"Ungh … Kakak, deeper. Oooh. Geli. Lidah Kak Rino nakal banget— ah! Uuuh, fuck."
Rino tersenyum dalam hati. Hah. Desahan Jian terdengar manis. Rasanya candu. Rino sangat menyukainya. Desahan itu semakin keras terdengar setiap kali lidahnya menyapu bibir anal Jian yang mulus tanpa cela. Lidah basah Rino bergerak sensual menjilati bibir anal Jian. Satu tangan Rino menggenggam kontol mungil Jian, mengocoknya perlahan tetapi pasti.
"Mmmh … Kak Rino. Hah, please. Jian mau lebih. More." Jian merengek.
Rino membenamkan wajah di belahan pantat putih Jian. Bibirnya membuka, tanpa ragu Rino menggigit salah satu pipi pantat Jian yang bulat.
Gigitan itu tentu saja mengundang reaksi desahan keras Jian. "Kakak— ah! Haaah, Jian mau … ungh."
"Mau apa, Jian?" Rino mengecupi bekas gigitannya. Sedikit demi sedikit mulai terlihat jejak gigitan Rino pada pantat Jian.
"Nggak suka." Jian menoleh ke belakang. Tatapan mereka bertemu. "Nggak mau kayak gini. Jian mau liat wajah ganteng Kakak. Pengen bisa liat badan seksi sama kontol gedenya. Boleh ya? Ugh … janji nggak akan nakal kayak tadi."
Dari rengekannya, Rino bisa mendengar nada frustrasi. Dia terkekeh. Rino mendekatkan wajah pada muka Jian. Bibirnya meraup telinga cowok itu, melumatnya perlahan, dengan tangan terus meremas kontol Jian yang ukurannya tidak seberapa tersebut.
"You promise?" Rino mengecup pipi gembil Jian yang memerah. "Tell me. Are you a good boy or such a bratty-little slut, Jian?"
Jian menggigit bibir. "Whoever you want, Kak Rino. Jian bisa jadi apa pun yang Kakak mau."
"Apa pun?" Rino menampar pantat bulat Jian keras-keras.
Tamparan itu membuat badan Jian terhentak. Suaranya gemetar. "Apa pun yang Kakak mau. I'm yours tonight, Kak."
Rino menyeringai. "Kamu ingin melihat saya, kan? Berbalik, Jian. Telentang. Lalu, buka kedua kaki kamu lebar-lebar. Pamerkan anal kamu yang sudah berkedut sedari tadi."
Jian mengangguk, patuh.
Rino beranjak dari kasur, berdiri. Sebelah tangannya mengurut kejantanannya sendiri. Tatapan Rino tidak lepas dari Jian yang mematuhi perintahnya. Cowok manis itu membaringkan diri di tengah ranjang. Rino bisa melihat ada ekspresi malu-malu saat Jian melebarkan paha, memamerkan bibir anal sempitnya.
"Begini, Kak?" Jian berusaha memandang Rino. "Uh, Kakak ganteng banget. Jian suka. Kak Rino bikin sange."
Rino mendekat. Tangannya terayun, menge-spank pantat Jian keras-keras hingga bunyi tamparan memenuhi seisi kamar mereka. Rino tersenyum miring saat mendapati Jian refleks membusungkan dada. "Watch your language, little one. You're not allowed to say anything like that."
"Why?" Jian mencebik. "Kakak nggak suka?"
Rino mengarahkan batang kontol tepat pada belahan pantat Jian. Digesekkannya batang kejantanannya yang berurat dan tebal tersebut di sana, dengan palkonnya sesekali mencumbu bola kembar Jian yang menggemaskan. "Kalau kamu terus begitu, saya tidak bisa menjamin kalau kamu akan bisa berjalan besok."
"Do I look like I care, Kakak sayang?" Jian tersenyum. Tatapannya sayu. "Use me, please. Make me as your cumdump— AH!"
Jiandra memang perlu diberi pelajaran, dan Rino melakukannya saat itu juga. Tanpa pelumas, tanpa saliva, apalagi penetrasi lebih dulu, Rino melesakkan kepala kontol besarnya ke lubang kawin Jian. Sengaja. Jian dan mulut kotornya itu perlu diajari sopan santun.
"Kakak, ah! Sakit …." Jian refleks terpejam. Ekspresinya persis seperti kata-katanya: terlihat kesakitan, meski baru kepala kontol Rino yang memasukinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
roommate; minsung 🔞
Fanfiction❝Kak Rino ganteng. Mau jadi pacarku nggak? Aku jago goyang di ranjang, lho.❞ Rino awalnya tidak senang dengan gagasan mendapat teman sekamar baru semester ini. Namun, dia berubah pikiran ketika melihat siapa yang akan menjadi teman satu kamarnya. __...