05. Cemburu

201 16 0
                                    

Levi
Tidak bisa, aku ada janji dengan Erwin

Setelah mendapat chat tersebut, Rhea merasa kesal. "Erwin lagi, Erwin lagi. Aku jadi yakin jika Erwin yang menularkan penyakit gay pada Levi." Gumam Rhea di selimuti rasa kesal.

"Aduh, bagaimana ini. Aku sudah tidak bisa lagi mengerjakannya." Sahut Rhea meletakan kepalanya di atas meja.

Sekarang ia sedang berada di cafe dekat fakultas untuk mengerjakan tugas setelah matkul hari ini selesai. Suasana siang menjelang sore membuat cafe sedikit ramai.

"Kau baik-baik saja?"

Rhea mengangkat wajahnya dan melihat pemilik suara asing yang menanyakannya.
"Porco, ah iya, sebenarnya aku sedikit kesulitan dengan tugasku." Jawab Rhea jujur pada itu.

"Boleh aku lihat?" Tanya pria berambut pirang itu mengambil duduk di hadapan Rhea.

Rhea dengan segera membalikkan arah laptop miliknya dan mengizinkan Porco untuk melihat tugas miliknya.

"Mau ku bantu?"

Seketika mata Rhea melotot dan mengangguk dengan antusias dan semangat.
"Mohon bantuannya."

Porco tersenyum gemas melihat ekspresi Rhea yang berlebihan. " Santai saja. Perhatikan ini."

Rhea langsung mengambil duduk lebih dekat dengan Porco. Akhirnya, Rhea bisa mengerjakan tugasnya.

Mau benar atau salah, yang penting Rhea sudah mengerjakannya.

Pintu cafe terbuka, kedua pria berjalan masuk ke dalam sana. Levi dan Erwin.
Pertama kali masuk, Levi langsung menangkap keberadan Rhea bersama pria pirang yang jelas baru ia lihat.

"Ada apa?" Tanya Erwin pada temannya yang tiba-tiba tidak melanjutkan perjalananya.

"Kau kenal dia?"

"Rhea dan..," Erwin menatap lekat-lekat ke arah meja pojok ruangan dimana Rhea duduk. "..., Porco. Kalau tidak salah."

Levi menoleh ke arah yang berlawanan dari meja Rhea, mencari meja kosong. Ia berjalan cepat ke salah satu meja kosong itu. Bersamaan dengan datang kedua orang yang hendak duduk di sana.

"Maaf tapi ini meja kami." Ucap orang tersebut.

Levi dengan mood yang buruk langsung menatap mereka dengan tajam. "Aku yang lebih dulu menyentuhnya." Jawabnya dingin, membuat kedua orang itu bergidik ngeri dan langsung memberikan meja itu kepada Levi.

Erwin hanya bisa tertawa dalam hati, jika tertawa sungguhan, maka nyawa adalah taruhannya.



{ Are You Gay? }


Langit cerah berganti gelap. Tugas Rhea sudah selesai. Beberapa jam yang lalu. Sebagai feedback, Rhea mentraktir Porco juga membantu mengetikkan tugasnya.

Saat ini Porco sedang mengerjakan tugas yang lain. Rhea bagaimana? Tidur. Gadis itu tidur di samping Porco begitu saja.

"Rhea,"

Tidak ada jawaban dari sang pemilik nama.

Porco melihat Rhea lekat-lekat. Gadis dengan setelan jumsuit dan kaos tanpa lengan itu terlihat menggemaskan dengan rambut panjang yang di kepang dua.

Senyumnya muncul seketika saat menyadari ia seperti sedang berkencan dengan anak berusia 15 tahun.

Tangannya bahkan tanpa sadar bergerak untuk menyentuh Rhea.

"Kau tak boleh sembarang menyentuh seorang gadis."

Porco menarik tangannya lalu melihat ke sumber suara. Pria bersurai hitam dengan mata tajam itu sudah berdiri di belakang mereka.

"Siapa kau?" Tanya Porco ketika melihat pria memberikan jaketnya untuk Rhea, kemudian mengemasi barang-barang Rhea ke dalam tas.

"Bukan urusanmu."

"Tentu aku perlu tahu, kemana kau akan membawanya pergi."

"Rhea, ayo pulang." Ucap Levi mengabaikan Porco.

"Levi, aku masih mengantuk." Jawab Rhea merentangkan tangannya.

Levi merasa menang karena Rhea memperlihatkan kebiasaan ini di hadapan Porco. Levi harap pria itu tak perlu lagi bertanya-tanya.

"Erwin bantu aku membawa tas Rhea." Perintah Levi pada Erwin.

"Dan kau, terima kasih sudah berbaik hati membantu tugasnya." Ucap Levi lalu pergi membawa Rhea dalam gendongannya menuju parkiran.

Setelah meletakkan Rhea di bangku depan. Levi menatap ke arah Erwin, menyuruhnya untuk masuk juga.

"Padahal aku tidak masalah untuk pulang sendiri, Levi." Ujar Erwin

"Bukan masalah, Erwin. Kau pergi denganku, pulang juga denganku." Jawab Levi mulai menyetir.

Mobil itu mulai keluar dari area cafe dan melaju di jalan besar.

"Levi..."

"Sabar, kita akan mengantar Erwin pulang dulu." Jawab Levi.

Rhea berdecak kesal."Lagi-lagi Erwin." Gumamnya kesal dengan mata terpejam.

"Kenapa kau cemburu?" Tanya Levi.

"Huum." Jawab Rhea masih tak sadarkan diri. Entah mimpi apa yang sedang berlangsung.

Erwin yang mendengar percakapan kedua orang itu menjadi bingung."Rhea sudah bangun?" Tanyanya.

"Belum, tapi saat tidur dia seperti orang mabuk." Jawab Levi.

"Lucu sekali." Gumam Erwin sambil tersenyum.

Levi melirik Erwin tajam dari kaca depan. Erwin langsung mati kutu. "E-eh maksudku, ya hanya lucu saja. Jarang sekali gadis seperti dia." Ucap Erwin.

"Lucunya adalah, dia menganggap aku dan kau pasangan gay." Ucap Levi kepada Erwin.

"Bagaimana bisa?" Tanya Erwin.

"Waktu itu aku mengerjainya, dia malah serius dan menuduhmu. Maaf untuk semua sikapnya." Ucap Levi lalu menarik pedal rem karena mereka sudah sampai di depan gedung apartemen Erwin.

Erwin tertawa lepas mendengarnya. "Pantas saja Rhea selalu sinis kepadaku. Aku pikir aku pernah melakukan kesalahan fatal padanya." Ujar Erwin.

"Jangan khawatir, Rhea. Levi-kun mu ini tak mungkin mendua. " Sambung Erwin.

"Jaga ucapanmu Erwin."

"Tidak perlu, aku heran. Kau jadi munafik begini, kenapa? Aku bahkan tahu setiap hembusan nafasmu selalu memikirkan Rhea." Goda Erwin.

"Erwin, lebih baik aku segera masuk."






To be continue

LA The Series : Are You Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang