JAY P.O.V
"Aku akan berbicara dengannya.." kataku, mendapat ejekan dari Lucas.
"Kau pikir dia akan mendengarkanmu? Mematuhimu ? Sialnya tidak, Park.." Lucas berbicara, menyilangkan tangannya sesudahnya.
"Cih.. Jadi apa? Dia yang mengirim seseorang tanpa sepengetahuanku. Jadi dia harus menghadapku." Kataku sambil memelototinya.
"Terserah dirimu.. Omong-omong, kenapa sebenarnya kau sangat marah? Bukannya dia baru saja membunuh seseorang.." Katanya, membuatku memalingkan muka. Aku marah karena aku tahu saat dia mengirim seseorang, itu berarti aku tidak bisa bersenang-senang dengan Rose.." Bukan urusanmu .." kataku lalu berjalan masuk ke kelas.
ROSE P.O.V
Jay berjalan masuk ke dalam kelas. Dia duduk di sampingku sebelum tersenyum padaku lalu melihat ke depan. Aku memiringkan kepalaku, menatapnya. Apa yang terjadi? "Jay?" Aku memanggil namanya, membuatnya menatapku lalu bersenandung sebagai jawaban.
"Emm.. Apa yang terjadi?.." tanyaku pelan. Dia mengangkat alisnya. "Err.. Tidak apa-apa.. Tidak terjadi apa-apa.." Jawabnya lalu tersenyum manis. Aku mengernyitkan hidung.
"Benarkah? Kau tidak berbohong?" tanyaku lagi, mencoba untuk membuatnya membuka rahasia. Dia menggelengkan kepalanya sebelum mencubit hidungku. "tidak apa, gadis kecil.. Sekarang kau lebih baik tutup mulut kecilmu yang cantik dan perhatikan kedepan.. " Dia berbicara sebelum melihat ke depan lagi. Aku mengatupkan bibirku. Baiklah kalau begitu.
JAY P.O.V
Rose dan aku berjalan ke kantin seperti biasa, mendapatkan tatapan dari semua orang. Bisakah kalian berhenti memandangi kami seperti itu?? Kami langsung duduk sepuasnya saat kami berdua tiba di kantin.
Beberapa Menit Kemudian..
"Rose, aku akan menelepon sebentar.. Kau tetap di sini, oke?" kataku sambil berdiri. Dia menatapku lalu mengangguk. Aku tersenyum lalu berjalan ke lorong. Aku melihat sekeliling sebelum menghubungi nomor Jimin sementara tubuhku bersandar di loker. Belakangan, dia mengangkat. Ini dia.
Hyung!
Yah! Apakah itu caramu menyapa seseorang??
Aku tidak peduli.. Sekarang aku ingin kau menjawabku.. Kenapa kau mengirim Lucas ke sini??
Mengapa? Apakah itu salah?
Jawab saja aku!
Oke oke. Tenang, anak kecil.. Kau tahu kenapa aku mengirimnya, kan? Berhenti berpura-pura.
Baik, aku tahu kenapa kau mengirimnya tapi kenapa kau tidak pernah memberitahuku apapun tentang hal sialan ini?!
Karena aku tahu ini akan menjadi reaksimu.. Lagi pula, kenapa kau marah?
-Hyung-
Sebelum aku sempat menjawab pertanyaan yang sepertinya tidak akan bisa kujawab, tiba-tiba.. "Kau punya kakak?" Aku langsung menjauhkan ponsel dari telingaku saat mendengar suaranya. Sial.. "Rose!" Kataku, mataku melebar. Dia memiringkan kepalanya dengan wajah cemberut yang lucu.
"Aku tidak pernah berpikir kau punya saudara laki-laki..?" Dia berbicara dengan lembut. "Emm.. D-Dia bukan kakakku.. Dia sepupuku tapi dia lebih tua dariku jadi.. Iya.."
kataku sambil tersenyum malu-malu. "Oh.." Dia menganggukkan kepalanya pelan. "Emm, ngomong-ngomong kau ngapain disini? Aku sudah menyuruhmu di sana, kan?" kataku sambil menyelipkan sehelai rambut ke belakang telinganya. Dia menoleh padaku.
"Kau menghabiskan terlalu banyak waktu di sini.. Jadi aku memutuskan untuk mencarimu.. Saat itulah aku mendengar kau memanggil orang itu 'hyung'.. Tapi jangan salah paham! Aku tidak menguping!" Dia berkata, menggelengkan kepalanya sedikit. aku terkikik. "Oke.." kataku. "Tapi.. Kau benar-benar tidak punya saudara laki-laki..?" Dia bertanya sambil menatapku. Aku mengangkat alis."Kenapa? Kau tidak percaya padaku? " tanyaku menggodanya.
"Tidak! Bukan itu maksudku.. Yah.." Katanya sebelum memukul lenganku. Aku tertawa. "Aku tidak punya kakak.. aku juga tidak punya.." kataku menghentikan kalimatku sambil menunduk, memikirkan orang tuaku. Aku merindukan mereka.. "Jay..?" Aku mendengar suaranya yang lembut dan manis dan aku merasakan tangannya dengan lembut menyentuh lenganku.
Aku menatapnya. "Kau baik-baik saja?.. Kau tidak punya apa?.." Tanyanya, mengusap lenganku perlahan untuk menghiburku. Aku menyunggingkan senyum kecil. "A-aku tidak punya orang tua.."
Kataku, membuat matanya melebar. "Ya Tuhan.. maafkan aku.." ucapnya lalu tiba-tiba dia melingkarkan tangannya di pinggangku. Mataku melebar. Oh my.. Lenganku perlahan memeluk punggungnya, membelai rambutnya dengan lembut.
"Tidak apa-apa.. Kau juga, kan?" Dia memelukku lebih erat, membenamkan wajahnya di dadaku. Aku tersenyum. Dia terlalu polos untuk disakiti.
Jangan Lupa Vote ya yeorobun
Terus pantengin cerita
"SWEET REVENGE"Happy reading💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Revenge
Teen FictionKetika balas dendam dicari dengan cara termanis untuk mencegahnya terluka, tapi sayangnya, kebenaran yang paling menyakitkan perlahan terungkap. " disakiti oleh orang yang kamu cintai tidak ada salahnya,kan?"