jian yang telanjang.

"Jian?" panggil Rino.

"Ya, Kak?" Jian menoleh dengan posisi membelakangi Rino, memamerkan belakang badannya yang begitu mulus dan sangat menggoda.

"Pakai baju kamu. Tolong, jangan telanjang sembarangan di sini."

"Oh." Jian mengerjap. "Kita sama-sama cowok lho, Kak."

"Dan?" Rino sebisa mungkin mengalihkan pandangannya.

"Aku kira Kakak straight." Jian menelengkan kepala. Ekspresinya tidak menunjukkan malu sedikit pun di hadapan Rino. "Kakak nafsu sama aku, ya?"

DEG!

Rino langsung gagap. "B-bukan begitu, Ji. Tolong, pakai dulu baju kamu. Baru nanti kita bicara."

"Bajuku ada di tas, Kak. Belum aku keluarin sama sekali." Jian menjawab kalem. "Aku mau mandi, tapi lupa bawa handuk. Makanya telanjang gini."

"Saya keluar dulu kalau begitu." Rino langsung mengambil keputusan.

"Kak Rino—"

Dan, Rino keluar begitu saja.

Rino menyandarkan punggung di dinding. Napasnya sedikit terengah, dengan wajahnya memerah karena malu. Sialan! Bagaimana bisa Jiandra tidak bereaksi apa-apa ketika Rino menangkap basah dirinya tengah telanjang?

Rino berusaha menenangkan diri. Ada baiknya dia bicara dengan Jian sehabis ini. Demi keamanan bersama, juga adik kecil Rino yang tidak juga melemas sampai sekarang.

"Jian, bisa kita bicara sebentar?" kata Rino begitu dilihatnya Jian sudah berpakaian rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jian, bisa kita bicara sebentar?" kata Rino begitu dilihatnya Jian sudah berpakaian rapi.

Sekarang, Rino sudah masuk kamar. Untungnya Jian tidak membiarkan Rino berlama-lama berdiri di luar. Setelah lima menit Rino memutuskan keluar, Jian membuka pintu dan meminta Rino untuk masuk. Rupanya Jian mandi kilat. Biar lebih segar aja, begitu kata Jian.

"Iya, Kak?" Jian yang sedang duduk di pinggir ranjang menyahut.

Ranjang mereka saling bersisian satu sama lain. Dengan posisi Rino duduk menghadap Jian. Begitu Jian duduk menghadap Rino. Membuat mereka bisa saling menatap satu sama lain.

Rino menghela napas sebelum berkata, "Lain kali, kunci pintunya semisal memang lagi nggak berpakaian. Gimana kalau sampai malah orang lain yang masuk?"

Jian menatap Rino dengan mata jernihnya. Lalu, "Tapi tadi kan yang masuk Kak Rino, bukan orang lain."

Rino mendecak kecil. "Iya, itu misalnya, Jian. Lagipula, kalau ketangkap basah sama saya kayak tadi, apa kamu nggak malu?"

"Kenapa harus malu?" Jian mengedikkan bahu. "Kakak kan juga cowok."

Anak ini, pikir Rino frustrasi.

"Jian, tolong jangan main-main." Rino memperingatkan dengan lunak. "Demi kenyamanan sama-sama, jangan telanjang sembarangan. Oke?"

"Berarti kalau telanjangnya nggak sembarangnya nggak apa-apa, ya?" Jian meletakkan telunjuk di dagu, seperti sedang berpikir.

"Ya, kalau di kamar mandi nggak masalah. Atau semisal kamu lagi sendiri di kamar, asal pintunya dikunci." Rino menjelaskan.

"Kalau misal ada Kak Rino di sini, boleh telanjang atau nggak?"

Rino menghela napas, tidak mengerti dengan isi pikiran Jian. "Jangan, Jian."

"Kenapa?"

"Pokoknya jangan!" Rino memperingatkan.

Jian mencebik. "Tapi aku maunya kayak tadi."

Rino langsung merasa seperti kena hantam di kepala alias syok berat. "Jian ...."

"Aku maunya telanjang setiap Kak Rino masuk kamar. Kalau Kak Rino mau aku nungging, aku nggak akan nolak. Gimana, Kak?"












roommate; minsung 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang