11. Hot Coklat

252 13 0
                                    

"Akhirnya selesai!" Seru Rhea dengan kedua tangan yang terentang ke atas.

"Bodoh!"

Rhea tersenyum ke arah Levi. Ia membereskan peralatan tugasnya yang baru saja di selesaikan. Tidak lupa dengan bantuan Levi.

"Jangan pulang. Aku akan buatkan coklat hangat untuk kita." Ucap Rhea membawa peralatan kuliahnya ke kamar. Kemudian pergi ke arah dapur untuk membuat coklat panas.

"Sudah sangat larut, Levi. Kamu tidur di sini saja." Ucap Rhea sambil memberi secangkir coklat panas.

"Aku sudah mengantisipasinya."

"Jangan bilang begitu, seakan-akan setiap kali kamu membantu tugas kuliahku kamu selalu menginap."

"Memang, iya."

Rhea berdecak dan menatap Levi malas. Tangannya beralih meraih remote tv dan menyalakannya. Suara dari logo netflix yang ciri khas memenuhi pendengaran mereka.

"Ada kegiatan apa besok?"

"Tidak ada."

"Besok ayo buat roti."

"Tidak mau, aku akan tidur seharian."

"Baiklah, besok kita buat roti di rumahmu."

Levi mengabaikan Rhea. Gadis keras kepala itu tidak akan mendengarkannya. Sialnya gadis keras kepala itu adalah gadis yang sangat ia cintai.

Levi menatap ke arah Rhea yang meminum coklat panasnya sedikit demi sedikit menggunakan sendok. Levi malah menyesal setelah melihatnya, ia merasa libidonya naik dan iri dengan sendok itu.

Ia masih punya akal untuk tidak menuangkan coklat panas itu kepada kelaminnya dan meminta Rhea menjilatinya.

Sial, memikirkan saja membuatnya tegang.

Levi merebut coklat panas dari tangan Rhea. Kemudian dengan gerakan cepat Levi memangku Rhea yang menatapnya kaget "Ada apa?" Tanya Rhea. Tangan pria itu mengusap rahang pipi sang gadis dengan lembut.

"Bermesraan dengan kekasih sendiri salah?" Jawab Levi melancarkan aksinya.

"I like your smell "

Rhea terkikik geli saat Levi menjumbunya. Setelahnya pria itu mencium kening Rhea.
"Kau tahu aku tak mudah berinteraksi dengan perempuan lain dan tak akan pernah mudah. Aku tak pernah berpikir wanita manapun selain dirimu." Jelas Levi tangannya tak berhenti mengusap rahang pipi Rhea lalu menyatukan dahi keduanya.

"Tapi sekarang, saat tidak berinteraksi denganmu. Rasanya sangat hampa. Apalagi saat kita tak bercinta seharian." Sambung pria itu lagi.

Rhea melihat Levi terpejam dengan tenang.
Jantung Rhea semakin berdebar-debar. Bagaimana Levi bisa memintanya untuk bercinta secara tidak langsung.

Rhea akui seharian ini baik Levi maupun Rhea sama-sama sibuk dengan jadwal kuliah hari ini. Mereka baru bisa bersama sekitar jam 8 malam. Menjadi kekasih Levi membuatnya jadi tambah mesum saja.

"B-baiklah."

Levi tersenyum penuh kemenangan. Tangannya menarik Rhea lebih dekat dengannya. Levi mencium Rhea dengan lembut. Kening, pipi, rahang, bibir. Levi melumatnya dengan perlahan. Mengajak Rhea untuk rileks dan menikmati sesuai alurnya.

Levi memperlakukan Rhea dengan lembut dan hati-hati. Tentu saja ia tahu, siapa yang sedang ia jumbu ini.

Suara kecapan bibir menyatu dengan suara tv yang berbalik menontoni keduanya. Lumatan itu semakin terasa menuntut. Tangan Levi meraba tubuh berbalut hoodie itu.

Hawa panas mulai menyerang keduanya. Lenguhan Rhea tak terhindarkan ketika Levi mulai bermain ke bawah. Merangkak dari leher hingga payudara.

Levi melepaskan hoodie yang di kenakan Rhea. Gadis itu menunduk malu wajahnya merah padam.

"Malam ini aku akan berhati-hati." Ucap Levi mulai mencium payudara Rhea. Secara otomatis Rhea membawa wajah Levi tenggelam dalam dadanya.

"Sshh..."

Levi memainkan dada itu dengan baik. Menarik nipple-nya dengan mulut lalu mengeluarkannya setelah di tarik keluar. Rhea mendongak dengan menutup mulutnya dengan tangan.
"No baby girl, jangan di tahan. Say ahh Rhea." Pinta Levi dengan nada bicara manis, semanis coklat panas yang rasanya masih tersisa dalam mulut keduanya.

"Aahh! Levihh!"

"Gadis baik."

Merasa sudah cukup dengan roleplay, Levi mengeluarkan juvi nya. Levi juga melepaskan celana dalam bersama celana piyama milik Rhea.

"Ternyata mengerikan." Gumam Rhea.

"Tidak sama sekali, kamu bahkan menyukainya." Dalih Levi.

"Milikmu terlalu besar dan panjang."

"Juvi namanya, sapa dia."

"Halo Juvi." Levi terkekeh melihatnya. Bukan sapaan itu yang Levi maksud namun Rhea malah melakukannya sambil melambaikan tangannya kecil.

"Apa yang lucu?" Tanya Rhea bingung.

"Bukan begitu cara menyapanya, babigirl." Levi membawa tangan Rhea untuk menyentuhnya. "Begini, usap dan dia akan bangun."

Rhea tidak percaya dengan perkataan Levi. Namun, saat Rhea mengusapnya beberapa kali, Juvi berdiri tegak seakan bangun dari tidurnya.

"Bagaimana bisa begini?" Gumam Rhea polos.

"Tandanya aku tidak impoten, sekarang permainan inti. Berlutut dan duduki ini perlahan."

Rhea berpegangan pada pundak Levi dan mulai menjalankan perintahnya. Matanya menatap Levi penuh ketakutan. Rhea merasa sesuatu masuk ke dalam dirinya.

"Itu apa?" Tanya Rhea saat merasakan sesak di bawah sana.

"Juvi, coba duduk kembali."

"AKH!" Rhea memejamkan matanya sambil mencengkram pundak Levi kuat. Rhea merasa dirinya terbelah, ia mengintip di bawah sana.

"Aku baru ingat, saat kita berhubungan untuk pertama kali. Kenapa aku tidak berdarah? Aku tidak perawan ya?" Tanya Rhea.

"Darah keluar karena selaput darah robek, dan selaput darah tidak menentukan keperawanan. Jadi tak perlu khawatir." Jawab Levi merasa kenikmatan luar biasa di bawah sana. Jepitan kuat yang mulai bergerak. Benar, Rhea tanpa sadar bergerak sedikit demi sedikit.

"Apa aku tidak memiliki selaput darah?" Tanya Rhea lagi dengan raut wajah kebingungan. Ia tampak sedang menetralisir rasa yang ia dapat.

"Bisa jadi, atau mungkin selaput darahmu sudah robek karena jatuh atau memang selaput darahmu elastis. Jadi kau mulai terbiasa?" Tanya Levi mulai tak tahan dengan gerakan acak Rhea yang semakin membuatnya tersiksa.

Rhea seketika berhenti. Tanpa sadar ia bertanya sambil menaik turunkan dirinya.
"Jika diam saja, sakit." Jawab Rhea.

"Benar. Ayo kembali bergerak. "

Rhea bergerak dengan amatir namun, Levi merasa Juvinya di jepit kuat, penuh kenikmatan. Levi memandangi wajah Rhea yang menggoda dengan caranya sendiri.

Gadis manjanya untuk pertama kalinya mandiri dalam bercinta.

"Ahh.. aku merasa mau pipis."

"Iya keluarkan saja."

Rhea bergerak acak-acakan dan mendapat pelepasan pertamanya. Levi kembali mencumbunya dan membawa Rhea untuk berbaring.

Kali ini Levi akam bergerak.

Sampai puncak kenikmatan yang ia idam-idamkan selama ini.












To be Continue

LA The Series : Are You Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang