Rino mengernyit membaca pesan tersebut. Rasa herannya langsung tersapu beberapa saat kemudian. Tanpa banyak bicara, dia langsung membuang kotak makanan itu ke bak sampah di kamar.
Jelas sekali ini ulah Chris sialan itu, pikir Rino.
Mungkin Chris mengira dengan Rino datang menanyakan pekerjaan, dia menganggap kalau Rino ingin berdamai dengannya. Atau, malah jangan-jangan Chris mengira Rino akan sudi membuka hati lagi untuknya.
Cih.
Suasana hati Rino kembali menjadi buruk. Ditambah lagi, tidak ada tanda-tanda Jian akan segera kembali. Chat Rino saja masih berstatus belum dibaca. Entah ke mana teman satu kamarnya itu sekarang.
Rasa khawatir Rino sedikit berubah menjadi kesal, tetapi dia sadar kalau tidak baik dongkol kepada Jian hanya karena perkara Chris dan ulah yang dilakukan oleh dosennya itu.
Atau, lebih spesifiknya, mantan kekasih Rino.
Ah, Rino bahkan enggan memikirkan pria itu. Untuk apa Rino memusingkan Chris dan segala macam perlakuan cheesy-nya. Lebih baik, Rino segera beristirahat saja.
Rino dengan cepat melucuti kaus dan celana yang dia kenakan. Disambarnya handuk lalu segera memasuki kamar mandi. Sebelah tangan Rino menyalakan shower, membuat air segera mengucuri badan atletisnya. Suhu dingin air sempat membuat Rino sedikit menjengit, tapi sedetik kemudian dia sudah merasa segar.
Akhirnya. Setelah beberapa hari dihadapkan aneka rupa hal yang membuat jantung Rino seperti diuji, ada sesuatu yang—
"Kak Rino?"
—membuat Rino santai.
Baru Rino ingin bersyukur dalam hati, tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka, diiringi suara familier memanggil namanya. Tak ayal, Rino langsung menoleh. Kaget saat melihat siapa yang membuka pintu.
Jiandra.
Sejak kapan Jian kembali?
"Jian," Rino menghela napas. "Kenapa tidak mengetuk pintu dulu?"
Jian cemberut. "Udah, tapi Kakak nggak denger. Jian panggil-panggil, nggak ada sahutan apa-apa. Ya udah, sekalian aja Jian cek. Siapa tau ada orang lain yang masuk ke kamar kita."
Masuk akal, tapi tetap saja. Posisinya Rino sedang mandi, dan kehadiran Jian yang tiba-tiba membuka pintu jelas mengagetkan Rino.
"Kakaaaak!" Jian menggembungkan pipi. "Tuh, kan. Kak Rino ngelamun lagi. Mikirin apa, sih?"
"Bukan apa-apa," sahut Rino. "Kamu keluar dulu. Sebentar lagi saya selesai."
"Beneran?" Bukannya menurut dengan Rino, Jian malah melangkah masuk dan mendekati Rino. "Kak Rino kayak ngelamun."
"Tidak apa-apa, Jian." Rino menunduk, memilih tidak menatap Jian langsung. "Sudah. Kamu keluar dulu."
"Lihat Jian, coba," pinta Jian.
"Jian ...." Rino melirik Jian yang persis sudah ada di sampingnya. "Nanti kamu ikutan basah."
"Basah-basahan sama Kak Rino?"
Rino memejamkan mata sekilas lalu menoleh untuk menatap Jian. "Jian—"
Tanpa Rino sadari, jarak wajah mereka sudah bisa dibilang cukup dekat. Namun, tatapan Rino tidak bisa sepenuhnya fokus pada wajah Jian. Bisa dilihatnya Jian sekarang ini mengenakan kaus V neck yang cukup rendah. Belum lagi posisi Jian yang sedikit membungkuk karena ingin menatap Rino dari bawah, membuat dada Jian sedikit terekspos.
Terlihat ... mulus tanpa cela.
Melihat dada Jian mengintip dari balik kaus, membuat Rino teringat kejadian hari ini. Saat dia memangku Jian dengan bibir mencicipi betapa manisnya puting pink Jian yang begitu menggoda. Seolah dada dan puting Jian memang diciptakan hanya untuk Rino jamah.
Rino menenggak ludah. Rasanya—
Sial! Rino mendesis, berusaha mengendalikan diri.
Tahan, Rino!
"Kakak ....?"
Tidak bisa! Nafsu Rino entah kenapa seakan tersentil saat mendengar suara Jian.
"Jiandra, lebih baik kamu keluar sekarang."
"Kontol Kak Rino ngaceng." Jian tidak mengindahkan perkataan Rino.
Rino terbeliak, sontak menatap ke selangkangannya.
Benar saja. Kejantanannya mengacung keras, dengan urat-urat jantan menyembul di sekitar batang yang tebal dan panjang tersebut.
Sejak kapan?
"Jian ...." Rino sekali lagi memperingatkan.
"Mau Jian bantuin nggak?" Jian melangkah satu langkah, membuat jarak mereka kian menipis.
Bisa Rino rasakan telapak tangan Jian yang halus perlahan meraba kontolnya di bawah sana. Genggaman Jian terasa begitu sensual saat memegang kejantanan Rino yang sudah tegak tanpa bisa dicegah.
"Jian bantu pakai mulut, ya. Kakak mau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
roommate; minsung 🔞
Fanfiction❝Kak Rino ganteng. Mau jadi pacarku nggak? Aku jago goyang di ranjang, lho.❞ Rino awalnya tidak senang dengan gagasan mendapat teman sekamar baru semester ini. Namun, dia berubah pikiran ketika melihat siapa yang akan menjadi teman satu kamarnya. __...