14. Sick

168 13 0
                                    

Semalam Levi mengirim pesan bahwa ia sakit. Untungnya Rhea membuka pesan itu subuh hari. Setelah mendengar kabar bahwa Levi sakit, Rhea bergegas pergi ke apartemen Levi dengan berbagai barang bawaan. Bahkan sampai dengan Laptopnya.

Rhea menekan beberapa angka agar pintu apartemen itu terbuka. Suasana sepi sunyi menyapanya. Biasanya jika ia datang ke apartemen itu ia akan disambut dengan ciuman penuh tuntut dan berakhir di ranjang.

Tapi sekarang ia hanya mampu duduk di tepinya saja. "Levi-kun sudah bekerja keras. Untuk sementara istirahat dulu ya." Ucap Rhea mencium kening kekasihnya sebelum menempelkan plaster kompres.

"Maaf merepotkanmu."

"Tidak sama sekali, aku senang mendangar kabarnya langsung darimu. Jika aku dengar dari ibu, aku akan memukulmu."

"Tidak ada yang tahu aku sakit, mereka pasti sangat sibuk sendiri-sendiri."

"Levi punya Rhea. Jangan berpikir sendirian lagi, kita akan segera menikah. Harusnya kita berterima kasih kepada ibu karena mau mengurus pernikahan super dadakan kita."

"Aku harus sidang skirpsi besok."

"Aku tahu, makanya istirahat yang cukup. Agar besok bisa sembuh. Besok aku temani." Ucap Rhea lagi.

"Aku akan pergi ke dapur." Pamit Rhea lalu mengecup kening Levi.

Di dapur, Rhea segera memasak untuk sarapan. Rhea juga mengurus kelas online yang akan ia laksanakan hari ini. Rhea tak akan segan meninggalkan pria itu dalam keadaan sakit.

Sarapan selesai di buat. Rhea membawanya ke kamar. Membantu Levi untuk duduk bersandar, dan memeriksa termometer yang ia berikan sebelum pergi.

"Tinggi sekali," Rhea mengambil meja kecil dan menyuruh Levi untuk sarapan. Sedangkan Rhea harus menyiapkan obat dengan benar.

"Nah, ini saja." Gumam Rhea sambil meletakan 2 buah obat di samping sarapan Levi. Setelahnya Rhea pergi menbuka gorden serta pintu balkon sedikit agar udara pagi masuk.

"Makanmu lambat sekali." Komentar Rhea.

"Aku malah ingin memakanmu."

"Sudah sakit pun masih mesum, kemari aku suapi saja orang mesum satu ini."

"Apa kesibukanmu hari ini?" Tanya Levi sebelum menerima suapan dari Rhea.

"Ada 3 matkul hari ini. Aku sudah konfirmasi untuk online." Jawab sang gadis.

"Maaf jadi merepotkanmu."

"Iya kau sangat merepotkan bayi besar." Jawab Rhea sambil membersihkan sudut bibir Levi.

Setelah sarapan selesai, Rhea menyingkirkan meja kecil dan peralatan sarapan. Rhea juga mengganti plaster kompres dengan yang baru.

Rhea kembali ke dapur, ia juga melaksanakan sarapan singkat agar asam lambungnya tidak naik. Tidak lucu jika dirinya sakit disaat harus merawat orang sakit.

Gadis itu juga membersihkan peralatan masak dan makan mereka. Rhea membuka setiap gorden dan jendela agar udara segar masuk.

"Levi sudah hafal dengan isi skripsinya?" Tanya Rhea setelah kembali ke kamar kemudian mengambil duduk di samping Levi berbaring.

"Kenapa membuat skripsi jika tidak tahu isinya."

"Lho aku kan tanya hafal."

"Tidak hafal tandanya tidak tahu."

"Itu tidak benar"

Levi memeluk pinggang Rhea,"Diamlah, masih pagi untuk berdebat hal kecil seperti itu." Ucapnya mencari posisi ternyaman untuknya kembali tidur.

Rhea dengan kegiatan kuliah onlinenya itu mendengarkan materi dengan tenang sesekali mencatat dan memainkan rambut tunangannya itu.

Ternyata memang menyenangkan tinggal bersama seperti ini. Walau ada tiga mata kuliah yang harus dijalani dengan berat, namun dengan ada Levi yang memeluknya, semua terasa ringan.

Waktu makan siang mereka lewatkan secara tidak sengaja. Levi masih tidur, Rhea sibuk kuliah online.

"Masih lama?"

"Ini baru selesai. Masih pusing?" Tanya Rhea memeriksa suhu tubuh Levi dengan menyentuh keningnya.

"Besok pasti sudah sembuh. Aku siapkan makan siang dulu ya."

"Ikut."

Rhea dan Levi keluar kamar sambil bergandengan.

"Duduk dengan tenang, ada yang ingin kamu makan?"

"Kamu."

"Kanibal." Tanggapan singkat Rhea sebagai awal dari acara masak makan siang yang kesiangan.

Rhea tak muluk muluk dalam membuat lauk. Ia hanya ingin segera menyelesaikan acara masaknya, karena merasa salah tingkah jika memasak sambil di pandangi oleh tunangannya seperti ini.

Bahkan sampai acara masakan sudah matang dan mereka menyantapnya. Tak henti-henti orang itu memandanginya.

"Perhatikan makanmu."

"Memperhatikanmu jauh membuatku kenyang."

"Kamu beneran sakit."

"Wajahmu merah tuh,"

"Panas."

"Bukan karena ingin yang lain?"

"Cukup, selesaikan makanmu."












To be continue


LA The Series : Are You Gay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang